*CEKREK*
Sorot lampu mendadak menginterupsi beberapa pasang mata yang dijadikan objek kali ini. Keluarga Iqbaal sedang mengadakan foto keluarga untuk memenuhi dinding kosong di dalam rumah mereka. Khatulistiwa atau Iwa sudah berumur satu tahun lebih lima bulan, sudah mulai aktif kesana kemari mencari alamat--bercanda.
"Sekarang Mas Iqbaal dan Mba (Namakamu) dulu yang foto, adik nya bisa minggir lebih dulu ya.. Gantian." Titah fotografernya, Lintang menurut dan menggendong Iwa membawanya menjauh dari background foto yang mereka gunakan.
Lintang duduk dan membiarkan Iwa mengeksplor keadaan sekitar. "Dek, yang penting jangan macem-macem ya. Nanti yang di omelin mas soalnya. Baik-baik ya, mas buka tiktok dulu." Ucap Lintang pada Iwa, sementara yang diajak bicara hanya terkekeh senang.
Lintang memainkan ponselnya, mengendurkan pandangannya terhadap Iwa. Sementara Iqbaal sedang menahan kesal perihal fotografernya berkali-kali memberi tau untuk senyum namun Iqbaal tak kunjung senyum sesuai permintaan sang fotografer.
"Mas, senyum!" Tegur (Namakamu) dam menyenggol pinggang Iqbaal. "Gak liat ya? Dari tadi udah senyum?" Sarkas Iqbaal kembali membuat (Namakamu) terdiam. "Mas Iqbaal, ayo senyum."
"Mas saya sudah senyum dari tadi, ini senyum yang mas maksud gimana sih? Saya perasaan foto keluarga disini bukan foto iklan odol." Celoteh Iqbaal mengundang tawaan tim fotografer sementara (Namakamu) memandang nya tajam.
"Maksud saya, senyumnya jangan terpaksa.. Lebih lepas aja." Ucap fotografer itu membuat Iqbaal mengangguk. Iqbaal menganga, mengikuti instruksi dari fotografer. Kondisi Iqbaal lantas membuat fotografer tertawa lagi,
"Senyum mas, bukan nganga."
Iqbaal mengerucutkan bibirnya. "Katanya lepas, itu saya lepasin." Balas Iqbaal, fotografer dan (Namakamu) menatap Iqbaal dengan tatapan kesal dan lelah, pria kaku ini sungguh tidak bisa diajak kerja sama.
"Senyum biasa aja, mas Ale. Ya Allah.."
"Oke! Iya! Senyum biasa." Iqbaal membenarkan posisi duduknya, fotografer menghitung mundur untuk kembali memotretnya. Lalu saat terpampang hasil fotonya itu malah membuat (Namakamu) ingin menjenggut rambut gondrong Iqbaal.
"Kaku banget sih! Dibilang senyum, ini mah kayak foto KTP!" Iqbaal mengacak rambutnya, ia kesal karena apa yang ia lakukan selalu salah.
Akhirnya bagian Iqbaal dan (Namakamu) di percepat karena Iqbaal yang kaku tidak bisa tersenyum, kini giliran foto Lintang bersama Iwa. "Mas Lintang, adeknya mana?" Tanya Iqbaal.
Lintang menyimpan ponselnya dalam saku, bersiap menjawab pertanyaan sang ayah namun ia tidak menemukan persensi Iwa di sekitarnya. "T-tadi disini, Iwa kemana?"
"Mas...."
"Tadi disini, yah! Mas gak bohong!"
"Car--"
"Mba (Namakamu), ini adeknya yang kecil saya temuin disana. Lagi makanin kabel."
(Namakamu) dan Iqbaal hanya bisa menghela nafasnya dan menggelengkan kepalanya pusing, sungguh benar-benar diluar ekspetasi.
****
"Kiri dikit, mas!"
"Kanan, yah!"
"Apa sih? Matamu gak lurus. Kiri yang bener, mas!"
"Mata bubbi udah tua, kanan yang bener!"
"HAH! BISA GAK JANGAN KIRI KANAN KIRI KANAN?! AYAH LAGI MASANG FIGURA BUKAN MAU MARKIR!" Omel Iqbaal membuat istri dan anak sulungnya terdiam. "Marah-marah mulu si kakek." Gumam Lintang mengundang anggukan setuju pada (Namakamu).
"Ayah denger!"
"Ya lagian ngomel mulu. Santai, yah. Jangan tegang-tegang, cukup itu aja yang tegang, ayah jangan." Ucapan Lintang sontak membuat Iqbaal dan (Namakamu) menoleh dengan tatapan yang tajam. "Nah kan, salah lagi.. Padahal 'itu' beragam. Gak kayak yang kalian maksud."
"Mulutnya!"
"Ya emang mulut atuh, kalau udel mana bisa ngomong?" Balas Lintang lagi. "AAAA Lintang! Bubbi kesel satu rumah sama orang yang kayak kamu, bikin kesel!"
"Terus gimana? Mau nikahin Lintang aja apa sama Trisha?" Balas Lintang lagi, Iqbaal turun dari tangga karena selesai memasang figuranya. Ia bersiap untuk menjitak kening anak sulungnya yang menjawab terus setiap di tegur.
"Satu kali jitak, seratus ribu." Ucap Lintang lalu lari menjauhi sang ayah. Sementar Lintang menjauh kini (Namakamu) menatap figura foto di hadapannya, foto keluarga kecilnya.
Iqbaal merangkul (Namakamu). "Ternyata perjuangan ku untuk senyum gak sia-sia." Ucap Iqbaal.
"Iya, jadi ganteng."
"Tapi, La, sayang gak sih kalo kita pasang sekarang?" Pertanyaan Iqbaal membuat (Namakamu) menoleh. "Kenapa sayang, mas?"
"Ya kan masih ada anak lagi, nambah hehe."
(Namakamu) mendengus. "Urusan nanti itu mah, yang penting kan ini keren. Kalau orang dateng kesini langsung mikir, wih, keluarga bahagia!"
"Hahaha, Aamiin! Mas selalu berdoa kalau keluarga kita selalu dilindungi ya, La. Mas bersyukur sekali punya Alana di sisi mas, di hidup mas sekaligus menjadi ibu dari anak-anak mas." (Namakamu) memeluk Iqbaal dari samping, pandangannya tak berubah dari figura foto itu.
"Perjuangan kita nggak sia-sia ya, mas? Semua yang kita lalui ternyata berujung bahagia. Ala selalu bersyukur kalau melihat keadaan Ala yang mempunyai mas Ale di hidup Ala. Bagi Ala, mas Ale, Lintang dan Iwa adalah segalanya. Entah gimana hidup Ala kalau tanpa kalian." Iqbaal tersenyum juga.
"I love you till death do us part, Alana."
"I love you till Jannah, suamiku, mas Ale."
Iqbaal perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya yang cantik guna melumat bibir kenyal berwarna pink tersebut sebagai penyaluran rasa cinta mereka. Mereka menautkan nya dengan rasa cinta, rasa sayang dan kehangatan yang bersatu. Hingga akhirnya...
"Ayah, Bubbi! Tolong, Iwa pipis diatas stop kontak!"
****
Hallo, readers! Wah, akhirnya aku bisa menyelesaikan Ale & Ala ini. Lama banget gak sih? Sebagian dari kalian pasti udah lupa sama alurnya, hahaha, gak masalah, silahkan di baca ulang ya. Aku ingin mengucapkan terima kasih sekali bagi kalian yang udah support cerita ini dari satu pembaca sampe akhirnya tiga ratus ribu pembaca, belum lagi yang komentar isinya semangat-semangat yang bikin aku bergejolak ingin terus nulis. Hahaha, intinya terima kasih banyak ya!
Semoga kalau ada imajinasi tentang Iqbaal lagi, aku bisa membaginya disini ya. Xixixixi
Much love,
messyfellas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALE & ALA
Fanfiction"Nama tante siapa?" --- tanya Lintang. "Tante? Gue masih muda." "Seumur sama ayah ku?" "Intinya umur gue masih 22 tahun, jangan panggil tante. Panggil aja kakak." "Jadi kakak masih bisa nikah dong sama ayahku? Ayahku masih 28 tahun, kok. Dan, nama a...