six

5.7K 815 149
                                    

"Ya Allah kak, separah itu?!" Ucap Lintang yang tak menyangka pada Arif yang berperilaku seperti itu ke (Namakamu).

"Udah lah, gue juga nggak papa kok. Gue emang takut, bahkan trauma. Tapi ini hidup gue, berusaha jalanin aja. Karena kalo gue menghindar, gue rasa masalah ini juga nggak akan selesai." Jelas (Namakamu). "Terus papa kakak gimana?"

"Nggak tau, gue nggak ketemu dia semenjak kejadian waktu itu."

"Mak lampir?" Tanya Lintang yang bermaksud menanyakan Elen. "Nggak tau juga, nggak liat gue." Jawab (Namakamu). Mereka berdua sedang mengobrol di lapangan kampung dimana tempat mereka pertama bertemu.

"Kak.. jangan maksain bilang nggak papa. Aku khawatir." Ucap Lintang. "Lo ngomong gue gini ngeri, Ntang."

Dahi Lintang berkerut. "Ngeri? Kenapa?"

"Lo suka sama gue ya?" Tanya (Namakamu) yang membuat Lintang tertawa terbahak-bahak. "Ih, Lintang! Lo nyebelin banget sih malah ketawa!"

"Kakak konyol banget sih, mana mungkin aku suka sama kakak?! Umur kita aja jauh banget, kak. Kakak tuh pantes sama ayah,"

(Namakamu) menoleh pada Lintang. "Lo ngomongin itu terus, emang bokap lo kayak gimana sih?"

"Nih, bentar." Ucap Lintang dan mengambil ponselnya. Ia terlihat mencari-cari foto Iqbaal pada ponselnya, saat ketemu, Lintang langsung memberikan ponselnya untuk melihatkan (Namakamu) foto ayahnya.

 Ia terlihat mencari-cari foto Iqbaal pada ponselnya, saat ketemu, Lintang langsung memberikan ponselnya untuk melihatkan (Namakamu) foto ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu, mirip nggak sama aku?" Tanya Lintang. "Kaga sama sekali. Jauh."

"Ih, kakak!"

Kali ini, (Namakamu) yang tertawa. Hal itu membuat Lintang tersenyum lega bisa membuat (Namakamu) tertawa disela beban hidupnya yang lebih berat darinya.

"Ayah aku ganteng nggak kak?" Tanya Lintang. (Namakamu) menggelengkan kepalanya, ia berbohong sebenarnya. "Kalo umur 20an waaah, gue gebet!" Canda (Namakamu).

"Lah, ini ayah umur 28 kak. Masih 20an dong?"

"Nggak, ah. Males, udah punya anak sih." Jawab (Namakamu). "Yah! Padahal Lintang mau banget kakak sama ayah."

"Dih, terus gue jadi ibu lo?"

Lintang tersenyum dan menganggukan kepalanya. "In yor drim, Lintang. Nggak akan pernah. Yakali gue tiba-tiba udah punya anak segede lo?"

"Yakan bikin lagi sama ayah yang bar--"

"LINTANG MESUM DEH!" Pekik (Namakamu) membuat Lintang kembali tertawa. "Sekalian bikinin Lintang adik.."

"Stop deh, udah dibilang nggak akan pernah terjadi juga."

"We'll see."

****

"Assalamualaikum." Ucap Lintang saat dirinya memasuki rumah Rike dan Herry. "Waalaikumsalam, Lintang.. darimana aja nak?" Tanya Rike dan menghampiri Lintang. Lintang membuka hoodie dan topinya lalu menyalimi Rike.

"Ngobrol sama kak (Namakamu) di lapangan kampung deket rumah. Kak (Namakamu) kasian banget nek.. dia habis di lemparin cangkir, remote trus vas bunga nek! Abis itu ditampar bulak-balik sama papanya! Ehhh, ibu tiri dia malah manas-manasin suasana, kasian nggak sih nek sama kak (Namakamu)?!" Cerita Lintang dengan semangat pada Rike. Rike terkejut, "Astaghfirullah hal adzim.. ya Allah.. terus gimana Lintang?"

"Muka kak (Namakamu) lebam-lebam nek, luka juga. Lintang nggak tega banget, nek."

"Siapa sih (Namakamu) yang Lintang sebut itu?" Sahut Iqbaal tiba-tiba membuat Lintang berdecak malas. Rike mengode Lintang agar tak berperilaku seperti itu.

"Emang kalo ayah tau, bakalan berpengaruh ke hidup ayah?" Tanya Lintang. "Ayah mau kenal sama temen Lintang, terutama (Namakamu) itu." Ucap Iqbaal.

"Kenalin ke ayah, nak. Jangan bantah." Sahut Rike lembut. "Yaudah nanti, kak (Namakamu) nya masih sakit."

"Dia yang tandatangani surat skors kamu kan? Kenapa kamu nggak bilang sama ayah?" Tanya Iqbaal. "Emangnya ayah dateng? Nggak pernah kan? Dari Lintang SMP yah, ayah atau bunda nggak pernah dateng. Terus buat apa Lintang manggil ayah untuk urusan skorsing?" Balasan Lintang membuat Iqbaal sedikit terpancing amarahnya.

"Ayah curiga, jangan-jangan karena (Namakamu) itu kamu jadi kurang ajar ya sama ayah?" Desis Iqbaal. Lintang menatap Iqbaal terkejut,

"Hati-hati yah kalo ngomong. Kak (Namakamu) nggak pernah ngajarin keburukan ke Lintang. Justru dia ngajarin banyak kebaikan ke Lintang!" Bentak Lintang dan langsung lari masuk ke dalam kamar yang ia inapi.

"Ale! Berapa kali bunda bilang, kalo ngomong jangan suka begitu!" Oceh Rike pada Iqbaal. "Ale cuma menerka-nerka aja, takutnya (Namakamu) membawa pengaruh buruk untuk Lintang."

"(Namakamu) nggak seburuk itu, bunda kenal dia." Ucap Rike dan juga pergi kedapur meninggalkan Iqbaal yang masih sedikit kesal. Iqbaal pun pergi dari rumah Rike untuk menjemput Dyvara selesai pulang kantor.

****

"Lintang.. makan malam dulu." Pekik Rike dari luar kamar yang Lintang inapi. "Iya, sebentar!"

Lintang langsung keluar kamar menyusul Rike, Rike tersenyum dan merangkul cucu laki-lakinya.

"Ada siapa nek?" Tanya Lintang. "Tante Dyva."

Lintang berdecak lagi. "Nek, Lintang--"

"Lintang, cucu nenek yang paling ganteng.. dengerin penjelasan ayah dulu ya nak, baru Lintang boleh marah-marah." Lintang terdiam dam menurut.

Di ruang makan memang terdapat Herry, Iqbaal juga Dyvara. "Hai Lintang sayang.. nginep dirumah nenek dan kakek dari kapan?" Sapa Dyvara.

"Kemarin."

"Seneng yaa dirumah nenek sama kakek?" Lintang tak menjawab dan malah duduk di hadapan Iqbaal. "Mama Dyv--"

"Tante, bukan mama." Ralat Lintang pada Iqbaal. "Iya, tante Dyv nanya. Masa nggak kamu jawab."

"Ya masa nggak tau jawabannya? Kan Lintang emang sering nginep kesini kalo ayah sama tante Dyv lagi liburan berdua." Ucapan Lintang lantas membuat Iqbaal dan Dyvara diam sekaligus tegang. Karena selama ini, tak ada satupun orang yang tau kalau Iqbaal dan Dyvara sering liburan berdua bahkan melakukan hubungan layaknya suami istri sebelum ada ikatan pernikahan.

"Lintang, dapet informasi darimana?" Tanya Iqbaal, suaranya mulai tegas. "Lintang bukan anak kecil, yah. Lintang tau ayah sering liburan sama dia dengan alasan ayah keluar kota lah apa lah segala macemnya."

"Le? Yang dibilang anak kamu benar?" Tanya Herry. Herry sangat tidak setuju jika anaknya berperilaku seperti itu tanpa ada ikatan pernikahan sebelumnya.

"Bener, kek. Lintang liat sendiri, bahkan Lintang pernah lihat foto-foto mereka, foto tiket pesawatnya." Jawab Lintang. "Lintang!" Tegur Iqbaal.

"Benar itu Dyvara?" Tanya Rike kali ini. Dyvara menundukkan kepalanya, sedangkan Lintang tersenyum menang. Nice strategy, Lintang!

"Habis makan malam, ayah minta Iqbaal dan Dyvara untuk bicara bersama ayah dan bunda. Lintang, habis ini ke kamar. Lintang nggak boleh denger ini, ini masalah orang dewasa." Titah Herry dengan ketegasannya. "Siap, kakek!"

"Makan dulu ya sekarang." Ucap Rike dan memberikan Lintang nasi juga lauk pauknya. Berbeda dengan Iqbaal dan Dyvara yang masih ketakutan, Iqbaal terlihat ingin sekali meninju kembali putranya. Namun ia sadar perbuatan itu adalah perbuatan yang salah, maka ia mengurunkan keinginannya itu.

****

Nihh aku lanjuuut, btw makasih banyaaak utk kalian yang suka sm ceritakuuu😭💕 aku sengaja bikin alur ini yang nggak mainstream supaya ada yang beda dan punya ketertarikan sendiri aja dari cerita-cerita biasanya.

Ohiya tadi ada yang message aku, katanya aku bikin group whatsapp aja. Sebelum bikin tapi aku mau nanya, emangnya kalian mau join? Hahaha😁

-messyfellas.

ALE & ALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang