Semenjak (Namakamu) mengucapkan kata-kata tadi, (Namakamu) langsung keluar dari rumah Anna. "Alana, tunggu sebentar!"
"APAAN SIH MAS?!"
"YA TUNGGU! JANGAN MAIN PERGI BEGITU DONG!" Bentak Iqbaal juga pada (Namakamu). (Namakamu) terdiam dan menatap Iqbaal, Iqbaal menarik tangan (Namakamu).
"Masuk mobil!" Titah Iqbaal pada (Namakamu). (Namakamu) masuk dengan matanya yang sudah buram akibat air matanya yang memaksa menerobos ingin keluar.
Lintang yang melihat perubahan (Namakamu) segera memeluk (Namakamu) dari belakang karena (Namakamu) duduk di jok depan disamping jok kemudi mobilnya.
"Kamu tuh makanya dengerin kalo mas ngomong, La. Mas ngomong itu semua cuma bohong. Gak akan parah Dyvara itu, sakit juga bohongan." Cerocos Iqbaal saat sudah memasuki mobilnya. "Yah, udah sih."
"Diem kamu Lintang, ayah nggak bicara sama kamu." Tegas Iqbaal membuat Lintang terdiam dan masih mengusap lengan (Namakamu) yang sedang menangis.
"Mas udah kenal Dyvara, La. Mas tau Dyvara kayak apa, dia bakal halalin segala cara untuk mendapatkan apa yang dia mau." Ucap Iqbaal. "Bisa nggak besok-besok lebih dengerin mas?"
Iqbaal melirik (Namakamu), "kalo ditanya itu jawab. Bukan nangis."
"Bisa." Bisik (Namakamu) pelan namun masih bisa didengar oleh Iqbaal. "Kamu terserah kepala batu sama papa sama mama. Tapi tolong, jangan sama mas. Mas nggak suka di tentang, mas lebih tau apa yang akan terjadi kalo soal Dyvara. Mas tau busuk-busuk nya Dyvara."
"Kamu lagi La, harusnya nggak usah nonjok Dyvara sampe segitu nya. Mas tau kamu kesel tapi nggak sampe sebegitunya, yang ada dia malah makin dendam sama kamu." Iqbaal tak henti-hentinya untuk merocos atau mengomel kepada (Namakamu).
"Jadi mas belain Dyvara?" Tanya (Namakamu). "Siapa yang belain sih? Mas nggak belain. Mas cuma ngasih tau. Kalo kamu salah seperti itu, kamu juga salah bilang tante Anna itu sampah. Nggak boleh La, tante Anna ibu kandung Ala."
"Yakan mas sendiri yang bilang mana ada sejarah ibu kandung jahatin anak kandung? Kenapa sekarang seolah berbalik? Seolah mas pihak sana?" Balas (Namakamu) dengan nada yang mulai meninggi. "Ala nih nggak ngerti maksud mas."
"Ya terus maksud mas apa?!"
"Turunin nada bicara kamu, Alana." Tegas Iqbaal. "Nggak, nggak mau! Buat apa?!"
"Turunin."
"Nggak!"
"Yaudah kalo gitu kamu turun dari mobil saya!" Titah Iqbaal pada akhirnya, Iqbaal mempunyai karakter yang tak suka dibantah, apalagi dengan wanita. "Oke, kalo gitu Ala turun sekarang." Ucap (Namakamu).
"Bub, jangan! Ayah apaansih?!"
"Diem kamu Lintang, jangan ikut campur." Ucap Iqbaal melihat pergerakan (Namakamu) yang sudah turun dari mobil yang Iqbaal sewa. "Ya tapi jangan kayak gitu dong, yah!"
"Diem ayah bilang! Ayah lagi stress mikirin ini semua kamu jangan malah memperkeruh keadaan, Ntang!" Bentak Iqbaal pada Lintang. "AYAH MIKIR NGGAK KALO BUBBI KENAPA-NAPA DIJALAN GIMANA?! AYAH MIKIR NGGAK KALO BUBBI TUH NGGAK MEGANG UANG BANYAK?! KENAPA BISA AYAH TEGA SURUH BUBBI NGGAK BARENG SAMA KITA?! AYAH BOLEH MARAH SAMA BUBBI, TAPI NGGAK GINI CARANYA!"
Iqbaal terdiam dan ia langsung memukul stir mobil didepannya. "Brengsek!"
"Lintang mau nyusul bubbi." Ucap Lintang dan langsung keluar dari mobil nya berlari mengejar kemana (Namakamu) pergi. Untungnya, (Namakamu) pergi tak jauh dari posisi dimana Iqbaal menurunkan (Namakamu).
(Namakamu) sedang terduduk disebuah taman dengan tatapan kosongnya. "Bub?"
"Gue tau gue bikin beban dihidup lo sama bokap lo, Ntang." Ucapan (Namakamu) membuat Lintang terkejut, bahkan, kosa kata yang dipakai (Namakamu) sudah berubah. "Nggak, bub."
"Kalo gue nggak bikin beban, udah pasti bokap lo nggak akan ngusir gue kayak tadi. Gue emang nggak ditakdirin ada kayak untuk didunia ini."
Lintang lantas mendudukan dirinya di sebelah (Namakamu). "Bub, nggak begitu.."
"Dari mulai bokap gue, Elen, nyokap, sampe ke Dyvara semua nya nggak pernah anggep gue ada. Dan sekarang bokap lo yang mendadak aneh kayak gini, gue nggak ngerti Ntang."
Lintang menghela nafasnya. "Gue minta maaf kalo gue suka bikin hidup lo sama bokap lo keganggu, gue milih mundur dan kembali ke dunia gue yaitu tinggal bersama bokap dan nyokap tiri gue. Mungkin itu lebih baik ketimbang gue harus seperti ini, semakin gue melawan, semakin berat beban hidup gue." Lintang menggelengkan kepalanya dan memeluk (Namakamu).
"Bub, bubbi harus semangat. Bubbi nggak boleh putus asa kayak gini, bubbi nggak pernah menjadi beban di keluarga kami. Ayah dan Lintang bersyukur bisa kenal sama bubbi. Beneran bub, Lintang nggak bohong." Ucap Lintang meyakinkan (Namakamu). "Nggak, Ntang. Lo nggak ngerti."
"Lintang ngerti bub.."
"Alana.." panggil Iqbaal yang ternyata datang, ia mengikuti gps kemana Lintang pergi. Diam-diam setelah permasalahan dirinya dengan Lintang kemarin itu, Iqbaal sedikit menjadi protektif terhadap anaknya. Ia selalu menghubungkan gps punya Lintang dan dirinya agar Iqbaal bisa selalu memantau kemana Lintang pergi.
(Namakamu) menatap Iqbaal malas, ia benar-benar kesal. "Mas minta maaf kalo perilaku mas tadi kurang mengenakan."
(Namakamu) masih terdiam. "Bub?"
"Mas cuma laki-laki yang nggak suka dibantah, La. Mas mau Ala nurut sama mas, karena bagaimanapun itu juga untuk kebaikan Ala sendiri. Coba Ala flashback sedikit sebelum kejadian ini, kalo aja Ala dengerin mas dan nggak datengin tante Anna. Mungkin hal seperti ini nggak akan terjadi kan?"
(Namakamu) perlahan menjadi menatap Iqbaal yang sedang berlutut. Posisinya (Namakamu) terduduk di bangku taman dan Iqbaal berlutut didepan (Namakamu).
"Coba Ala cerna maksud mas, maksud mas adalah.. segimanapun jahatnya tante Anna. Tetep aja posisinya Ala adalah anaknya, Ala nggak boleh berbicara seperti itu. Kalo nggak ada tante Anna, mungkin mas bukan menjadi orang yang seberuntung sekarang karena bisa milikin Alana.." jelas Iqbaal dan mengusap pipi (Namakamu).
"Mas bilang gitu ke tante Anna karena posisinya mas orang lain, mas juga bilang gitu karena maksud ingin menyadarkan bahwa perilaku tante Anna itu salah.. harusnya tante Anna bela Ala sebagai anak kandung, bukan Dyvara yang dibela." Jelas Iqbaal lagi.
"Sekarang Alana ngerti kenapa mas bisa marah kayak tadi?" Tanya Iqbaal. (Namakamu) perlahan menganggukan kepalanya,
"Sini mas peluk." Ucap Iqbaal dan memeluk (Namakamu) membuat (Namakamu) juga memeluk Iqbaal kembali. Lintang yang berada disebelah (Namakamu) pun memutarkan kedua bolamatanya.
"Ekhem."
Sontak pelukan (Namakamu) dan Iqbaal terlepas, (Namakamu) tersenyum malu kearah Lintang. "Ayah tau darimana Lintang disini?"
"Kepo aja ah,"
"Ayah aktifin gps Lintang?!"
Iqbaal tertawa. "Suka suka ayah dong?"
"IH AYAH MAH KOK PROTEKTIF GITU SIH?!!!!" Omel Lintang kesal lantaran Iqbaal yang menjadi super duper lebay. "Biarin, kan Lintang anak satu-satunya ayah."
"Bodo, Lintang kesel! Bubbiiii.. belain Lintang!"
****
mas ale marah atau mas ale manis?
-messyfellas.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALE & ALA
Fanfiction"Nama tante siapa?" --- tanya Lintang. "Tante? Gue masih muda." "Seumur sama ayah ku?" "Intinya umur gue masih 22 tahun, jangan panggil tante. Panggil aja kakak." "Jadi kakak masih bisa nikah dong sama ayahku? Ayahku masih 28 tahun, kok. Dan, nama a...