twenty six

5.8K 893 69
                                    

"Ala, mau makan dimana?" Tanya Iqbaal saat dirinya habis saja menurunkan Lintang disebuah Mall terkenal di kawasan San Diego. "Ala mau ramen,"

"Oke, dideket sini mas tau ramen yang enak." Ucap Iqbaal dan melanjutkan menyetir mobil sewaannya selama disini. "Mas, Ala khawatir sama Lintang."

"Alah, hilangin khawatirnya. Lintang itu cowo, udah gede juga, dia bisa jaga dirinya kok." Jawab Iqbaal meyakinkan (Namakamu) pasalnya mereka membiarkan Lintang bereksplor Mall tersebut sendirian dan dibekali kartu kredit milik Iqbaal.

"Lintang kalo dikasi credit card dia diem La, nanti bulan depan tinggal tagihan buat mas udah banyak, bisa berjuta-juta." Jawab Iqbaal.

"Ya ampun, mas.. jangan biasain Lintang kayak gitu. Kan kasian mas nya keluar uang banyak, mending yang dibeli dia itu penting, kalo nggak penting gimana?" Tanya (Namakamu) membuat Iqbaal terkekeh.

"You don't need to worry, Ala sayang.. mas itu jarang banget beliin Lintang sesuatu kalo nggak penting banget. Jadi kalo lagi free gini, emang mas yang mau.. dan mas harus bisa tanggung jawab dan terima aja semuanya berapa biaya tagihannya." Jelas Iqbaal membuat (Namakamu) menganggukan kepalanya mengerti.

"Jangan sering-sering ya mas?"

"Nggak, nggak sering kok." Balas Iqbaal lagi. "Yaudah kalo gitu."

Lalu selang beberapa menit perjalanan mereka ke sebuah restoran yang menyajikan makanan Jepang pun akhirnya mereka tiba.

"Ala mau apa?" Tanya Iqbaal sembari melihat buku menu yang diberikan oleh pelayan disitu. "Apa aja, kan mas yang tau yang enak apa disini." Jawab (Namakamu) yang menatap Iqbaal sedari tadi.

"Yaudah sebentar ya," ucap Iqbaal dan ia seperti menulis di sebuah kertas tentang pesanan yang ia akan pesan bersama (Namakamu).

"Wait for a minute, sir." Ucap pelayan tersebut lalu pergi meninggalkan Iqbaal (Namakamu) berdua. "Mas, mas bisa jamin ramen ini enak?"

"Bisa dong, mas suka banget. Lintang juga suka," jawab Iqbaal.

(Namakamu) menganggukan kepalanya dan fokusnya terpecah karena ia melihat sekeliling restoran yang ia datangi bersama Iqbaal. "Ala,"

"Ya?"

"Mas mau bicara tentang hubungan kita." Ucap Iqbaal mulai serius membuat (Namakamu) juga menatap Iqbaal serius. "Kenapa, mas?"

"Eum, hasil DNA udah keluar dan udah ditangan mas.."

"Terus, hasilnya gimana mas?" Tanya (Namakamu) yang juga ingin tahu dengan test DNA nya. "Hasilnya anak yang dikandung Dyvara itu anak mas."

"Hah?!"

Sontak Iqbaal tertawa membuat (Namakamu) mengerecutkan bibirnya kesal. "Mas ngerjain Ala nih! Serius maaas.. apa hasilnya? Hmm? Hmm?"

"Hasilnya bukan anak mas sayang, mas nggak tau anak siapa. Tapi yang jelas bukan anak mas." Jawab Iqbaal dengan senyuman manis yang melekat pada dirinya.

"Serius?! Iya?! Alhamdulillah!" Pekik (Namakamu) senang. Ia bersyukur Tuhan masih mau mendengarkan permintaannya tentang hubungan dirinya bersama Iqbaal. "Ih, seneng banget kok?"

"Seneng lah, akhirnya Ala bisa menang! Ala bisa tunjukkin ke mama kalo Ala emang.. Ala emang.."

"Emang apa?" Tanya Iqbaal. (Namakamu) berubah menjadi kaku dan salah tingkah, ia malu kalau ia bilang bahwa dirinya pantas menjadi istri Iqbaal. "Emang.. ah, nggak mas."

"Emang apa, hayo?"

"Nggak." Jawab (Namakamu). Iqbaal pun mengambil tangan (Namakamu) dan menciumnya, "emang apa sayang?"

ALE & ALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang