fifty two

6.6K 795 165
                                    

"PAPA!!!" (Namakamu) memekik saat melihat perlahan Arif kehilangan kesadaran. (Namakamu) lalu berontak sekuat tenaga, "BRENGSEK! GUE NGGAK AKAN MAAFIN LO BERDUA SEUMUR HIDUP GUE!"

Berontaknya (Namakamu) ternyata membuat tali yang mengikat kaki dan tangannya pun melonggar sehingga tangannya bisa lolos dari tali tersebut. Elen dan Dyvara yang menyadari bahwa (Namakamu) bisa lolos, segera lari kabur dari tempat kejadian untuk menghilangkan jejak.

"PAPA! Bertahan untuk (Namakamu) ya?" Ucap (Namakamu) dan menampar pelan pipi Arif untuk membangunkan karena Arif sudah tak sadarkan diri. (Namakamu) melihat ponselnya yang terjatuh tergeletak, ia pun langsung mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Iqbaal.

....
....

"Hallo?"

"Thank God! Mas, ini Ala, tol--"

"Alana siapa?"

"Istri mas lah! Ini mas Ale kan?"

"Sa-saya bukan Ale, saya Iqbal."

(Namakamu) berdecak. "Ya Ale itu Iqbaal gimana sih?! Mas stop bercanda deh! Cepet aja ngaku Alana nggak mau bercanda, Alana dalam bahaya!"

"Saya Iqbal tapi saya bukan Ale."

"Ngibul terus! Udah cep--"

"Heh kamu siapa sih?! Ganggu suami saya aja orang saya lagi nina-ninu sama dia, bentar lagi udah mau di mashok in ni saya!" Pekik seorang perempuan membuat (Namakamu) langsung menjauhkan ponselnya dari telinganya. "Salah nomor gue kampret."

(Namakamu) lantas langsung mencari nomor Iqbaal dengan cepat. "Mas angkat, Alana bener-bener butuh bantuan mas."

..

..

"Hallo?"

"MAS ALE!!"

"Sayang? Alana?! Kamu dimana?! Share location kamu sekarang, mas samperin kesana!" Ucap Iqbaal secara terburu-buru, (Namakamu) tak bisa menangkal kebahagiaannya. Ia benar-benar berterimakasih kepada Tuhan karena telah mempertemukan dirinya kembali dengan Iqbaal.

"I-iya, mas. Ala langsung share." Ucap (Namakamu) dan mematikan sambungannya, lalu yang ia lakukan selanjutnya adalah membagikan titik lokasi dimana ia berada sekarang. "Cepet temuin Ala sama papa ya mas, cuma mas satu-satunya harapan Ala sekarang." Bisik (Namakamu) dan ia kembali memeluk Arif yang benar-benar sudah kehilangan kesadaran.

"Pa.. (Namakamu) udah maafin papa, papa nggak perlu mikir atau merasa kalo (Namakamu) belum maafin papa. Malah, (Namakamu) bakal kejar dua manusia laknat itu buat bales kekejian mereka terhadap keluarga kita."

(Namakamu) mengusap pipi Arif yang mulai mendingin. "(Namakamu) tau, papa udah nggak bisa diselamatkan. Tapi (Namakamu) yakin, papa masih bisa tau apa yang (Namakamu) ucapin ke papa. Papa yang tenang ya.. (Namakamu) sayang sama papa nggak peduli apa yang terjadi."

"Papa pasti marah kan sama si iblis Elen? Papa marah kan? Papa nggak usah khawatir ya pa.. (Namakamu) pasti bakal buat dia jera. Papa tenang di sisi Allah ya pa.."

(Namakamu) memeluk Arif erat dan menangis, ia benar-benar mengeluarkan emosi, amarah, dendam nya yang terpendam. Ia sendiri tak mengerti kenapa bisa dipertemukan dengan manusia sekeras hati seperti Elen. Dan ia tak menyangka juga kalau papanya harus meninggal dengan peristiwa yang tidak mengenakan.

"Ala!" Panggil Iqbaal lalu langsung segera masuk kedalam rumah menghampiri (Namakamu) yang masih menangisi jasad ayah kandungnya. "Papa kenapa La?"

"Ala?"

"Ala?!"

Iqbaal lalu langsung memeluk (Namakamu) erat, (Namakamu) semakin memecahkan tangisannya. "Papa ditembak sama Elen mas.. Elen yang bikin papa gini."

Iqbaal hanya terdiam dan mengusap (Namakamu) yang berada didalam pelukannya tetapi pandangannya tak lepas dari tubuh Arif yang sudah terbujur kaku dengan luka tembak di pelipisnya. Kepolisian dan pihak Medis pun tak lama datang, para polisi langsung menelusuri seluruh penjuru dari ruangan ini sedangkan pihak medis mengangkat jasad Arif terlebih dahulu untuk dibawa ke rumah sakit terdekat.

Lintang pun datang akhirnya bersama dengan Shilla dan Sarah. "Bubi!"

"(Namakamu)!" Mereka bertiga pun datang dan langsung memeluk (Namakamu) secara bersamaan. "Pak Iqbaal?"

"Ah ya?" Sahut Iqbaal dan ia melepaskan pelukannya dengan (Namakamu). "Boleh kami periksa istri bapak terlebih dahulu?" Izin salah satu pihak medis yang datang menghampiri Iqbaal. Iqbaal mengangguka  kepalanya,

"Silahkan," ucap Iqbaal mempersilahkan, Iqbaal pun langsung mengangkat tubuh istrinya kearah ambulance yang sudah disediakan.

"Mas, Ala takut.."

"Nggak papa, sama Shilla dan Sarah dulu ya sayang. Mas sama Lintang urusin ini dulu di TKP." Jelas Iqbaal dan mengecup bibir istrinya lembut. "Mas.."

"Alana.. sebentar aja sayang.. mas nggak bakal ninggalin kamu lagi. Shil, Sar, jagain Alana dulu ya."

Shilla dan Sarah menganggukan kepalanya. Shilla dan Sarah pun akhirnya mengikuti (Namakamu) kerumah sakit dengan ambulance dan pihak medis.

****

"Apa?!"

"Alhamdulillah.."

"Berapa bulan dok?"

"Bayinya sehat-sehat?!"

"Terus gimana dok?"

Pertanyaan itu terus di lontarkan Rike, Herry, Anna, Shilla dan Sarah saat mengetahui bahwa ternyata terdapat janin yang sedang berkembang di dalam rahim (Namakamu).

"Alhamdulillah, semua sehat.. baik ibu dan janinnya, cuma saya agak khawatir kalo (Namakamu) mentalnya agak sedikit terganggu karena trauma yang dideritanya. Apalagi ia harus melihat ayah kandungnya yang ditembak didepan dirinya sendiri. Tapi kita akan berusaha, dan saya harap baik dari pihak kami dan pihak keluarga bisa sama-sama berusaha yang terbaik untuk (Namakamu)." Jelas dokter yang memeriksa kondisi (Namakamu).

Anna tersenyum sembari menciumi punggung tangan anak sematawayangnya yang dibawah pengaruh obat tidur untuk menenangkan pikirannya. "Mama bakal dapet cucu dari kamu sayang, terimakasih nak.." bisik Anna.

Rike juga menjadi memeluk (Namakamu). "Tapi (Namakamu) nggak ada memar didalam atau gimana kan dok?"

Dokter lalu menganggukan kepalanya perlahan. "Memar ada, tapi nggak sampe membahayakan dirinya kok."

"Alhamdulillah.." ucap Herry lega. "Terimakasih ya dok."

Dokter menganggukan kepalanya seraya tersenyum. "Kalau gitu saya permisi, untuk urusan jenazah ayahanda (Namakamu), bisa diurus langsung dibagian pengurus jenazah rumah sakit ya."

Anna menganggukan kepalanya. Biarpun Arif adalah mantan suaminya, disaat seperti ini dan posisinya tidak ada Elen yang menemani, maka harus dirinya yanh mengurusi jenazah Arif di waktu terakhir Arif.

"Kalo gitu saya urus jenazah papanya (Namakamu) dulu ya," izin Anna. "Mau ditemenin nggak, Na?" Tawar Rike.

"Nggak usah Rike.."

"Tante, biar Sarah aja yang nemenin tante. Nggak papa kok." Ucap Sarah dengan kesan sedikit memaksa, ia tak akan membiarkan Anna mengurusi ini secara sendirian. Anna tersenyum dan menganggukan kepalanya,

"Kamu jagain (Namakamu) aja.." pinta Anna pada Rike. Rike, Herry dan Shilla pun menganggukan kepalanya dan memilih untuk menemani (Namakamu) hingga (Namakamu) terbangun dan tersadar.

****

WADOOOOOW INI CERITA DAH LAMA KALI NGGAK DI UP?! TEST SUARA DONG KAYAK GITU, MASIH ADA YANG BACA CERITA INI GAK YAH?!! PENASARAN GAK REAKSI MAS ALE DAN LINTANG KALO TAU ALANA HAMIL??🤗🤗

-messyfellas

ALE & ALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang