45. Hanna hurt

128 33 67
                                    

"Jae ...."

Jaehyun terkejut saat mendapati wanita anggun masuk ke ruangan kerjanya dengan segelas kopi. Seulas senyum tipis menyapanya. Masih sama, wanita itu terlihat cantik walau dengan senyum tipis sekali pun.

"Kenapa kamu belum juga pergi?" sahut Jaehyun sedikit menekan suara. Dia tidak punya waktu untuk menyapa dan berbicara panjang dengan wanita ini. Karena otaknya sedang sibuk memikirkan Hanna sejak tadi. Dia takut gadis itu salah paham.

"Kamu ga suka terlalu manis, kan?" tanya  Irene tanpa peduli dengan wajah kesal Jaehyun. Tidak ada keramahan dari raut pria tampan mantan kekasihnya ini lagi. Padahal dulu  kedua lesung pipi kebanggaan Jaehyun senantiasa menyapanya.

Jaehyun menghela napas panjang. Ditatapnya wanita bersurai panjang di depannya lama-lamat. Lagi-lagi Irene tersenyum manis. Seakan bukan dia yang mendapat sapaan ketus dan tatapan tidak suka sejak tadi.

"Sebenarnya mau kamu apa, Ren? Kenapa kamu tiba-tiba kembali?" tanya Jaehyun pelan.  Kini dia sudah melembutkan suaranya. Bagaimana pun juga dia bukan pria pecundang yang tega menyakiti wanita.

Irene  mendudukkan dirinya di atas meja menghadap Jaehyun. Dilipatkan tangannya di dada dengan mata mengamati setiap inci wajah Jaehyun. Senyumnya perlahan merekah.

"Ternyata kamu itu masih pria yang lembut dan penuh perhatian. Aku kangen sama kamu, Jae."

"Ren___"

"Aku tahu kamu sudah menikah. Tapi aku yakin kamu masih mencintaiku?" potong Irene cepat. Tidak akan dibiarkan kata-kata tidak penting terlontar dari bibir Jaehyun.

Jaehyun tertunduk. Dia mencoba mengatur napasnya yang terasa  semakin berat. Jaehyun Memang  tidak bisa memungkiri kalau Irene adalah wanita yang masih bersarang di hatinya. Namun, dia juga tidak tahu sebesar apa posisinya sekarang. Karena dia juga bingung, akhir-akhir ini Hanna lebih sering muncul di pikirannya. Sedangkan wanita ini hampir saja menghilang, kalau saja dia tidak kembali.

Jaehyun tersentak kaget karena tanpa disadari jemari  lentik Irene sudah mengangkat dagunya. Mencoba mengadu tatap dengan mata sendu wanita anggun itu.

"Aku masih mencintaimu, Jae," lirih Irene lembut.

Jaehyun terkejut saat mendapati  wajah Irene yang sudah basah. Tidak, dia tidak bisa melihat air mata itu. Kenapa wanita ini menangis? Padahal dia sudah menahan diri agar tidak berbicara kasar sejak tadi.

"Kamu kenapa menangis? Apa terjadi sesuatu?" tanya Jaehyun panik. Keningnya mengernyit heran mengamati wajah Irene lebih seksama.

"Dia meninggalkanku. Aku memang sudah bersalah padamu." Irene bergumam dengan suara parau.

Jaehyun mulai melemah. Dia tidak bisa melihat wanita manapun menangis. Sangat menyakiti hatinya. Sepertinya Irene dalam keadaan terpuruk sekarang.

"Apa yang terjadi?"

"Ternyata dia hanya memanfaatkanku demi mendapatkan nama dan jabatan. Aku memang bodoh. Aku menyesal ...." Tangis Irene pecah memenuhi ruangan.

Perlahan Jaehyun menarik pundak Irene dan memeluknya. Hanya ini yang bisa dilakukannya sekarang. Walau bukan dia yang menyebabkan wanita ini menangis, tetap saja dia merasa bersalah. Kalau saja waktu itu Jaehyun lebih berusaha keras mempertahankan wanita ini, tentu wanita lembut ini tidak akan merasa sakit.

Entah sudah berapa detik Jaehyun  memeluk Irene, hingga  akhirnya dia  melepaskannya. Namun, lagi-lagi Jaehyun  kembali terkejut saat Irene menariknya dan mencium bibirnya.

Jaehyun tersadar kalau ini tidak benar. Dengan kasar dia menepiskan tubuh Irene dan menjauh darinya.

"Ren, apa yang kamu lakukan? Aku sudah menikah?" bentak Jaehyun dengan wajah memerah. Dia kesal dan marah dengan sikap tidak disangka wanita ini. Apa dia terlalu bersikap baik sejak tadi, sehingga wanita ini tidak lagi menghargai privasinya?

Bukan Aurora ( Tamat )√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang