"Kak, jangan marah sama Lintang.." ucap Lintang saat mereka sudah berada didalam mobil. "Lagi lo tuh kalo bandel diluar sekolah bisa nggak sih? Jangan sampe orang tua lo itu nanggung malu karena anaknya yang brutal di sekolahan. Gue bandel tapi nggak di kampus." Omel (Namakamu).
"Udah lah, (Nam).. lo kan perempuan, Lintang laki-laki pasti beda rasanya." Ucap Sarah meleraikan (Namakamu) yang mengomel. Sarah sudah dijelaskan oleh (Namakamu) siapa Lintang, maka dari itu Sarah mengerti sekali bagaimana Lintang.
"Ayah kamu tau nggak kamu kayak gini?" Tanya Sarah pada Lintang. "Nggak, kak. Selama ini kalo ada panggilan orang tua yang dateng kalo nggak nenek ya tante Ody. Kakaknya ayah." Jawab Lintang.
"Terus mau sampe kapan lo kayak gini? Segala tawuran lagi. Kalo lo kenapa-kenapa gimana, Lintang?"
"Mungkin emang aku harus kenapa-kenapa kak biar ayah bisa perhatian sama aku lagi kayak dulu." Balas Lintang membuat (Namakamu) menginjak pedal rem nya mendadak.
"(Namakamu)!" Tegur Sarah. "Gila ni orang. Lintang, dengerin gue. Lo nggak sendiri, gue juga broken home. Tapi nggak begitu caranya untuk menyelesaikan semuanya. Pelan-pelan, pake strategi." Lintang berdecak.
"Kak, hampir tiap hari aku ribut sama ayah dengan hal yang sama. Ayah nggak ngerti kenapa aku kayak gini, padahal aku sering jelasin ke ayah mau aku kayak gimana kak. Aku cuma mau kasih sayang ayah dan bunda tanpa campur tangan orang lain. Dengan cara tawuran, kebut-kebut an itu yang bikin aku bisa lupa dan luapin rasa kesel aku dirumah." Jelas Lintang pada (Namakamu).
"Gue ngerti, gue juga ada di posisi lo. Maksud gue, lo mau nakal silahkan, lo mau cari perhatian dari bokap nyokap lo silahkan tapi nggak dengan cara di sekolah gini Lintang. Lo ngerti kan maksud gue?" Tanya (Namakamu) mulai melembut. Sarah menatap kedua orang ini dengan perasaan yang iba, kedua orang yang sama-sama merasakan kehancuran di keluarga kecil nya.
"Ngerti kak. Maafin aku ya kak.." ucap Lintang pada akhirnya. "Gue nggak marah sama lo, cuma ngasih tau aja."
Lintang menganggukan kepalanya. "Kalo boleh tau, ayah kamu kerja apa?" Tanya Sarah membuat (Namakamu) melirik Sarah sinis. Ia tau Sarah mulai genit juga dengan ayahnya Lintang.
"Ayah aku jadi direktur keuangan di salah satu perusahaan gitu kak." Jawab Lintang.
"Wow. Kalo bunda kamu?"
"Bunda buka cathering, tapi nggak tau masih jalan apa nggak. Kerjaannya gonta-ganti calon suami terus soalnya."
"Lintang, nggak boleh bilang begitu.." tegur (Namakamu). "Lintang cuma kesel, sakit hati gitu lho kak. Hak Lintang sebagai anak mereka tuh nggak didapetin sekarang."
"Kita ngerti, tapi kamu nggak boleh juga menjelekkan orang tua kamu." Sahut Sarah. "Bener kata Sarah. "Jawab (Namakamu).
Lintang terdiam. "Gue anter lo pulang sekarang ya, gue nggak mau bawa lo kemana-mana dulu. Itu hukuman karena lo udah ikut tawuran." Ucap (Namakamu) dengan tegas. Lintang hanya mengangguk menuruti ucapan (Namakamu).
****
"Gue anter lo pulang sekarang ya, gue nggak mau bawa lo kemana-mana dulu. Itu hukuman karena lo udah ikut tawuran." Hati Lintang sedikit memanas, ia berharap ada sosok orang tua yang bisa setegas dan seperhatian itu kepada dirinya. Semenjak Lintang kenal (Namakamu), Lintang merasa selalu di perhatikan walaupun dengan cara yang berbeda.
Pada akhirnya, (Namakamu) benar-benar membawa Lintang pulang kerumahnya. "Hah? Ada mobil ayah?" Gumam Lintang saat mobil (Namakamu) berhenti didepan gerbang rumah nya Lintang.
"Itu siapa?" Tanya Sarah saat melihat orang yang sedang mencuci mobil Chevrolet nya di halaman rumah Lintang. "Tumben banget ayah cuci mobil." Gumam Lintang, pandangannya masih melekat kearah Iqbaal yang sedang mencuci mobilnya.
"Bokap lo?" Tanya (Namakamu). "Iya kak." Jawab Lintang. "Yaudah lo turun sana, samperin bokap lo." Titah (Namakamu). "Iya kak, makasih ya kak (Namakamu) dan kak Sarah." Dengan segala kebingungan Lintang, akhirnya Lintang turun dari mobil. Dan mobil (Namakamu) kembali melaju meninggalkan rumah itu.
"Loh, Lintang? Ini baru jam 12, kok kamu udah pulang?" Tanya Iqbaal saat melihat putra nya turun dari sebuah mobil Jeep berwarna putih. "Lintang capek." Ucap Lintang seadanya.
"Kamu naik mobil? Mobil siapa?"
"Kak (Namakamu)." Jawab Lintang seadanya. "Siapa dia?" Tanya Iqbaal lagi. "Temen nya Lintang."
"Kok Lintang nggak per--"
"Mas, ini kopinya." Ucap Dyvara yang baru keluar dari dalam rumah mereka membawa secangkir kopi untuk Iqbaal membuat Lintang berdecak malas dan memutarkan kedua bola matanya. "Lintang udah pulang?" Tanya Dyvara. "Ditanya sama mama Dyv tuh. Jawab." Titah Iqbaal membuat Lintang berdecak lagi.
"Udah."
"Mau makan? Mama bikinin sayur sama ayam goreng kesukaan Lintang. Makan ya? Biar mama am--"
"Lintang nggak laper." Potong Lintang dan langsung masuk kedalam rumah mengabaikan ayahnya yang sekarang sedang meneriaki nama Lintang.
****
"Duduk." Tegas Iqbaal pada Lintang. Kini, Lintang sedang duduk didepan Iqbaal dan Dyvara.
"Kenapa?" Tanya Lintang kepada Iqbaal. "Ayah tau kesalahan ayah sekarang, ayah mau minta maaf sama Lintang selama ini ayah jarang ada dirumah. Ayah nggak pernah merhatiin Lintang, ayah nggak pernah kasih apa yang Lintang butuhkan, cuma keuangan yang ayah bisa kasih tanpa kasih sayang." Lintang menatap Iqbaal serius,
"Terus?"
"Mulai sekarang, ayah bakal perhatian sama Lintang kayak dulu lagi. Ayah dan mama Dyv janji bakal urusin Lintang, bakal sayangin Lintang kayak dulu ayah dan bunda sayangin Lin--"
"Lintang nggak suka ayah sama tante Dyvara! Berapa kali sih Lintang harus bilang?!" Potong Lintang dan berdiri dari awalnya posisi duduk. "Sayang.. mama emangnya punya salah--"
"Stop panggil diri tante itu mama, karena tante bukan mamanya Lintang, dan nggak akan pernah Lintang izinin tante untuk jadi mamanya Lintang!" Iqbaal berdiri kehadapan putranya dan..
Plak!
He slapped him. Iqbaal sukses menampar pipi Lintang. "Mas Iqbaal!" Pekik Dyvara dan segera menghampiri Lintang.
Lintang menepis tangan Dyvara saat Dyvara ingin memeluk Lintang. "Sejak kapan ayah senekad ini sama Lintang?!"
"AYAH NGGAK PERNAH MAIN TANGAN SAMA LINTANG KALO LINTANG NGGAK KURANG AJAR SAMA AYAH!" Bentak Iqbaal pada Lintang. "LINTANG CUMA MAU HAK LINTANG SEBAGAI ANAK DI AKUI DISINI YAH! LINTANG BERHAK NENTUIN SIAPA YANG MAU JADI IBU TIRI LINTANG!"
"BICARA SEKALI LAGI!" Tantang Iqbaal, tangannya sudah siap meninju Lintang kali ini. "Mas! Udah!" Pekik Dyvara mencoba meleraikan keributan antara bapak dan anak ini.
"See? Ayah berani nampar Lintang pas ayah sama tante Dyvara kan?" Balas Lintang lagi dengan nada tajamnya yang langsung disambut kepalan tangan Iqbaal yang meninju pipi Lintang.
"MAS!"
"YAALLAH TUAN!" Pekik Dyvara dan Narsih bersamaan. Narsih segera mengangkat tubuh Lintang yang terhempas akibat tinjuan dari ayah kandungnya.
Sedangkan Dyvara menenangkan Iqbaal yang masih menggebu emosinya. "KURANG AJAR KAMU LINTANG!" Bentak Iqbaal yang masih ingin meninju anaknya lagi namun ditahan oleh Dyvara.
"Den, aden nurut sama bibi yah.. aden ke kamar cepetan biar ayah nggak marah lagi." Bisik Narsih, lalu Lintang menuruti saran Narsih dan lari kembali ke kamarnya.
"Brengsek." Desis Iqbaal yang masih emosi. "Mas jangan gitu, itu anak kam--"
"Sakit hati yang kalo digituin anak sendiri." Balas Iqbaal pada Dyvara. "Yaudah, tenangin diri kamu dulu mas. Bi Narsih, tolong ambilin air putih untuk mas Iqbaal ya?"
"Baik, bu."
****
Eehehheeh konflik gimana nih... Belom... Belom sampe ke nk sama iqbaal.. santai aja jangan buru-buru yaaa😂
-messyfellas.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALE & ALA
Fanfiction"Nama tante siapa?" --- tanya Lintang. "Tante? Gue masih muda." "Seumur sama ayah ku?" "Intinya umur gue masih 22 tahun, jangan panggil tante. Panggil aja kakak." "Jadi kakak masih bisa nikah dong sama ayahku? Ayahku masih 28 tahun, kok. Dan, nama a...