twentyone

6.5K 898 80
                                    

(Namakamu) bergegas mencari ponselnya saat alarm di ponselnya berbunyi sedari tadi menganggu bunga tidurnya. Setelah ketemu ponselnya, ia segera mematikan alarmnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, (Namakamu) pun bangkit dari tidurnya dan mengamati sekeliling kamar hotelnya. Selepas perjalanan panjang dari Jakarta hingga San Diego, ia mengalami kelelahan dan juga Jet Lag sehingga tidurnya malam ini juga sedikit kurang nyenyak.

(Namakamu), Iqbaal juga Lintang itu menginap di satu hotel dengan kamar yang berbeda. Sudah pasti Iqbaal sekamar dengan Lintang dan (Namakamu) pun sendirian.

"Hoaam.." (Namakamu) menguap dan segera menguncir rambut panjangnya. Ia segera turun dari ranjang dan melakukan morning routine nya yaitu sikat gigi, cuci muka, mengenakan skincare routinenya dan terakhir membuat segelas teh dan sedikit mengamati pemandangan untuk bersyukur karena telah diberi nikmat di pagi ini.

(Namakamu) berdiri di balcony hotelnya sembari memegang segelas teh dan sesekali meminumnya, ia juga menikmati hisapan vape nya bergantian dengan tehnya.

"Vape lagi?"

"Astaghfirullah!" Ucap (Namakamu) terkejut karena Iqbaal mengejutkannya, Iqbaal juga ternyata sedang berada di balcony hotel di sebelahnya dengan rokok yang di apit di mulutnya.

"Ngerokok lagi?" Balas (Namakamu). "Lah, mas mah udah tua. Ala, cewe gitu masa vape."

"Nggak ada larangan perempuan untuk ngevape mas, lagian ini asik kok." Jawab (Namakamu) dan menghisap kembali vapenya. "Kalo udah jadi istri mas nggak boleh ngevape ya?"

(Namakamu) menoleh kearah Iqbaal, "lah kok gitu sih?!"

"Loh.. Ala kan kalo nikah sama mas udah jadi tanggung jawab mas, mas nggak mau hal-hal buruk terjadi sama Ala. Mas mau kita sama Lintang baik-baik aja, Ala.."

"Yaudah, kalo gitu, mas juga bisa berhenti merokok?" Balas (Namakamu). Iqbaal terdiam, "kayaknya nggak bisa."

"TUHKAN! Mas suruh Ala berhenti vape, tapi mas nggak mau berhenti rokok. Ya gimana? Harus adil dan makmur!"

Iqbaal tertawa mendengar (Namakamu) berkicau dengan bawelnya. "Jangan bikin gemes gitu dong, bikin mas mau lompat ke balcony Ala aja." Goda Iqbaal.

"Eh! Berani lompat?! Ala dorong biar aja jatoh! Gak usah ribet-ribet mau ke balcony Ala!" Omel (Namakamu) lagi. "Sarapan yuk?" Ajak Iqbaal.

(Namakamu) lantas menganggukan kepalanya. "Ayok, mas! Ala laper bangeeeet.."

"Iya sayang, yuk. Mas jemput ya," ucap Iqbaal dan segera masuk ke dalam kamarnya. "Kamar setembok aja segala dijemput." Gumam (Namakamu) dan ia segera memakai pakaian yang lebih sopan, karena sebelumnya ia hanya memakai tanktop dan shortpants untuk tidur.

Dan tak lupa (Namakamu) memakai sedikit lipbalm dibibir agar lembab. Setelah itu (Namakamu) baru membuka pintu kamarnya dan terdapat Iqbaal sudah berdiri menunggu dirinya.

"Loh, kok ganti baju?" Tanya Iqbaal. "Yakali pake yang tadi, mas mau Ala jadi tontonan orang?" Tanya (Namakamu).

Iqbaal tertawa dan memeluk pinggang (Namakamu). "Nggak lah, you're mine."

"Yaudah."

Iqbaal lalu merangkul pinggang (Namakamu) dan berjalan ke restaurant hotelnya untuk sarapan pagi bersama.

****

"Nih, mas." Ucap (Namakamu) saat seusai mengambilkan segelas kopi untuk menemani sarapan pagi Iqbaal. Metode sarapan pagi disini adalah menu buffet, jadi (Namakamu) sedari tadi mengambili makanan untuknya juga untuk Iqbaal.

"Wah, thank you, Alana." Ucap Iqbaal dan langsung kembali mengaduk kopinya juga memasukan brown sugar didalamnya.

(Namakamu) duduk di hadapannya dan langsung mengambil roti dan selai strawberry, "mau roti?" Tanya (Namakamu).

"Mau, bikinin dong.. boleh ya?" Tanya Iqbaal membuat (Namakamu) menggelengkan kepalanya. "Sifat asli mas ternyata manja ya, Ala kira mas tegas dan wibawa lho."

Iqbaal terkekeh. "Emangnya Ala keberatan kalo mas manja sama Ala?"

"Nggak juga.. cuma lucu aja. Dibalik cover yang tegas, galak dan wibawa ternyata mas manja heheheh," Jawab (Namakamu) disusul tawaan akhirnya. "Nih rotinya." Lanjut (Namakamu) dan memberikan tumpukan 2 roti yang sudah diisi selai kepada Iqbaal.

"Thank you, sayang." Ucap Iqbaal dan memakai roti tersebut sembari kembali memandang (Namakamu) yang juga sibuk makan.

"Mas!"

"Hah?" Jawab Iqbaal. "Kok makannya liatin Ala gitu sih?"

Iqbaal menggelengkan kepalanya dan tersenyum membuat (Namakamu) sedikit risih namun ia memilih untuk melanjutkan makanannya. "Maaas, berhenti nggak natap Ala nya?" Rengek (Namakamu).

"You're just too good to be true, Ala.." jawab Iqbaal. "Ih, mulai deh!" Omel (Namakamu) dan akhirnya menyuapi potongan sosis kepada Iqbaal.

Iqbaal pun memakannya dengan senang hati. "Sering-sering kayak gini ya La?"

"Sering-sering apa?"

"Sering-sering manjain mas, sering-sering ngomelin mas kalo mas salah, sering-sering manja sama mas, mas suka." Ucap Iqbaal dan terkekeh. "Mas emang suka?" Tanya (Namakamu).

"Suka banget!"

"Mas suka minta diginiin sama Dyvara?" Tanya (Namakamu). Iqbaal terlihat sedikit berpikir, namun ia menggelengkan kepalanya. "Nggak, biasa aja. Malah mas lebih dewasa kalo sama Dyvara."

"Lah kok sama Ala malah begini akhlaknya?" Tanya (Namakamu) lantas membuat Iqbaal tertawa terbahak-bahak. "Ala! Polos amat sih kayak ginian aja harus ditanyain."

"Yakan Ala nanya, malu bertanya sesat dijalan mas.."

"Gemes tau mas! Mau mas gigit, mas sun sun Ala nya." Ucap Iqbaal. "BELOM HALAL!"

"Ohiya lupa, ayodong halal-in. Biar mas bisa sun Ala yang puaaaas sampe bibir mas jontor." Goda Iqbaal. "Dih, apaansih mas." Balas (Namakamu) dan tertawa.

"I love your laugh, by the way.." ucap Iqbaal pelan dan tersenyum manis membuat pipi (Namakamu) memerah karena malu.

"Mas, kapan masalah mas sama Dyvara selesai?" Tanya (Namakamu). "Kenapa nanyain gitu?"

"Nggak ada apa-apa sih mas, cuma biar lebih lega aja. Nanti kalo kegantung kayak gini, Ala nggak mau pas nikah sama mas tapi nya malah tiba-tiba Dyvara dateng dan bilang 'Ini anak Iqbaal!' Ala nggak mau itu terjadi, Ala nggak suka." Jawab (Namakamu).

"Alana.. trust me, itu semua nggak akan terjadi. Lagian mas yakin kok, anak itu bukan anak mas."

"Lagian mas sih! Pake gituin dia sebelum nikah, repot kan jadinya!" Omel (Namakamu). "Yah.. namanya juga pria normal."

"Pria normal juga punya otak! Bukan nafsu aja yang digedein!" Iqbaal terkekeh. "Ala gemesin banget kalo lagi ngo--"

"Ala marah beneran!"

"Iyaa sayang.. maafin mas. Mas khilaf.." balas Iqbaal lembut. "Awas ya mas kalo gitu lagi."

"Kalo sama Ala boleh nggak?" Goda Iqbaal. "Nikah dulu!"

"Oiya siap laksanakan! Kita nikah dulu pasti nya! Abis itu kita kasih Lintang adek ya?"

"Nikah dulu gak usah mikir jauh-jauh." Iqbaal berdecak kesal, "Ala mah nggak mau diajak mikir ke masa depan."

"Yaa mas terlalu jauh mikirnya, sekarang mas pikirin dulu kapan masalah mas selesai." Balas (Namakamu). "Iyaiya, baweeel!"

****

Part kali ini gimanaaaa? Membosankan yeaa:(

-messyfellas.

ALE & ALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang