fifty

6.2K 845 73
                                    

"Yah, bubbi udah berangkat?" Tanya Lintang pada ayahnya yang berada di seberang sana. "Ayah di kantor, nggak tau, dek. Bubbi belum sampe?"

"Belum, udah mau selesai yah waktu ambil rapotnya tapi bubbi belum dateng juga, gimana dong?"

"Coba kamu telpon bubbi atau mbak udah belom?" Tanya Iqbaal pada Lintang. "Udah yah, telpon bubbi nggak ada jawaban, telpon mbak katanya bubbi udah jalan dari tadi. Lintang takut, bubbi kenapa-kenapa."

Iqbaal terdiam. "Yah?"

"Iya, dek. Ayah kesekolahan Lintang sekarang juga. Tunggu ya, jangan kemana-mana."

"Iya, yah. Hati-hati ya." Pesan Lintang sebelum panggilan itu terputus. Lintang lalu mendudukan bokongnya di kursi depan kelas yang sudah disediakan. "Bub, kemana sih? Kenapa di telp nggak diangkat?" Tanya Lintang pada dirinya sendiri.

Lintang memejamkan matanya, hati dan otaknya sudah memikirkan hal yang buruk yang akan terjadi kepada (Namakamu). Ia takut kalau (Namakamu) kecelakaan atau ada hal buruk yang terjadi kepada (Namakamu).

"Ntang?"

"Eh!" Seru Lintang karena terkejut saat melihat wajah cantik Trisha yang sudah didekatnya saat ini. "Sha, aku pikir siapa." Jawab Lintang dan menghela nafasnya kasar saat melihat Trisha.

"Are you okay?"

Lintang menggelengkan kepalanya. "Loh, kenapa? Bubbi dan ayah mu nggak bisa dateng?" Tanya Trisha.

"Bukan, bubbi nggak ada kabar. Tadi terakhir kabar jam 9 bilang on the way kesini. Ini jam 1 siang belum ada tanda-tanda sampe." Jelas Lintang dengan raut wajah khawatirnya.

"Mungkin bubbi kena macet?"

"Nggak mungkin, Sha. Kalo pun kena nggak akan selama ini. Jarak rumah aku ke sekolah juga nggak jauh banget, Sha. Aku tanya mbak Jidah, dia bilang bubbi udah berangkat dari jam 9. Aku bener-bener takut, Sha, asli."

Trisha tersenyum dan mengusap bahu Lintang perlahan, "positive thinking, Ntang. Semakin kamu mikirin hal buruk, semakin nggak baik untuk kamu. Kamu jangan mikir yang buruk akan terjadi sama bubbi, insya Allah bubbi baik-baik aja."

Lintang tak sadar air matanya menurun, dengan cepat Trisha mengusap air matanya Lintang. "Kok nangis?"

"Aku nggak bisa, Sha. Nggak tau, feeling aku udah buruk banget bubbi. Kayaknya ada something wrong yang terjadi sama bubbi. Aku nggak tau lagi harus apa, Sha. Aku bingung." Ucap Lintang pada akhirnya membuka apa yang ia pikirkan sedari tadi. "Aku kan tadi udah bilang, kalo kamu mikirin hal buruk terus nggak baik untuk kamu Ntang.. Ayo, jangan mikir jelek, mikir aja mungkin ban bubbi bocor, hayo."

Lintang tersenyum. "Thanks, Sha. Kamu paling bisa bikin hati aku tenang, padahal aku bener-bener lagi jelek banget perasaannya."

"Jangan terima kasih, udah itu pekerjaan aku sebagai pacar kamu hehehe. Kamu udah makan?" Tanya Trisha pada Lintang. "Belum sayang, aku nunggu ayah. Kamu ngapain masih disini? Bukan mama kamu udah ambil rapot?"

"Aku OSIS, Ntang. Tadi mama ambil rapot terus pulang lagi. Aku balik lagi ke ruang OSIS ya?" Izin Trisha pamit pada Lintang. Lintang menganggukan kepalanya mengizinkan,

"Hati-hati, Sha. Kabarin aku ya!"

"Siap, Lintang sayang!" Jawab Trisha membuat Lintang sedikit bisa tersenyum dan hatinya mereda sedikit. "Lintang!" Seru Iqbaal yang baru datang berada di koridor sekolah Lintang.

"Ayah!" Balas Lintang dan langsung lari menghampiri Iqbaal dan memeluk Iqbaal. "Ayah, gimana?! Ada kabar dari bubbi?!" Tanya Lintang panik.

"Ayah ambil rapot kamu dulu, habis itu baru kita cari bubbi."

Lintang mengangguk setuju karena Lintang siswa terakhir yang belum mengambil rapot.

****

"Yah, emang bubbi nggak bilang ayah naik apa atau berangkat jam berapa?" Tanya Lintang saat mereka sudah berada di dalam mobil setelah selesai mengambil rapot. "Bilang cuma mau ke sekolahan kamu dan naik mobil. Tadi bilang sama ayah jam 9an, ayah berangkat ke kantor jam 8an. Ayah nggak tau sama sekali terus tadi terakhir kontak jam 9 itu pas bubbi mau ke sekolah kamu." Jelas Iqbaal sembari mengendalikan stir mobilnya.

"Yah, Lintang takut bubbi kenapa-kenapa." Ucap Lintang khawatir pada (Namakamu). "Ayah juga, dek. Cuma gimana, kalo kita panik nggak bakal ada cara yang masuk akal. Kita coba ketemu sama kak Sarah dulu, tadi ayah udah kontak dia."

Lintang tiba-tiba langsung membentuk bibirnya sedih, "Lintang nggak mau kehilangan bubbi lagi, Lintang sayang sama bubbi, Lintang nggak mau bubbi kenapa-kenapa yah. Lintang udah bahagia dengan adanya bubbi, Lintang nggak mau kalo bubbi ninggalin Lin--"

"Dek, kamu ngomong apa sih? Nggak boleh bicara kayak gitu! Siapa tau bubbi nggak kenapa-kenapa, mobilnya cuma mogok! Kan kita belum tau seluk beluknya!" Marah Iqbaal pada Lintang yang barusan menangis akibat over thinking.

"Tapi feeling Lintang tuh bubbi kenapa-kenapa, yah!"

"Nggak boleh bicara kayak gitu, Lintang. Kita nggak tau apa yang sebenernya terjadi sama bubbi. Kamu jangan mikir yang nggak-nggak dulu!" Oceh Iqbaal lagi. "Lintang takut, ayah.. Lintang masih mau punya ibu."

"Bubbi nggak kenapa-kenapa, Lintang. Kamu jangan malah bikin ayah makin pusing! Ayah juga khawatir bubbi kemana! Jangan kamu pikir cuma kamu yang khawatir dan panik, ayah juga!" Bentak Iqbaal pada Lintang membuat Lintang terdiam. "Lintang cum--"

"Just shut the fuck up. Jangan bikin ayah makin kacau, ayah lagi kacau sekarang. Bisa-bisa kita kecelakaan kalo kamu banyak bicara yang bikin ayah makin keruh." Tukas Iqbaal dengan nada tajamnya membuat Lintang benar-benar terdiam tak berani melawan ucapan Iqbaal.

****

guys im back, gmn gmn seneng gak? gak y? w up malem karna moodnya adanya skr jir🤣

itu ala kemane ye hayu tebaq buah manggis

-messyfellas

ALE & ALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang