6. 🌾🌾

268 82 26
                                    


"Halo apa kabar, namaku Kang Hanna. Senang bertemu dengan, Tante."

Taeyon menaikkan alisnya dan menurunkan kacamatanya sedikit. Mata coklatnya menatap Hanna dari ujung kaki hingga ke kepala. Menelusuri seluruh tubuh Hanna tanpa tertinggal sesenti pun.

Hanna sedikit mendekat ke tubuh Jaehyun dan memegang lengannya keras. Kini dia takut dengan wajah dingin wanita di depannya.

"Jangan menatapnya seperti itu, dia tidak nyaman."

Taeyon mengalihkan tatapannya ke arah lain. Sepertinya sikapnya terlalu kentara. Dia hanya ingin melihat seberapa banyak point yang dimiliki Hanna, hingga bisa mengalahkan Seulgi.

Hanna menundukkan kepala sambil memainkan kuku-kukunya. Merasa gugup dan tidak nyaman.

"Duduk lah!"

Serentak sepasang anak manusia mengambil duduk di depan Taeyon.

"Jadi berapa umurmu?" tanya Taeyon sedikit ramah. Melihat wajah tidak suka Jaehyun mau tidak mau dia harus membuang pikiran tentang Seulgi.

Hanna memberanikan diri menatap mata wanita yang tampak anggun di depannya. Cantik dan memesona. Kulitnya putih bahkan sangat putih. Wajahnya tidak cocok dengan panggilan untuknya. Karena Hanna sendiri berpikir wanita terlihat masih sangat muda. Suaranya terdengar bersahabat walau tidak dengan tatapannya.

"Aku 17 tahun," jawab Hanna sedikit gugup.

"Apa hobimu?" tanya Taeyon lagi. Jaehyun melirik Taeyon tajam dan menggeleng. "Maksudku apa sekolahmu menyenangkan?" tanya Taeyon dengan senyuman sedikit dipaksakan. Hanna langsung mengangguk-ngangguk semangat.

"Aku ikut kelas melukis. Hmmm, tahun lalu aku menang lomba lukis di sekolah. Tapi hadiahnya cuma alat lukis murah. Tapi ga pa pa sih, yang penting aku menang. Karena setiap kali Pak Sungwoo terus bandingi aku sama Yuri. Padahal jelas-jelas aku lebih berbakat dari dia. Akhirnya ...." Hanna kembali terdiam karena sadar kalau wanita di depannya hanya menatapnya tanpa berkedip. Cepat-cepat dia menunduk dan menghela napas panjang. Seertinya dia harus mengurangi cara bicaranya yang tidak terkontrol mulai sekarang. "Maafin aku, Tante," ucap Hanna pelan.

Taeyon tertawa renyah. Dia memperbaiki posisi duduknya untuk bisa lebih mengamati Hanna. Seperti mendapat sesuatu hal baru, dia sangat senang sekali mendengar celoteh panjang gadis polos di depannya.

"Tidak apa-apa. Lanjutkan ceritamu. Aku senang mendengarnya. Terus bagaimana dengan Yuri? Apa dia juga ikut lomba?"

Jaehyun menatap Taeyon tidak percaya. Apa Taeyon sedang bersandiwara? Namun, tawanya terlihat tulus.

"Hah?" Hanna tersenyum lebar dan kembali bersemangat. "Dia ikut lomba tapi, ga masuk 5 besar. Aku seneng, tapi juga kasihan. Pak Sungwoo marah. Padahal aku tahu Yuri memang sempat dapat masalah sedikit waktu lomba. Tintannya tumpah, aku udah kasih dia. Tapi dia malah ga mau nerima."

"Itu salah dia sendiri. Oya, kamu mau tidak melukis tante kapan-kapan?" tanya Taeyon lagi.

"Mau, mau. Kapan tante bisa? Aku udah lama pengen lukis orang lain selain kak Mark. Lukisan kak Mark udah banyak. Terakhir aku lukis pas tahun baru, dia pakai syal merah. Itu kado ulang tahun dari aku."

Hanna tampak terus bersemangat menceritakan semua hal. Taeyon seperti mama Sohyun saat diajak berbicara. Selalu menimpali dan mendengarkan. Berbeda dengan Mark dan papanya. Hanya mengangguk dan tersenyum.

"Mungkin kamu__"

"Ehem, apa tidak sebaiknya kita pesan makanan dulu? Hanna belum makan sejak pulang sekolah tadi," ucap Jaehyun menengahi. Mereka terlihat cocok. Berbicara tanpa henti belum lagi dengan nada tinggi.

Bukan Aurora ( Tamat )√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang