Hanna menatap malas laki-laki bertubuh tinggi yang baru memasuki pintu. Tidak acuh dia kembali melahap es krimnya kembali.Sekarang Hanna sedang sendiri, karena Jeno sudah pulang terlebih dahulu. Itu karena dia yang memintanya. Dia hanya tidak ingin menambah masalah, dan untungnya Jeno pengertian untuk kali ini
“Kamu semua yang makan ini?” tanya Jaehyun menatap 4 mangkuk es krim di atas meja yang sudah kosong. Lagi-lagi Hanna bersikap tidak acuh. “Hanna, saya nanya dijawab!”
“CK! Iya,” jawab Hanna singkat. Sedikitpun dia belum membalas tatapan Jaehyun.
Jaehyun menarik kursi dan mengambil duduk di depan Hanna. Menatap gadis yang membuatnya bingung dan serba salah.
“Kamu sebenarnya kenapa?” tanya Jaehyun pelan. Dilipatnya tangan di atas meja.
“Kekenyangan, Om,” jawab Hanna singkat. Namun, tangannya masih sibuk mengambil suapan es krim di mangkuk.
Jaehyun kesal. Dengan cepat dia menarik mangkuk es krim. Kini Gadis itu menatapnya, walau dengan raut protes.
“Om, apa-apaan, sih?”
“Kamu pasti belum makan, kan?”
Hanna mebuang tatapannya ke arah lain lagi. Wajahnya semakin masam.
“Udah.”“Hanna!”
“Aku mau pulang.” Hanna mengambil tasnya, kemudian beranjak dari duduk meninggalkan Jaehyun.
Jehyun hanya menatapnya nanar. Pria itumenghela napas kasar dan memutuskan mengikuti Hanna dari belakang. Dia hanya tidak ingin menarik perhatian sekitar dengan bertengkar di tempat umum seperti ini.
Hanna terihat sudah duduk dengan wajah kusut di dalam mobil. Setidaknya gadis itu masih bersikap penurut. Dia pikir tadi Hanna akan melarikan diri dengan naik bus atau taxi. Segera Jaehyun melangkah besar menuju mobilnya.
“Hanna ....” Jaehyun melembutkan suaranya. “Saya akan menjelaskan semuanya. Irene datang memang untuk meminta balikan. Tapi saya tidak ingin, karena saya mencintai kamu. Hmmm ....”
Hanna melirik Jaehyun engan. Dengan tangan yang terlipat di dada dia mendongakkan kepalanya. “Kenapa om jelasin itu sama aku?”
Jaehyun mengutuk dirinya sendiri. Benar juga. Apa Hanna uring-uringan karena cemburu? Bisa saja karena masalah lain.
“Mak-maksud saya. Ah ... Saya hanya ingin menjelaskan sama kamu. Agar kamu tidak salah paham.”
“Aku ga salah paham, kok. Ga masalah, om mau balikan atau mau nikah sama tante Irene juga ga pa pa. Atau mau ciuman sepuasnya juga ga masalah, kok. Aku ga peduli. Itu kan hak, Om. Sama halnya kayak aku mau beduaan sama Guanlin di sekolah. Atau nanti kalo sampai balikan lagi juga itukan hak aku.”
“HANNA!!” bentak Jaehyun keras.
Hanna tersentak kaget. Matanya mulai berkaca-kaca. Dengan cepat dia membuka pintu mobil dan hendak keluar. Namun tangannya sudah ditarik oleh Jaehyun lebih cepat.
“Lepas! Lepasin, om! ish!”
Hanna terus meronta dari cengkeraman tangan Jaehyun. Tangisnya pun pecah memenuhi mobil. Hingga akhirnya Jaehyun melepas cengkeramannya.
Hanna hendak membuka pintu kembali, tapi ternyata sudah terkunci. Dia terus menarik knop pintu sambil menangis histeris.
Jaehyun masih membiarkan Hanna yang terus menangis. Hingga beberapa menit berlalu, tangisnya mulai mereda.
“Udah nangisnya?” tanya Jaehyun lembut. Ditatapnya wajah basah Hanna yang menyisakan tangis.
Hanna masih diam membisu. Wajahnya sangat merah, matanya juga sembab. Dia menatap kosong ke depan. Jaehyun mengambilkan tissue kemudian membersihkan sisa air mata di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Aurora ( Tamat )√
Fanfiction"Woi, Princess aurora!! Ngapain lo di sini sendirian." "Heh, tiang listrik karatan. GUE BUKAN PRINCESS AURORA, BEGO!!! KESEL GUE TIAP KALI LO MANGGIL GUE ITU," Hanna. ## "Om, aku mau nikah sekarang!" Hanna. BRUAKKK!!