57. Just my heart

125 30 76
                                    

"Benarkah??? Saya akan segera ke sana."

Jaehyun beranjak dari duduknya dengan wajah berseri-seri.

Dengan buru-buru dia keluar dari ruangan. Dan saat itu juga dia mendapati Yuta yang ingin masuk ke dalam sambil membawa beberapa map di tangannya.

"Saya akan keluar sebentar, kamu bereskan pekerjaan saya. Oke, sekretarisku yang tampan," ucap Jaehyun sambil melemparkan dimple kebanggaannya pada Yuta.

Yuta tersentak kaget. Kenapa lagi dengan Jaehyun? Atasannya itu terlihat mendapat kabar baik. Padahal saat mereka pergi dari rumah sakit tadi wajahnya sangat kusut.

Namun, dia tidak terlalu memusingkan itu. Karena dia sedang terharu, bahkan matanya sampai berkaca-kaca. Tidak ada yang tahu bagaimana bahagianya dia saat mendapatkan ucapan "seketaris ganteng" dari Jaehyun tadi. Bahkan Jaehyun sendiri Juga tidak tahu, karena pria itu langsung menghilang setelah mengatakan itu tadi.

.
.
.

Jaehyun menghentikan langkah saat mendapati Mark yang berdiri di depan pintu ruang inap Hanna.

"Mark."

"Ngapain lo ke sini?" ketus Mark. Jangan berharap ada raut ramah di wajahnya sekarang. Karena dia sangat kesal dengan kemunculan kembali pria menjijikkan ini. 

"Saya dengar Hanna sadar. Saya harus menemuinya," ucap Jaehyun terburu-buru sambil mencoba menerobos ke dalam.

"Jangan buat kesabaran gue habis om Jaehyun yang terhormat. Lo, pergi sekarang!"

"Mark!"

"Lo ga lupa, kan? Kemarin gue udah bilang sama lo kalo Hanna bukan siapa-siapa lo lagi," tegas Mark masih dengan nada rendah. Namun, tatapannya masih tajam. Sebenarnya dia penasaran dari mana pria ini tahu Hanna sudah siuman. Namun, dia bisa mengabaikan itu sebentar. Yang pastinya dia harus segera mengusirnya sebelum Hanna melihat.

Jaehyun menatap Mark lekat. Penuh harap. "Hanna masih istri saya, Mark."

Mark tersenyum sinis. Sorot matanya menatap Jaehyun remeh. "Istri? Istri palsu yang lo manfaatin."

"Mark!!" Jaehyun mengembuskan napasnya pelan. Jangan tersulut hanya karena ocehan Mark. Tujuan dia ke sini hanya untuk Hanna. "Please ... Saya harus menemui Hanna."

"Gak. Lo, pergi sekarang!!"

"Saya suaminya Mark!" tegas Jaehyun lagi. Kali ini suara Jaehyun terdengar bergetar.

"Gue kakaknya, wahai suami palsu. Bukan berarti karena lo kemarin ga mau nandatangai surat perceraian Hanna, lo kira gue bakalan berhenti di situ? Big no. Gue bakalan urus secepatnya. Sekarang pergi sebelum gue panggilin satpam di sini."

Jaehyun mengeratkan genggaman tangannya kuat. Rahngnya mengerat kuat menunjukkan emosi yang siap meledak. Jangan salahkan Jaehyun yang tenang dan senantiasa mengalah menjadi seseorang yang lupa akan kesabaran. Emosinya tidak lagi terbendung. Sungguh sakit hatinya mendengar kata-kata suami palsu yamg terus menerus keluar dari mulut Mark.

"Saya pemilik rumah sakit ini. Tidak ada yang bisa mengusir saya dari sini. Dan tentu pasien di sini, saya punya hak untuk melihatnya."

Jaehyun tersenyum sinis, dan hendak masuk ke dalam. Dia merasa tidak seharusnya menyatakan itu, tapi Mark yang memancingnya.

Mark tersentak kaget menatap Jaehyun yang hampir mendekati pintu. "Kalau sampai lo berani masuk, gue bakalan jadiin ini hari terakhir lo ketemu dia," ucap Mark dengan suara keras. Jaehyun menghentikan langkah, kemudian menantap Mark lama. "Gue ga main-main. Kalau sampe lo temui Hanna, gue bakalan bawa Hanna pindah dari sini, dan lo ga akan pernah lihat Hanna lagi."

Bukan Aurora ( Tamat )√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang