40. Still hurt

163 34 39
                                    

Hanna akan memasukkan suapan es krim ke dalam mulutnya. Saat itu dilihatnya handphone nya berdering, panggilan masuk dari Jaehyun. Tidak acuh Hanna membiarkan deringan handphone yang mengalun beberapa detik.

Jeno yang sedang menatapnya hanya sibuk mengamati sambil menaikkan alisnya sebelah. Sedikit dia bersorak senang saat Hanna mengabaikan panggilan itu. Karena dia tahu siapa orang yang sedang diabaikan Hanna. Namun, kembali Jeno mengembuskan napas kasar saat Hanna meraih Handphone nya di atas meja.

“Hanna, kamu di mana?”

Suara besar dari sana terdengar panik. Hanna melirik ke arah  Jeno dan menoleh ke sekitar.

“Maaf, Om. Aku lagi makan es krim sama temen,” jawab Hanna sedikit ragu. Dia hanya tidak ingin Jeno disalahkan lagi karenanya. Namun, tetap saja dia tidak nyaman membohongi Jaehyun di sana.

“Temen? Siapa teman kamu?” selidik Jaehyun dari sana.

Hanna melirik Jeno lama. Tatapan penuh pertimbangan.

“Je___”

Jeno tang menyadari segera menarik Handphonen Hanna cepat.

“Hanna lagi sama aku, Om. Satu hari aja masa ga boleh, sih? Udah ya.  Kami ga bakalan pulang malem kok,” ucap Jeno tanpa mendengarkan jawaban dari Jaehyun, karena dia langsung mematikan panggilan secara sepihak.

“Jen, om Jae bisa marah. Kenapa kamu langsung matiin?” omel Hanna panik. Setidaknya dia bisa membujuk Jaehyun agar laki-laki di depannya ini tidak akn mendapat masalah nanti.

“Udah, lagian sekali-kali juga kita keluar kayak gini,”sahut Jeno tanpa menatap Hanna. Sungguh dia kesal melihat wajah panik Hanna saat ini. Kenapa pula dia terlihat mengkhawatirkan Jaehyun berpikir tidak-tidak karena sedang bersamanya.

“Tapi, nanti om Jae marah.”

“Kamu  takut om Jae marah? Ya udah kamu pulang aja gih. Kamu udah berubah, Na. Kamu itu sekarang lebih mentingin om Jae dibandingin aku,” ucap Jeno dengan wajah kesal. Ditatapnya Hanna yang sedang menatapnya terkejut.

“Itu karena om Jae suami aku, loh.”

Jeno tersenyum sinis. Kini dia semakin tidak tahan dengan tingkah kedua pasangan palsu ini. Apa di mata mereka dia terlihat bodoh?

“Suami?” Jeno tertawa hambar. “CK! Udah ah. Aku mau pulang.” Jeno beranjak dari duduknya dan mendengus kesal.

“Kamu marah lagi ya?” ucap Hanna pelan. Masih dengan kepala tertunduk.

Jeno menghentikan gerakannya. Ditatapnya wajah bersalah Hanna lama, kemudian dia kembali duduk. Lagi-lagi Hanna membuatnya berat bersikap tegas.

“Kamu suka sama om Jae?” tanya Jeno hati-hati. Dilipatnya tangannya di atas meja sambil menatap Hanna lamat-lamat. Tidak ada salahnya memastikan perasaan gadis ini. Karena Jaehyun terlihat sedang membangun benteng untuknya.

Hanna mengerjapkan mata beberapa kali. Kenapa harus ada pertanyaan seperti ini. Jeno adalah orang kedua yang menanyakan pertanyaan yang sama. Namun, tetap saja dia kesulitan menjawab.

“Ga usah dijawab juga ga pa-pa, Na.” ucap Jeno sambil memasukkan satu suapan besar es krim ke mulutnya. Matanya menatap sekitar. Membuang kemungkinan dari raut ragu Hanna yang tampak jelas terlihat.

“Kayaknya aku memang suka sama om Jae. Tapi ... aku juga ga yakin. Aku juga ga tahu.” Hanna menghela napas berat. Bingung. Kenapa dia harus bingung. Bukankah dia sudah menyakinkan Guanlin cinta pertamanya. Dan juga dia sudah menekankan dalam dirinya sendiri kalau dia tidak akan menyulitkan Jaehyun. Yakni dengan membuka hatinya.

Bukan Aurora ( Tamat )√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang