"(Namakamu), ayah dan bunda cukup kecewa melihat perlakuan kam--"
"Yah, ayah nggak perlu bicarain ini depan Dyva dan Elen." Potong Iqbaal membuat Herry terdiam. "Alright then, sorry. Jadi, bagaimana pak Arif dan bu Anna?"
"Saya sebagai ibu kecewa melihat putri saya ingin menikah tanpa kehadiran atau bahkan tanpa sepengetahuan saya." Jujur Anna sembari menatap wajah (Namakamu) yang sedang menatapnya juga.
"Bagi saya, untuk merelakan putri saya ke calon suaminya adalah hal yang cukup berat. Saya nggak pernah berpikir sejauh ini. Selama ini ekspetasi saya selalu, saya akrab dengan calon menantu saya, saya menjaganya, saya akan menjadi seorang nenek dan ibu yang beruntung di muka bumi ini dan ternyata semuanya tidak sesuai dengan apa yang saya ekspetasikan." Lanjut Anna. (Namakamu) terkekeh,
"Ow really mom? Are you sure? What about us? I mean, our family?" Balas (Namakamu) dan di hentikan oleh Herry. "Tahan emosi kamu, (Namakamu). Biar kedua orang tua kamu bicara dulu."
"Mama bukannya nggak mau bela kamu nak, kamu adalah darah daging mama, tapi--tapi.. mama nggak bisa. Dyva mengandung anak Iqbaal, mama nggak bisa."
"Maaf ibu Anna, bukannya Iqbaal sudah pernah test DNA mengenai hal ini? Lantas apa yang diberatkan lagi?" Tanya Rike. "DNA itu nggak bener!" Seru Dyvara.
"Wait, bitch, are you fucking kidding me? Lo mau mempermainkan gue? Nggak begitu caranya, step sister." Balas (Namakamu) lagi. "Dyvara nggak mengandung anak Iqbaal, dan saya percaya akan hal itu." Ucap Herry dengan tegas.
"So?"
Arif menatap (Namakamu) dengan tatapan lelahnya. "Papa merasa kehilangan (Namakamu)." Ujar Arif dengan nada yang lemah tapi berusaha untuk kuat. (Namakamu) tersenyum meremehkan,
"Excuse me, can you all just tell me the truth? Cause i'm tired! (Namakamu) capek dengan akting mama dan papa yang palsu! Disini kalian sok menyesal, di belakangnya, kalian melakukan hal yang biadap lagi!"
"Ssstt, (Namakamu)!" Tegur Herry. "(Namakamu) capek yah! (Namakamu) selalu di campakin! Sekarang ayah dan bunda juga kecewa sama (Namakamu) kan?! Iya, emang dimana-mana orang tua paling bener walaupun mereka menyakiti hati anak nya! Iya, (Namakamu) tau itu! (Namakamu) salah kan karena nikah nggak ngasih tau orang tua kandung (Namakamu)?! Tapi dimana keadilan untuk (Namakamu)? Dimana? (Namakamu) nggak pernah mendapatkan itu!"
"Alana.."
"Nggak, mas, semua harus diluruskan! Okay, mungkin, Dyvara adalah wanita terbaik bagi mama untuk menjadi pendamping Iqbaa--"
"Alana, no, apa-apaan sih?!" Tegur Iqbaal yang terkejut dengan ucapan (Namakamu). "Dyvara terbaik bagi ayah dan bunda, dan (Namakamu) harus menjadi korban Elen dan papa lagi kan? Itu kan yang kalian mau dari pembicaraan kepala dingin dan akting kalian yang palsu itu?!"
(Namakamu) bangkit dari sofa ruang tamu Iqbaal dan ia langsung menterbalikan meja didepannya. "(NAMAKAMU) NYERAH!" Pekik (Namakamu) pada akhirnya dan segera lari keluar rumah ntah kemana yang ia tuju.
"Alana, tunggu!" Pekik Iqbaal dan ingin mengejar (Namakamu) dan pergelangan tangannya ditahan oleh Herry. "Duduk, Ale."
Iqbaal menghela nafasnya dan kembali duduk lagi. "Apalagi yang mau diluruskan pak Arif dan bu Anna yang saya hormati?" Tanya Iqbaal.
"Apa belum cukup untuk mengatakan bahwa saya Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan mencintai anak kalian yang bernama Alana (Namakamu) Zavierra dan bersedia untuk menikahi nya?" Cerocos Iqbaal.
"Tidak cukupkah kalian menyakiti perasaan Alana saya? Alana yang saya cintai, Alana yang saya banggakan, Alana yang saya sayangi, Alana yang menjadi dunia bagi saya?"
"Alana kemarin wisuda dengan gelar S.Psi nya dan termasuk salah satu mahasiswi cumlaude. Apakah kalian tidak bisa bangga dan mengapresiasikan keberhasilannya? Saya bingung, kalian ini manusia atau jelmaan iblis?"
"Ale!" Tegur Rike dan Herry bersamaan. "Alana mengalami luka-luka saat ia di hantam dengan anda, pak Arif. Luka-lukanya bukan hanya secara fisik namun secara hati. Ditambah ibundanya yang membela anak tirinya hanya karena anak tirinya mengandung yang sudah jelas bukan anak saya. Jujur, saya hanya bisa melihat Alana tertawa karena saya dan teman-teman dekatnya, tapi tidak dengan kalian."
"Mau sampai kapan anda memaksa saya untuk menikahi putri tiri anda, bu Anna?" Tanya Iqbaal kepada Anna, yang ditanya pun malah menangis. "Dan mau sampai kapan anda bertahan dengan istri tiri anda yang sudah menyakiti putri kandung anda, pak Arif?"
"Pikirkan baik-baik, saya ingin memastikan putri kandung kalian dalam keadaan selamat atau tidak. Permisi." Ucap Iqbaal dan langsung mengejar juga mencari (Namakamu) dengan motornya.
****
"Kamu disini, La." Ucap Iqbaal saat menemui (Namakamu) di lapangan saat pertama kali (Namakamu) bertemu dengan Lintang.
(Namakamu) sedang duduk merenung sembari sesekali memainkan bola yang sudah buluk dan kotor karena sudah tidak ada lagi yang punya. "Mas ngapain kesini?"
"Mas mau buktiin ke Ala bahwa Ala nggak sendiri, Ala punya mas yang masih setia disamping Ala." Jawab Iqbaal.
"Hubungan kita juga nggak bertahan lama, mas." Jawab (Namakamu) tanpa sedikit pun menatap Iqbaal. "Nggak, La. Kita bisa."
"Ala yang mundur."
Mendengar hal itu sontak Iqbaal langsung mendekati (Namakamu). "Kamu nyia-nyiain perjuangan mas, Alana?"
(Namakamu) menatap Iqbaal. "Sampe kapanpun, Alana pun nggak bisa merasakan bahagia mas. Alana nggak bisa!"
Iqbaal langsung menarik (Namakamu) kedalam pelukannya dan (Namakamu) menumpahkan airmatanya di bahu Iqbaal, ia benar-benar menangis di bahu Iqbaal.
"Nangis sepuas kamu, mas tau kamu butuh ini.." ucap Iqbaal. "Ada satu hal yang mas ingin bicarain ke kamu, La. Bahwa kamu perempuan yang paling mas cintai setelah bunda dan teteh."
"I just--i--i just love you no matter who you are, no matter what happen, no matter even skies is black or something just like that."
"Are you sure?" Tanya (Namakamu). "Ya. I'm pretty sure, honey."
(Namakamu) mengangkat kepalanya dari senderan bahu Iqbaal dan menongak menatap Iqbaal. "Then, i love you too."
Melihat itu, Iqbaal langsung menangkup wajah (Namakamu) dan Iqbaal melumat bibir (Namakamu) dengan lembut. (Namakamu) membalasnya untuk pertama kali karena menurutnya ia juga sedang membutuhkan hal seperti ini.
"Alana.."
"Yup?"
"Thank you for making me a better man and i feel like the luckiest man in the world." Bisik Iqbaal dengan romantis membuat (Namakamu) tersenyum.
"And, thank you for making me like the most beautiful woman in the world, mas."
****
eaeaea masi emosi gak? sebel bgt ih td wp error jd gbs marah2 kan:((( intinya w mo up diatas seratus ah wkwwk, kalo gbs ya yauda:(
-messyfellas

KAMU SEDANG MEMBACA
ALE & ALA
Fanfiction"Nama tante siapa?" --- tanya Lintang. "Tante? Gue masih muda." "Seumur sama ayah ku?" "Intinya umur gue masih 22 tahun, jangan panggil tante. Panggil aja kakak." "Jadi kakak masih bisa nikah dong sama ayahku? Ayahku masih 28 tahun, kok. Dan, nama a...