30. Di rumah sakit

146 51 42
                                    

Jeno mengepalkan tangannya yang sedikit berkeringat. Terlihat panik menunggu Hanna di luar ruangan Hanna. Sudah satu jam  dia menunggu di depan ruangan ICU setelah mendengar ucapan teman-teman Hanna tadi.

Sampai di sini tadi Jeno sempat bertemu dengan Guanlin yang sama paniknya. Walau dia bisa melihat kepanikan dari wajah Guanlin, tetap saja dia masih menaruh curiga dengannya. Mungkin saja memang Guanlin pelakunya. Bukankah hanya dia yang tahu tentang keadaan Hanna yang alergi cumi-cumi. Tadi Jeno sempat mengintrogasi Guanlin, tapi dengan suara lantang dan keras, Guanlin menyangkalnya. Dia bersikeras kalau bukan dia pelakunya. Dan Jeno bisa melihat kejujuran dari wajah Guanlin. Sepertinya laki-laki itu memang mengatakan yang sebenarnya. Lantas siapa?

DRRRTTT!!

Handphone Jeno bergetar. Panggilan dari Jaehyun. Sedikit ragu Jeno mengangkatnya.

“Kalian ke mana lagi? Yuta sudah mencari___”

“O-om, Hanna sedang dirawat di rumah sakit sekarang!" seru Jeno dengan suara bergetar.

“Hanna????”

.
.
.

“Kenapa Dia bisa makan cumi-cumi? Siapa yang memberinya makanan itu?” tanya Jaehyun dengan suara bergetar. Wajahnya sangat gugup, bahkan dia tidak menghubungi Yuta saat beranjak dari ruangan kerjanya tadi.

“Aku juga ga tau, Om. Mereka bilang itu dari Guanlin, padahal Guanlin ga ada kasih,” jawab Jeno gugup.

Jaehyun mengeratkan genggaman tangannya. Jeno semakin menciut. Bukanya ingin melindungi Guanlin, tapi tetap saja dia tidak bisa membiarkan Jaehyun salah paham pada Guanlin.

“Om jangan salah paham, ini memang bukan salah Guanlin. Ada yang coba nyelakai Hanna.” Jeno mencoba menenangkan omnya. Walau dia membenci Guanlin, tapi melihat wajah marah omnya dia takut Jaehyun akan bertindak gegabah.

“Saya akan tuntut sekolah itu,” ucap Jaehyun dengan suara bergetar.

“Om, Jangan! Biar kami yang selesain masalah ini,” sela Jeno cepat.

“Kamu bisa apa?” Jaehyun menaikkan alisnya kesal. Kenapa pula Jeno bertingkah seolah bisa melakukan hal yang lebih dadi dia.

“Aku yakin ada yang mencoba celakai Hanna melalui Guanlin, Om. Ini juga ada hubungannya dengan Guanlin. Iri dan dengki adalah sifat manusia, Om. Aku mohon om jangan ikut campur untuk saat ini,” ucap Jeno dengan nada penuh percaya diri.

Jaehyun mendengus kesal. Ditatapnya wajah Hanna yang tampak pucat, kemudian dipegangnya tangan gadis itu lembut. Setumpuk rasa bersalah terasa  tertimbun di pundaknya.

“Saya takut kalau sampai keluarga Hanna menganggap saya tidak becus menjaganya,” lirih Jaehyun pelan.

Jeno menghela napas kasar. Seulas senyum tipis tercetak jelas di wajah tegasnya.

“Om  cuma khawatir sama keluarganya? Terserah! Aku bakalan cari tahu siapa pelakunya,” ucap Jeno sambil beranjak pergi.

Jeno  masih tidak mengerti dengan omnya. Apa sebenarnya yang sedang ada di dalam pikiran Jaehyun? Dari ucapannya seolah-olah Jaehyun tidak sungguh-sungguh mengkhawatirkan Hanna.

##

Guanlin berdiri mematung. Mata sendunya menatap khawatir Hanna yang berbaring di atas tempat tidur dengan alat bantu pernapasan di mulutnya. Bibirnya sangat pucat. Selang infus terlilit rapi di punggung tangannya. Ini bukan pertama kalinya dia melihat Hanna seperti ini.

Guanlin masih bisa mengingat bagaimana paniknya dulu saat pertama kali mendapati Hanna yang sesak napas karena kue cumi-cumi darinya. Saat itu dia memang tidak tahu kalau Hanna alergi cumi-cumi. Dan Hanna kecil yang tidak tahu menahu soal pemberian Guanlin langsung menyantapnya tanpa sisa.

Bukan Aurora ( Tamat )√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang