twenty nine

6.1K 875 100
                                    

"Masuk," ucap Anna saat melihat (Namakamu), Iqbaal dan Lintang yang berdiri di daun pintu rumahnya. Akhirnya, (Namakamu), Iqbaal, dan Lintang pun ikut masuk kedalam rumah dan dipersilahkan duduk di sofa ruang tamu rumah Anna.

"Tunggu, mau panggil Vara dulu." Ucap Anna dan ia pun memanggil Dyvara. "Sebenernya tante Anna mau ngapain sih?" Bisik Iqbaal mempertanyakan tujuan Anna memanggil dirinya ke rumahnya.

"Udah, mas liat aja nanti." Balas (Namakamu) sembari menunggu datangnya Anna dan Dyvara. Tak lama pun datanglah Anna dan Dyvara lengkap dengan wajah pucat pasinya seperti benar-benar sakit.

"Iqbaal."

Iqbaal menaikan alisnya saat Anna menanggil namanya, "tante mau Iqbaal menikah sama Dyvara."

"Kemarin kan sudah test DNA, hasilnya pun anak yang dikandung Dyva bukan anak saya, kenapa masih terus bersikeras sih kalau saya harus menikahi Dyva?" Ya, kosa kata Iqbaal sudah berubah akibat kejadian kemarin.

Jika Iqbaal sudah benar-benar marah, ia akan merubah kosa katanya menjadi baku dan ditambah dengn nadanya yang dingin. "Dyvara sakit Baal!"

"Jangan coba untuk menipu saya tante, Dyva nggak punya riwayat penyakit apapun." Jawab Iqbaal lagi. "Dyvara sakit leukimia stadium 3, kamu masih bisa-bisanya bilang Dyvara nggak sakit apa-apa?!"

"Saya nggak percaya." Tukas Iqbaal lantas membuat Dyvara kali ini menangis, Dyvara pun memberikan sebuah map yang sudah di pegangnya sedari tadi. "Kamu baca."

Iqbaal mengambil map tersebut dan membukanya, disitu terdapat jelas tulisan bahwa Dyvara memang benar-benar sakit leukimia stadium 3.

"Sejak kapan kamu sakit?" Tanya Iqbaal pada Dyvara yany menyita perhatian (Namakamu) dan Lintang secara bersamaan. Dyvara terdiam,

"Udah pokoknya permintaan Vara sebelum meninggal itu adalah pengen jadi istri kamu. Jadi tante mohon, keinginan Vara di kabulin." Ucap Anna menyimpulkan semuanya membuat (Namakamu) memelototkan matanya.

"Mas Ale punya (Namakamu), ma." Ucap (Namakamu). "Kamu orang sehat, Vara lagi sakit! Bisa nggak sih kamu sedikit kasian sama Vara?!"

"Apa semua orang sakit harus di kasianin ma?" Lirih (Namakamu) pada Anna. "Apa semua orang sakit harus dikabulin permintaannya?"

"Izinin (Namakamu) untuk bahagia ma, (Namakamu) baru ngerasain kebahagiaan disaat (Namakamu) sama mas Ale. Jangan ambil kebahagiaan (Namakamu) lagi."

Iqbaal sontak merangkul tunangannya yang sudah mulai berkaca-kaca akibat ketidak adilan yang ia rasakan. "(Namakamu) selama ini sabar dan diam ma, papa pukulin (Namakamu), Elen fitnah (Namakamu), semua udah (Namakamu) rasain pahitnya. Sekarang (Namakamu) mau bahagia ma, izinin (Namakamu) untuk bahagia."

"Kamu ngerti nggak sih?! Kamu orang sehat, dimana-mana juga bisa langsung dapet pacar. Ini Vara, lagi berjuang untuk sakitnya. Dia lebih butuh Iqbaal daripada kamu!"

(Namakamu) menggelengkan kepalanya. "(Namakamu) lebih butuh Iqbaal, ma! (Namakamu) butuh penguat dalam hidup!"

"Lo bisa nggak sih ngalah sedikit sama gue hah?! Gue lagi sakit!" Sahut Dyvara membuat (Namakamu) ingin sekali menerkamnya. "Lo satu-satunya orang tercupu yang pernah gue temuin, Dyv. Lo sakit, dan lo minta dikasianin dengan cara rendah kayak gini. Sama sekali nggak ninggi harga diri lo." Desis (Namakamu) pada Dyvara.

"(NAMAKAMU)!" Bentak Anna dan langsung menampar pipi (Namakamu) membuat Iqbaal harus bangkit dari kursinya melindungi (Namakamu). "CUKUP! Saya menghormati tante sebagai orang tua disini, dan menurut saya perlakuan tante sudah dibilang tidak wajar. Saya udah nggak punya waktu untuk urus drama murahan kayak gini, dan sampe kapanpun, (Namakamu) tetap menjadi istri saya dan nggak ada yang boleh memisahkan kami kecuali Tuhan. Terimakasih." Tegas Iqbaal lalu langsung menarik tangan (Namakamu) untuk pergi keluar dari rumah Anna.

"Ingetin lagi, bubbi punya dua bodyguard. Hati-hati bermain api sama kami." Desis Lintang kepada Anna dan Dyvara sebelum menyusul Iqbaal dan (Namakamu).

****

"Alana, udah.. jangan nangis terus sayang." Ucap Iqbaal yang tak tega melihat (Namakamu) terus-terusan menangis akibat perlakuan ibu kandungnya tadi. "Ala capek mas hidup kayak gini, orang tua Ala udah nggak ada yang mengharapkan Ala lagi."

"Jangan putus asa kayak gitu, mas dan Lintang masih mengharapkan Ala disini. Kami butuh Ala untuk hidup kami, jangan merasa seperti itu ya?"

(Namakamu) memeluk Iqbaal yang sedang duduk di sofa kamar hotel mereka. "Ala sayang sama mas. Ala mau sama mas terus, Ala nggak mau sama orang tua Ala. Ala takut."

Iqbaal pun langsung menangkup tubuh mungil (Namakamu) dan memangkunya.

"Jangan khawatir sayang, mas selalu disini, jagain Alana, jagain Lintang ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan khawatir sayang, mas selalu disini, jagain Alana, jagain Lintang ya?"

(Namakamu) menganggukan kepalanya dan kembali memeluk Iqbaal dan menaruh kepalanya di bahu Iqbaal. "Ala.."

"Ya?"

"Apapun yang terjadi jangan pernah tinggalin mas ya?"

(Namakamu) langsung menatap Iqbaal, "tinggalin aja."

"Lho kok?"

"Tinggalin ke toilet, Ala kebelet pipis." Balas (Namakamu) terkekeh membuat Iqbaal berdecak kesal. "Alana!"

(Namakamu) pun segera turun dari pangkuan Iqbaal dan lari ke arah kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Namakamu) pun segera turun dari pangkuan Iqbaal dan lari ke arah kamar mandi. Iqbaal menggelengkan kepalanya, gadisnya sangat imut membuatnya ingin sekali menciumnya.

Kalau kalian menotice kemana Lintang, Lintang sedang berjalan sendirian karena ia tau dan peka bahwa ayahnya butuh waktu untuk berdua dengan bubbinya. Maka dari itu Lintang tak mau menganggu waktu mereka.

"Ala, jangan lama-lama!"

(Namakamu) pun tak lama keluar dari kamar mandi dan lari kembali menuju ke pangkuan Iqbaal, ia senang berada di pangkuan Iqbaal membuatnya merasa kembali seperti anak kecil dulu.

"Udah nggak nangis lagi kan?" Tanya Iqbaal dan mencoba menguncir rambut panjang (Namakamu). "Emang mas bisa nguncir rambut?"

"Bisa dong, kepang aja mas bisa!"

"Ohiya?" Iqbaal lantas menganggukan kepalanya. "Coba kepang Ala,"

"Nggak ah, mas maunya di kuncir aja. Biar enak."

"Hah?"

Iqbaal terkekeh dan menciumi leher jenjang (Namakamu). "Maaas ih!"

(Namakamu) tertawa geli, ia merasa geli jika lehernya dikecupi oleh Iqbaal. "Mmm you smell wonderful."

"Geliii ihh," tukas (Namakamu) yang merasa geli karena ulah Iqbaal. "Ala, you succeeded changed my world the day i met you and i have never looked back since."

****

maap ah kalo gangefeel mah:")

-messyfellas.

ALE & ALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang