28. Malam indah

143 48 63
                                    

Jeno menahan tubuh Hanna yang hampir menabrak tiang. Tangan yang masih betah memegang bibirnyase sendiri.

“Kamu kenapa sih dari tadi?” tanya Jeno sambil menurunkan tangan Hanna dari bibirnya. Sejak pagi tadi Hanna hanya diam membisu. Wajahnya terlihat seperti seseorang yang melakukan kesalahan besar. Sepertinya ada hubungannya dengan kejadian di kamar Jaehyun tadi. Namun, bisa tidak Hanna bersikap normal, karena dia juga semakin terganggu saat Hanna seperti ini.

“Aku ... Aku duluan ya,” ucap Hanna sambil mempercepat langkahnya.

Jeno menghela napas berat. Mata coklatnya menatap nanar kepergian Hanna yang  sudah memunggunginya.

“Kenapa lagi sama tu mrs Morse?”

“ASTAGANAGA!”

Jeno tersentak kaget mendapati Guanlin yang berdiri di sampingnya dengan tangannya yang terselip di saku.

“Kenapa ga tanya sendiri,” jawab Jeno ketus, kemudian berlalu.

“Ck! Berani lo cuekin orang ganteng,” sungut Guanlin kesal. “Woi! Penyakitan!”

Jeno tetap berlalu tanpa membalikkan tubuhnya. Dia sudah kesal hari ini, dan tidak ingin menambah kekesalannya dengan tiang listrik rusak pengganggu Hanna. Bayangan Jaehyun dan Hanna tadi pagi berciuman masih tergambar jelas di kepalanya.

Kenapa Jaehyun melakukannya? Apa dia mulai mempunyai rasa pada Hanna? Tapi itu tidak mungkin? Bukankah di hati omnya itu hanya ada satu wanita? Irene. Wanita yang sampai kapan pun akan tetap berpengaruh dalam hidupnya. Dan Hanna, bagaimana bisa menggantikannya.

##

Hanna menatap kosong ke depan, sama dengan pikirannya juga saat ini. Kosong tidak ada yang bisa mengisinya. Bahkan sepanjang pelajaran tadi pikirannya juga tidak fokus.

“Woi! Lo habis ciuman ya?”

“Copot eh copot!” Hanna tersentak kaget mendapati Guanlin yang sudah berdiri di depannya.

“Kayaknya gue pernah liat lo begini sebelumnya.” Guanlin mendekatkan wajahnya. Mata tajamnya mengamati Hanna lebih seksama.

Wajah Hanna memerah dan cepat-cepat dia langsung beranjak dari duduknya.

PLAKK!!

Hanna memukul keras kepala Guanlin. Laki-laki itu meringis sambil memegangi kepalanya.

“Mulut lo kopiannya lambe turah ya,” bentak Hanna kesal. Napasnya tersenggal menahan emosi. Entah mungkin jantungnya yang tidak nyaman. “En-enak aja lo ngatai gue  habis ciuman. Kali lo yang habis ciuman sama Sakura. Brengsek lo!”

“Lo, hahahahahah......, muka lo, hhahahahhahahha.”

Guanlin memegang perutnya tanpa menghentikan tawanya. Sesaat kemudian dia mengatur ulang napasnya dan kembali menatap Hanna lebih dekat.

“ Ehem! Lo habis ciuman sama siapa?”

“LAI GUANLIN!!”  bentak Hanna.

“Ga usah tereak-tereak. Sakit kuping gue. Sama Om lo itu? Atau Jeno?” selidik Guanlin dengan tangan terlipat di dada.

Wajah Hanna memerah lagi.

“Tu kan, keliatan. Dulu pas gue pertama kali nyium lo, juga ga berenti megangin bibir gitu. Makanya Gue yakin kalo lo___”

“BREKSEK LO TIANG LISTRIK KARATAN!!”

BUUKKK!!!

Hanna memukul keras perut Guanlin kemudian berlalu meninggalkannya.

Bukan Aurora ( Tamat )√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang