22. Hujan dan Hanna

160 46 60
                                    

Jeno!!”

Entah sudah berapa kali pria berjas navy itu memanggil Jeno. Bahkan sampai harus memukul pelan bahunya. Jeno menoleh dan menatapnya terkejut.

"Om!" Jeno langsung bangkit dari duduknya. Sungguh senang bisa ketemu dengan pria di depannya ini.

"Kamu dari tadi om panggil tidak menyahut." Taeyong menatap Hanna sambil melemparkan senyum tipis.

Hanna yang terkejut sontak melotot lebar saat mendapati pria tampan di depannya.  Jantungnya mulai tidak karuan.

Hanna memang sempat bertemu sekali dengan orang ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanna memang sempat bertemu sekali dengan orang ini. Dia adalah sepupu Jaehyun juga  seorang dokter yang selalu sibuk. Menurutnya senyumnya sangat mirip dengan Jaehyun. Dan kalau boleh jujur sebenarnya Hanna menyukai orang ini.

Cinta pada pandangan pertama. Memang aneh, di saat dia menikah malah mendapatkan cinta pandangan pertama pada pria yang bukan menjadi suaminya. Makanya saat ini Hanna sedikit canggung bertemu langsung dengan orang ini. Dan tentu dia semakin gugup karena ini adalah pertemuan keduanya.

"Hanna, kamu apa kabar?" tanya Taeyong sambil menatap Hanna yang tersenyum kaku.

"Aku baik, Om," jawab Hanna singkat, tapi tidak jantungnya. Karena di dalam sana jantungnya benar-benar sangat ribut dan tidak karuan.

"Om, kapan balik? Katanya sampe bulan depan baru balik?” tanya Jeno.

"O, kontraknya dipercepat. Jadi om bisa langsung balik," jawab Taeyong sambil tersenyum manis.

"Padahal masih mau titip beli oleh-oleh," ujar Jeno memasang wajah kecewa.

Taeyong tertawa renyah dan menepuk pundak keponakannya pelan. "Tidak akan sempat, Jen. Oya, kalian sudah makan?" tanya Taeyong lagi.

Wajah Hanna tidak dapat dikendalikan. Lagi-lagi dia menatap Taeyeong penuh harap. Apakah ini akan menjadi haru keberuntungannya, makan malam dengan Taeyong.

"Sudah, om. Ini juga mau pulang," jawab Jeno cepat. "Hanna, kita pulang  sekarang, ya," sambung Jeno sambil mengedipkan mata pada Hanna. Gadis di sampingnya tampak bingung, tapi akhirnya mengangguk pasrah.

"Mau dianterin? Om bawa mobil," tawar Taeyong lagi.

"Gak usah, Om. Kami duluan, ya." Jeno menarik paksa tangan Hanna menjauhi Taeyong yang melambaikan tangan.

.
.

Hanna melepaskan paksa tangannya yang terasa panas. Pegangan Jeno sangat erat. Jeno menghentikan langkah saat melihat Hanna yang meringis.

"Sakit Jen, kamu megangnya ga pake perasaan, sih," ucap Hanna yang mengusap-usap pergelangan tangannya.

"Coba lihat." Jeno menarik tangan Hanna. Ternyata sedikit memerah. “Maaf ya. Habisnya aku takut kalau sampai om Tae nganter kita. Bisa-bisa kita ketahuan," jelas Jeno penuh penyesalan. Kembali dia menoleh ke belakang. Dia lega karena ternyata tidak ada siapapun yang mengikuti mereka. Jeno melihat jam tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 18.00, kinu dia mulai panik.

Bukan Aurora ( Tamat )√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang