Hanna menatap sekali lagi ke lantai atas. Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 tapi Jaehyun belum juga menunjukkan diri. Jeno sudah berangkat terlebih dahulu setelah Hanna yang memintanya."Maaf, nyonya Park. Bisa tolong liatin om Jae sebentar? Soalnya aku bisa telat nanti," pinta Hanna pada wanita paruh baya yang hendak beranjak dari depannya.
"Kenapa tidak nona saja yang membangunkannya?" Hanna menatap wanita paruh baya di depannya lama. Kini dia sedang berpikir panjang. Sejujurnya dia belum pernah melakukannya. Hingga seketika wanita paruh baya itu kembali membungkuk sopan. "Maaf, Nona. Baiklah, saya yang akan membangunkan tuan."
Seharusnya memang Hanna yang membangunkan Jaehyun. Dia istrinya. Namun, setelah kejadian semalam, Hanna harus berpikir panjang. Untuk menemuinya saja dia masih gugup setengah mati. Pipinya bahkan memanas saat mengingat kejadian semalam. Hanna hampir mengutuk dirinya sendiri. Kenapa dia diam saja saat Jaehyun memeluknya dan menciumnnya semalam.
Tadi Hanna sempat berpikir akan berangkat dengan Yuta. Namun, dia takut jika nantinya Jaehyun marah.
"Nona!"
Lamunan Hanna buyar saat mendapati nyonya Park sudah berdiri di depanny. Wajah terlihat khawatir.
"Nona, tuan sakit."
"Hah!"
Seketika Hanna bangkit dari duduknya."Saya akan hubungi tuan Taeyong," ucap nyonya Park sambil berlalu dari hadapan Hanna. Dan gadis berseragam sekolah itu langsung berlari menuju kamar Jaehyun.
Kini Hanna sudah di dalam kamar Jaehyun. Menatap Jaehyun yang masih terlelap di tempat tidurnya. Hanna menghela napas pelan, kemudian meremas tangannya sendiri. Lagi-lagi bayangan semalam kembali muncul. Tanpa sadar tangannya memegang bibirnya sendiri, lagi-lagi jantungnya tidak karuan.
.
.Jaehyun menyandarkan kepalanya dengan satu tangannya. Dengan posisi miring dia menatap Hanna yang saat ini sedang terlelap di sampingnya. Walau bibirnya tampak pucat, tapi senyumnya mengembang sempurna. Dalam hati berkata, betapa indahnya wajah gadis di sampingnya ini.
Tangan Jaehyun menjulur, menyentuh wajah indah Hanna dan menyibakkan anakan rambut yang sedikit menghalangi sebagian wajahnya. Pelan penuh perhatian. Takut jika saja membangunkan gadis itu. Namun, lambat laun tangannya mulai membelai lembut wajah Hanna. Menyentuh dan mengusap-usapnya pelan.
Tak tertahan Jaehyun mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Hanna lembut. Hanna memang harus menjadi miliknya. Tidak peduli bagaimana nantinya saat gadis ini menangis untuk menolaknya kembali.
Jahatnya kau jaehyun. Runtukan demi runtukan dalam hati mulai terdengar di dalam hati. Sekali lagi dia mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Hanna. Kali ini lebih lama. Dia bahkan tidak peduli akan mendapatkan hantaman dan teriakan keras jika saja gadis ini terbangun.
Belum sampai di situ, aroma strobery mulai menariknya lagi. Apa Jaehyun sudah mulai menyukai aroma strobery sekarang? Ya, beberapa hal yang dia dapat saat menyadari perasaanya. Akhir-akhir ini dia memang mulai banyak mencari tahu tentang Hanna. Es krim strobery. Ternyata sampo yang dipakai Hanna juga beraroma strobery. Tidak lain juga dengan sabun serta parfumnya.
Aneh. Memang benar. Saat kita menyukai seseorang, maka kita akan mencari tahu lebih tentangnya. Dan sekarang Jaehyun malah harus terjebak. Sepertinya dia memang sudah menyukai aroma strobery. Bahkan rambut Hanna yang beraroma strobery pun bisa menariknya untuk ingin menghirupnya lebih lama.
Perlahan tubuh Hanna mulai bergerak. Jaehyun mengangkat kepalanya dan mendapati Hanna yang mengerjapkan mata beberapa kali. Dia pikir Hanna akan berteriak keras, tapi ternyata hanya memejamkan mata dan mengatupkan bibirnya rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Aurora ( Tamat )√
Fanfiction"Woi, Princess aurora!! Ngapain lo di sini sendirian." "Heh, tiang listrik karatan. GUE BUKAN PRINCESS AURORA, BEGO!!! KESEL GUE TIAP KALI LO MANGGIL GUE ITU," Hanna. ## "Om, aku mau nikah sekarang!" Hanna. BRUAKKK!!