twelve

6.1K 845 63
                                    

"(Nam)," panggil Shilla saat mereka sedang berada di kantin bersama Sarah juga. "Hah?"

"Bokapnya Lintang ganteng banget ya?" Ucap Shilla. "Parah sih Sar, (Namakamu) kebangetan kalo nggak suka sama bokapnya. Orang ganteng gitu." Sahut Sarah.

"Ya elah, suka mah suka, cuma kan gue kayak inget dia duda gitu loh. Jadi males aja." Balas (Namakamu) sambil melanjutkan skripsinya, ia harus bisa sidang secepatnya agar langsung kerja di kantor Iqbaal.

"(Nam), dia baru 28 tahun!!! Mana ada dudanya? Lagian banyak kok yang nikah lebih tua lagi. Justru (Nam), lo malah jadi dewasa nikah sama orang dewasa tau nggak? Percaya deh." Lanjut Sarah. "Iya, lo tuh musti bayangin juga kedepannya, (Nam). Lumayan loh, Iqbaal coba Iqbaal!"

"Kalian mikir gue musti mau sama Iqbaal, tapi Iqbaal nya gak mau sama gue gimana? Gue musti uget-uget gitu depan dia? Gatelin diri gue depan dia?" Balas (Namakamu).

"Gobloknya ke DNA nih orang, percuma skripsi lo sampe BAB IV sekarang." Cetus Sarah kesal pada (Namakamu). "YA LEWAT LINTANG DONG (NAMAKAMU)!" Balas Shilla.

"NAH! SHILLA AJA TAU MASA LO NGGAK?"

"Heh! Lintang nggak usah gue bilangin juga dia pasti lagi cari cara supaya bapaknya mau sama gue! Orang anaknya maksa gitu." Balas (Namakamu) membuat Shilla dan Sarah menjadi tertawa. "Lintang emang pantas menjadi anak (Namakamu)."

"Nggak mau! Yakali anak gue segede gitu tiba-tiba anjir."

"Aaah, (Namakamu). Suka munafik deh." Sahut Shilla."(Nam)--" ucapan Sarah terpotong saat ternyata ponsel (Namakamu) berbunyi menandakan ada panggilan masuk.

"Siapa lagi nih nelpon gue?" Gumam (Namakamu) saat melihat panggilan masuknya tidak dari nomor yang ia kenal. "Udah angkat dulu, siapa tau penting." Saran Shilla.

"Angkat aja udah, nggak usah ketakutan gitu. Gece." Sahut Sarah juga. (Namakamu) lalu langsung menerima panggilan itu,

"Iya? Hallo?"

"Hallo? (Namakamu), bukan?" Tanya orang itu, suaranya sih seperti suara pria. "Iya, betul. Ada apa ya? Ini siapa?"

"Ini Iqbaal, ayahnya Lintang. Saya dapet nomor kamu dari Lintangnya langsung." Jawab Iqbaal mengundang kekehan dari (Namakamu).

"Oalah, mas Iqbaal.. kenapa mas?" Tanya (Namakamu) yang membuat Sarah dan Shilla terkikik pelan. "Nggak papa, saya mau ajak kamu makan siang bareng aja. Sekalian ngomongin job desk kamu kalo kamu jadi HR disini."

"Oooh, boleh banget mas! Mau makan siang dimana?" Tanya (Namakamu) yang sangat antusias sekali. "Di deket kantor saya gimana? Kejauhan nggak kamunya? Kalo kejauhan nanti saya suruh supir saya aja jemput kamu."

"Nggak mas, kantor mas itu didaerah Sudirman kan? Nggak kok mas, nanti saya naik kereta aja dari kampus." Tolak (Namakamu). "Nggak papa, (Namakamu). Biar supir saya yang jemput, atau saya aja yang kesana?"

"Mas mau ke daerah Depok? Macet lho, mas. Nggak papa udah saya yang kesana naik kereta, lebih cepet daripada naik mobil."

Iqbaal terdengar terkekeh. "Oke kalo begitu, hati-hati ya (Namakamu)."

ALE & ALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang