nineteen

6.4K 897 75
                                    

Sesudah dipanggil oleh (Namakamu), ayah dan anak itu sudah duduk di meja makan dengan rapih. "Ayah, nggak kerja?" Tanya Lintang. Sedangkan (Namakamu) memberesi meja dan menuangkan minuman untuk Iqbaal dan Lintang.

"Nggak, besok ayah ke US soalnya. 10 hari disana,"

"Hah? Kok dadakan gitu yah?" Tanya Lintang pada Iqbaal. "Sebenernya nggak dadakan, ayah aja baru ngasih tau kamu dadakan. Ohiya, selama ayah di US, bubbi disini nemenin kamu pas kamu sekolah, kalo libur kamu kerumah nenek aja, karena pasti bubbi mau ketemu kak Shilla sama kak Sarah."

"WIH BUBBI MAU NEMENIN LINTANG?!!" Tanya Lintang semangat pada (Namakamu). "Iya, Lintang." Jawab (Namakamu) dan duduk di hadapan Lintang.

"Yeeees! Bub masakin Lintang ya? Apa aja pasti Lintang makan!" Pinta Lintang pada (Namakamu). "Lintang mau apa emangnya? Nanti aku bikinin." Jawab (Namakamu).

"Yah, kok malah Lintang sih yang enak dimasakin Ala terus?" Eluh Iqbaal membuat (Namakamu) terkekeh. "Duda ngirian mulu." Cibir (Namakamu).

"HAHAAHHAHAHA BUBBI MANGGIL AYAH APA?!!"

"Duda."

Sontak Lintang tertawa terbahak-bahak membuat Iqbaal kesal lantaran (Namakamu) dan Lintang mengejeknya. "Gitu yaa sekarang mainannya gitu. Biar aja kamu cuma di masakin sama bubbi, ayah nanti ngehasilin adek--"

"Mas mulutnya!" Tegur (Namakamu). Lintang tertawa lagi, "nggak papa bubbi, Lintang udah ngerti kok. Lagian nggak papa juga, emang Lintang mau kok punya adek lagi."

"Aduh udah udah bahasnya mulai ngawur, cepetan sarapannya udah jam enam lewat nanti telat." Ucap (Namakamu) mengalihkan topik pembicaraan. "Tau kamu Lintang, berangkat sana. Udah jam berapa ini,"

"Yeu bilang aja ayah mau berduaan sama bubbi dulu." Celetuk Lintang membuat Iqbaal terkekeh. "Peka banget anak ayah."

"Yaudah, Lintang berangkat dulu. Salim." Ucap Lintang dan menyalimi tangan Iqbaal juga (Namakamu) juga diakhiri mengecup pipi (Namakamu). "Bye bubbi! Bye ayah! Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam." Jawab (Namakamu) dan Iqbaal bersamaan. Dan Lintang pun pergi mengambil jaketnya juga helmnya untuk berangkat sekolah menggunakan motor trail nya.

"La.."

"Hm?" Jawab (Namakamu) dengan gumamam. "Gimana kita mau nikah kalo Ala nggak mau lurusin hubungan Ala sama mama dan papa?" Tanya Iqbaal membuat (Namakamu) menjadi sedikit tersinggung.

"Sorry kalo Ala tersinggung, tapi maksud mas itu.. mas nggak mau lama-lama aja pacaran gitu, selagi mas udah yakin siapa pendamping mas, udah cocok sama Lintang ya kenapa nggak langsung nikah?" Jelas Iqbaal meluruskan agar (Namakamu) paham maksudnya Iqbaal.

"Ala pusing, Ala nggak tau mama dan papa masih peduli sama Ala atau nggak mas." Jawab (Namakamu). "Ala terakhir ketemu mama kapan?" Tanya Iqbaal.

"2 tahun lalu waktu Ala ke US.."

"Mama tinggal dimana emangnya?" Tanya Iqbaal lagi. "Di San Diego, California mas."

"Great! Kita bisa kesit--"

"Kita?" Tanya (Namakamu) bingung. "Selagi ada peluang untuk meluruskan sesuatu yang salah, why do not the best for it?"

"Maksud mas itu Ala sama mas samperin mama ke US?" Iqbaal menganggukan kepalanya. "Mas, tapi gimana caranya? Mas baru berangkat besok kan?" Tanya (Namakamu).

"Nanti aja, kalo mas udah selesai kerjaannya baru Ala sama Lintang nyusul mas ke US. Gimana? Ala setuju?" Tanya Iqbaal membuat (Namakamu) tak enak hati. "Mas beneran deh, Ala itu belum jadi siapa-siapa nya mas, tapi mas udah ngeluarin banyak uang untuk Ala. Ala nggak enak."

"Ala, untuk sekarang dan seterusnya kalo Ala jadi istri mas, Ala udah jadi tanggung jawab mas baik di akhirat sama di dunia. Ala nggak perlu nggak enak, itu udah tugas mas. Jadi, nggak perlu khawatir soal itu ya." Ucap Iqbaal pada (Namakamu). (Namakamu) tersenyum,

"Thank you, mas. Udah selalu ada untuk Ala.."

"Peluk dulu sini." Ucap Iqbaal, (Namakamu) pun mencondongkan tubuhnya dan memeluk Iqbaal yang sedang merentangkan tangannya. "Mas sayang sama Ala.. jangan pernah raguin rasa sayang mas ke Ala ya sayang."

(Namakamu) bergumam dan menikmati pelukan hangat di pagi hari itu. Mulai hari ini, ia akan mencoba semuanya seperti realitanya, yaitu menjadi ibu yang baik untuk Lintang dan akan menjadi istri yang baik untuk Iqbaal.

****

"Mas, kayaknya mas bagus deh kalo pake kemeja ini." Ucap (Namakamu) dan memberikan Iqbaal kemeja hitam polos. "Ala mau mas pake ini, hm?" Tanya Iqbaal.

(Namakamu) menganggukan kepalanya. "Oke, mas masukin koper ya. Nanti mas pake."

"Oke deh, mas." Lalu (Namakamu) melanjutkan membantu Iqbaal memberesi pakaiannya untuk ke US besok. "Masss, ini juga bagus. Kok baju mas bagus-bagus sih?"

"Mana yang bagus? Sini, yang menurut Ala bagus siniin, nanti mas bawa." Ucap Iqbaal dan membuat (Namakamu) memberikan beberapa kaos juga kemeja pada Iqbaal.

"Dulu itu.. Dyvara sering pilihin baju untuk mas. Ya ini semuanya hasil yang dia beli untuk mas," jelas Iqbaal membuat (Namakamu) sedikit memanas. "Oh.."

Iqbaal menatap (Namakamu) aneh lalu terkekeh. "Cemburu ya?"

"Nggak, Ala nggak cemburu." Elak (Namakamu) dan melanjutkan pekerjaannya. "Ah masa?"

"Iya! Ih, udah deh, dibahas terus!" Iqbaal kembali tertawa lagi. "Kok jadi marah-marah sih? Ala cemburu baju-baju mas yang beliin Dyvara?"

"Nggak."

"Mas buang aja baju-bajunya ya? Gantian, Ala yang beli." Ucap Iqbaal membuat (Namakamu) memelototkan matanya. "HIH GAK USAH KONYOL!"

"Ya abisnya cemburu gitu.."

"Yaudah kan Ala bilang nggak usah dibahas, mas masih aja nanya-nanya, masih aja ngomong terus." Balas (Namakamu). "Yaudah maafin mas ya?"

"Iya."

Iqbaal tersenyum lalu mengusap singkat pipi (Namakamu). "Mas, nanti mas anter Ala pulang dulu kan ke kos Shilla?" Tanya (Namakamu).

"Iya dong.. besok Ala mau kerumah mas mau dijemput supir mas?" Tawar Iqbaal. "Nggak, Ala bawa mobil aja. Mobil Ala udah lama nggak dipake juga, takut mogok."

"Yaudah, hati-hati ya kalo bawa mobil gitu, mas takut kenapa-kenapa." Balas Iqbaal. "Iya."

(Namakamu) lalu menutup koper Iqbaal dan menresletingnya. "Selesai!" Pekik (Namakamu).

"Makasih Ala.." ucap Iqbaal. "Sama-sama, mas. Mas, Ala numpang tiduran yaaa?"

Iqbaal menganggukan kepalanya sementara ia masih melanjutkan memasukan baju dan celananya, (Namakamu) berbaring di kingsize ranjangnya.

(Namakamu) memainkan ponselnya sembari berbaring di ranjang Iqbaal. "Mas."

"Hm?"

"Mas setiap hari tidur sendiri?" Tanya (Namakamu). "Iya lah, mau tidur sama siapa? Lintang? Bi Narsih?"

(Namakamu) terkekeh. "Kali aja sama Dyvara."

"Nggak, Dyvara nggak pernah nginep disini. Lintang galak kalo sama Dyvara." Jawab Iqbaal. "Enak nggak mas tidur sendiri?"

"Ala nanya gitu emang Ala nggak ngerasain tidur sendiri?" Tanya Iqbaal balik kepada (Namakamu). "Ngerasain sih, biasa aja."

"Nah itu, biasa aja. Kan bentar lagi tidurnya ditemenin Ala." Goda Iqbaal. "Ihh, genit!"

Iqbaal tertawa. Sedangkan (Namakamu) melanjutkan memainkan ponselnya hingga ia ketiduran di ranjang Iqbaal. Sekitar 20 menit Iqbaal selesai mempacking semua barangnya, Iqbaal baru sadar kalo (Namakamu) tertidur dengan damainya.

Iqbaal pun mengambil ponsel yang masih ada di dada (Namakamu) untuk ditaruh di nakas, Iqbaal pun bergerak perlahan ke sebelah (Namakamu) dan ikut tertidur sembari memeluk guling favoritenya sekarang; yaitu Alana (Namakamu) Zavierra.

****

Deuuuh mo publish malem-malem malah di suruh publish sekaranggg:( yaudah deh. Selamat membaca, peeps💗

-messyfellas.

ALE & ALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang