42. This is love

164 35 47
                                        

Jaehyun menyambut Hanna dengan wajah cerah. Senyumnya merekah menatap gadis berseragam sekolah yang baru memasuki ruanganya. Namun, wajah Hanna tampak kusut. Gadis itu mengempaskan tubuhnya di atas sofa dengan kasar. Jaehyun mendekatinya dan mengambil duduk di sampingnya.

"Kamu kenapa Hanna? Hmmmm?"

Hanna melirik Yuta tajam. Sorot matanya menunjuk pada seorang yang sudah membuatnya kesal sepanjang jalan tadi. Bahkan sejak semalam.

"Mulai besok aku ga mau dijemput sama om Yuta lagi."

Yuta yang sedang berdiri di depan pintu memasang wajah bersalah. Diliriknya ke samping Hanna meminta bantuan pada pria yang menyandang sebagai atasannya.

"Kenapa? Kamu masih marah sama om Yuta?" tanya Jaehyun sambil memiringkan tubuhnya untuk menghadap Hanna. Gadis itu memasang wajah masam. Bibirnya sedikit maju. Menggemaskan. Jahatnya Jaehyun malah tersenyum menikmati wajah gadis yang sedang kesal.

"Iyalah, Om," jawab Hanna tanpa melepaskan tatapan tajam dari Yuta.

"Jadi saya saja yang menjemput kamu mulai besok?"

Hanna menatap Jaehyun. Namun, raut wajah ragu. Kali ini dia menatap Yuta dan Jaehyun bergantian. Penuh pertimbangan.

"Tapi aku jadi ngerepotin Om, dong," ucap Hanna pelan. Pundaknya merendah dengan kepala mendongak ke arah Jaehyun. Pria di depannya tersenyum lembut.

"Tidak masalah kok, Sayang."

Jaehyun mendekati Hanna. Dibelainya rambutnya lembut. Gadis itu mendongak menatap Jaehyun dengan raut wajah ragu.

"Ya udah deh, ga usah aja. Aku naik taxi aja, Om."

"Tidak boleh! Waktu itu kamu marah-marah dengan supir taxi, dan sampai tidak membayar juga. Itu sangat berbahaya. Syukurnya kamu tidak diapa-apain," protes Jaehyun cepat.

Hanna memasang wajah bersalah. Dia kembali teringat saat dia memaki supir taxi beberapa hari lalu. Apalagi dia sudah melakukan penipuan.

"Itu gara-gara om Yuta!" sarkas Hanna kesal. Kembali diliriknya Yuta tajam. Pria jangkung tidak jauh darinya memasang wajah tidak suka.

"Kok saya lagi?" protes Yuta. Kali ini Yuta berani mengangkat suara. Jaehyun menatapnya tajam, begitu juga Hanna. Hingga akhirnya dia pun menunduk.

"Yuta! Ck!" Jaehyun mengedipkan mata dan menggeleng pelan. "Kamu sekali lagi  kalau bicara ditelpon yang jelas!" bentak Jaehyun.

"Maafkan saya, Pak," ucap Yuta sambil mengelus dada dan mengucap "sabar" di dalam hati.

"Denger tu, Om. Gimana coba kalo sampe aku diculik waktu itu? Om mau tanggung jawab?!" omel Hanna lagi. Mata bulatnya melebar sempurna.

Yuta menghela napas kasar. Lagi-lagi dia ingin protes. Namun, mata cepat Jaehyun menatapnya tajam. Mau tidak mau dia harus tetap mengalah.

"Yuta kamu sudah bisa pergi! tolong bereskan laporan untuk pertemuan besok," titah Jaehyun sambil memberinya isyarat agar Yuta segera keluar.

"Baik, Pak."

Yuta akhirnya beranjak dari ruangan Jaehyun dengan wajah kesal. Hanna mengarahkan tangannya ke arah Yuta seolah sedang memukul pria yang sudah menghilang di balik pintu.

Handphone Hanna bergetar, cepat-cepat dia mengeluarkan dari sakunya. Namun, Jaehyun langsung merampasnya.

"Om, apaan sih? Om ga kerja? Aku mau istirahat. Udah pergi sana!" ketus Hanna sambil mencoba meraih Handphone-nya dari tangan Jaehyun.

Bukan Aurora ( Tamat )√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang