eight

5.8K 788 69
                                    

(Namakamu) menghisap vapenya, sudah hampir setengah jam ia menunggu orang yang dimaksud Iqbaal datang. "Eh, orangnya mana sih? Lama banget deh. Sebel gue." Cerocos Shilla.

"Ya sabar kali!" Balas Sarah. "Tukang ngaret, typical."

"Sama kayak lo," sahut (Namakamu). "Au lo Shill, kayak lo nggak ngaret aja. Janjian jam 10, jam 12 baru dateng. Dengan alesan, yakan gue mandi dulu, catok dulu, makeup dulu. Halah, nggak bisa me manage waktu!"

"Ih kenapa jadi gue sih Sar?!"

"Lah, emang bener kan?" Tak lama seorang perempuan yang benar-benar cantik dan anggun pun datang menghampiri Iqbaal. "Mas, maaf aku telat. Tadi kerjaan di kantor banyak banget."

"Santai, aku nggak buru-buru kok." Jawab Iqbaal dan tersenyum. "Eh eh, kita merhatiin tapi pura-pura nggak merhatiin ya?" Bisik (Namakamu) pada kedua sahabatnya. Lalu Sarah dan Shilla menganggukan kepala mereka mengerti dengan perintah dari (Namakamu).

****

"Mas, maaf aku telat. Tadi kerjaan di kantor banyak banget." Iqbaal tersenyum saat Dyvara baru datang.

"Santai, aku nggak buru-buru kok." Jawab Iqbaal. Dyvara tersenyum manis menampilkan kedua lesung pipinya membuat Iqbaal terkekeh.

"Udah pesen minum?" Tanya Iqbaal. "Udah, mas."

Pasalnya, akibat perkelahian Iqbaal dengan Herry itu membuat dirinya dan Dyvara belum sempat berbicara lagi bagaimana kedepannya. "Ohiya, mas yakin pilih Lintang dibanding aku?"

Iqbaal mengerutkan dahinya bingung. "Sayang, bagaimanapun keadaannya, aku bakalan pilih Lintang. Dia anak aku, darah daging aku sendiri."

"Tapi kalo aku lagi mengandung darah daging mas gimana?" Pertanyaan Dyvara yang membuat Iqbaal mendadak terdiam. "Nggak mungkin lah Dyva, aku selalu pake pengaman. Kamu juga selalu aku suruh minum obat selepas kita berhubungan biar nggak terjadi kayak gini kan?"

"Mas, tapi dia beneran ada di perut aku. Ini hasilnya." Ucap Dyvara lagi dan memberikan sebuah testpack. Iqbaal melihat testpack itu dan dia menggelengkan kepalanya, "nggak mungkin, Dyva."

"Nggak mungkin gimana? Itu udah terjadi dan ada buktinya!"

"Aku nggak mau hal ini terjadi lagi. Tolong ya Dyva, aku tau, hal ini ini kamu lakuin biar kamu bisa nikah sama aku kan?" Ucap Iqbaal mulai panik, ia tak tahu apa yang akan ia dapat dari Herry, Rike juga Lintang.

"Apaan sih, mas?"

"Nggak mungkin! Udah ya Dyva, jangan ganggu aku lagi. Kemarin udah denger kan kalo aku bakalan milih Lintang dan tinggalin kamu?" Ucap Iqbaal dengan penuh penekanan. "Mas--"

"Permisi." Ucap Iqbaal dan segera pergi meninggalkan Dyvara, ia butuh saran dari sahabatnya yaitu Emir. Iqbaal segera menghubungi Emir, untuk pergi ke Apartment Emir.

****

"Bangke bener, tante itu hamil?" Bisik Shilla. "Mantap juga bokapnya Lintang, hamilin orang sebelum nikah."

Sedangkan (Namakamu) sibuk menuliskan apa yang ia dengar dan dikirimkannya ke Lintang. Awalnya Lintang tak percaya, tapi (Namakamu) benar-benar meyakinkan sehingga Lintang akhirnya percaya juga.

"(Nam), Lintangnya gimana?"

"Demi Allah gue rasanya mau meluk dia tau nggak, mau jadi lifesaver nya. Kasian, seberat-beratnya beban gue, itu balance sama umur gue yang sekarang. Ini dia masih 14 tahun, udah dapet beban seberat--"

"Beban itu bukan beban Lintang sebenernya, gimana bokapnya aja ke Lintang. Beban bokapnya itu mah, cuma Lintang kena seret aja." Jawab Sarah. "Gue mau nemuin Lintang dulu deh,"

"Yah, kita ditinggal?" Tanya Shilla. "Nggak lah, gue anter kalian dulu baru gue ke Lintang. Yuk."

"Oke, yuk."

****

"Kak (Namakamu), please jadi ibunya Lintang.. Lintang nggak mau punya ibu kayak tante Dyva. Kalo dia perempuan baik-baik pasti nggak mau dong diajak berhubungan sama ayah?" Ucap Lintang. (Namakamu) terdiam dan menyetir mobilnya, mereka sedang dalam perjalanan kerumah teman Iqbaal yang dimaksud Lintang.

"Nggak semudah itu untuk semuanya yang lo mau harus terjadi, Lintang. Gue nggak bisa tiba-tiba sok kenal sama bokap lo terus langsung 'eh mau jadi suami gue gak?' nggak mungkin banget. Semua butuh proses dan butuh izin dari Allah." Jelas (Namakamu) pada Lintang.

Lintang terdiam, pikirannya berkecamuk. Semua menggebu menjadi satu, ia tak mau seperti ini terus.

"Udah, jangan dipikirin terlalu larut. Bisa aja Allah punya rencana lain, kan?" Ucap (Namakamu) berniat mengalihkan pikiran Lintang saat ini.

"Makasih kak (Namakamu), selalu ngertiin Lintang dan selalu kasih aku pengertian." (Namakamu) tersenyum, "with my pleasure, Lintang."

Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di Apartment yang terbilang cukup terkenal dan mahal di salah satu wilayah Jakarta Pusat. "Gue tunggu sini aja, Ntang."

"Lah? Ikut aja kak (Namakamu), temenin Lintang.." rengek Lintang pada (Namakamu). "Gue gaenak sama bokap lo, bokap lo tadi ngeliatin gue terus juga."

"Jangan-jangan ayah suka lagi sama kakak?!" Tebak Lintang membuat (Namakamu) langsung berubah ekspresinya. "Nyebeliiiin! Mana ada gitu."

"Kak, ayo ikuuut.."

"Nggak, gak mau. Udah sana cepetan gue tinggal lo ya?"

"Iyaiya, Lintang jalan dulu. Kakak tungguin ya," (Namakamu) menganggukan kepalanya. Setelah Lintang turun dan masuk lobby, (Namakamu) langsung mencari kedai di dekat apartment untuk menunggu Lintang.

Saat sudah di kafe, (Namakamu) memesan kopi lagi dan seperti biasa mengeluarkan vape nya untuk menjadi teman ngopinya. "Aku udah kasih semuanya untuk kamu, tapi apa yang kamu bales ke aku? Nggak ada kan?!"

(Namakamu) menoleh kearah suara itu. "Trus saya peduli?" Jawab laki-laki itu. (Namakamu) menggelengkan kepalanya dan tak memperdulikan sepasang kekasih itu yang sedang ribut.

"Kelewatan kamu!" Pekik wanita itu dan terdengar suara yang (Namakamu) takutkan. (Namakamu) segera menoleh dan melihat laki-laki itu sedang memukuli wanitanya dengan tak terkendali.

Sontak seluruh pengunjung di kafe itu meleraikan aksi laki-laki itu. "Mbak, mbak gapapa?" Tanya (Namakamu) kepada wanita yang wajahnya sedikit lebam karena ulah laki-laki itu.

"Bajingan!" Pekik wanita itu. (Namakamu) meringis ngeri, ia mengingat bagaimana sakit nya saat dihajar oleh papanya tempo lalu.

"DIAM KAMU!" Balas laki-laki itu. "Maaf ya mas, dengan sangat amat terhormat. Mas silahkan keluar dari kafe ini karena sudah berbuat keributan." Ucap para pelayan kafe dan menyeret laki-laki itu.

"Mbak, butuh kerumah sakit?" Tawar (Namakamu). Wanita itu menggelengkan kepalanya, "saya baik-baik aja, terimakasih ya mbak."

"Duduk dulu mbak." Ucap (Namakamu) dan membopong tubuh wanita itu untuk duduk dikursi karena tadi ia sempat jatuh akibat ulah dari laki-lakinya.

"Saya kesini mau liat anak saya, berawal ngajak calon suami saya. Tapi malah berujung seperti ini." Lalu wanita itu menangis. (Namakamu) tak tega lalu memeluk wanita itu,

"Yang sabar ya mbak, tinggalin aja laki-laki kayak tadi. Cari yang lebih baik, mbak cantik kok. Yang mau pasti banyak."

Wanita itu terkekeh. "Makasih banyak ya mbak, ohiya mbak, mau bantu saya untuk liat anak saya?"

"Hmm, kalo boleh tau anak mbak memangnya tinggal disini?"

"Tadi saya kerumah kakeknya, katanya dia lagi disini sama om nya. Saya nggak berani kabarin dia karena dia bisa-bisa nggak mau ketemu saya." Jelas wanita itu. (Namakamu) menganggukan kepalanya,

"Kalo gitu ayo saya temenin cari anak mbak.." ucap (Namakamu). "Makasih banyak ya mbak, by the way nama mbak siapa? Biar nggak kaku banget ngobrolnya." Tanya wanita itu.

"Saya (Namakamu), kalo mbak?"

"Saya Arlyta. Panggil aja Lyta."

****

Wadidaw wadaw hamil pula dyvara😆 bertemu pula sama arlyta. Hmmmm..

-messyfellas.

ALE & ALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang