thirty seven

4.9K 848 194
                                    

Alana (Namakamu) Zavierra S.Psi, itulah menjadi gelar (Namakamu) saat ia sudah wisuda kemarin. Ia berhasil meraih gelar Sarjana Psikologinya dengan sukses dan ia juga salah satu mahasiswa cumlaude dengan IPK 3.9 di Universitas Indonesia jurusan Psikologi.

Maka hal ini pun dibuat menjadi acara syukuran kecil-kecil an yang dilakukan dirumah Iqbaal bersama Lintang, Rike, Herry, Shilla juga Sarah.

"Kemarin si Gio, kesandung kan pas dipanggil." Ucap Sarah bercerita membuat seluruh tamu di ruang makan tertawa. "Oh iya? Kapan? Gue nggak liat?" Tanya Shilla dengan wajah polosnya.

"Well, lo foto-foto terus yang bikin gue muak, Shill."

"Emang kenapa sih?!"

"Ya lo bayangin aja dari awal sampe akhir kerjaan lo foto-foto doang, jih, gue sih males." (Namakamu) dan Iqbaal menatap Sarah dan Shilla sembari tersenyum.

"Kayaknya mending kak Shilla deh kak Sar, daripada bubbi, sepanjang acara cuma liat-liatan sama ayah. Hm," goda Lintang membuat Rike menyenggol lengan cucu laki-laki nya. "Apa? Bubbi nggak gitu kok!"

"Bukan kamu ngeliatin mas ya, La?" Goda Iqbaal juga yang langsung membuat wajah (Namakamu) memerah malu. "Waduh, cepet banget merahnya kayak bunda muda!" Goda Herry.

Dan kali ini Rike tertawa, "ayah tukang gombal."

"Mirip mas Ale berarti, bunda! Mas Ale gombal terus!" Seru (Namakamu). "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, got it?" Ucap Herry pada Iqbaal.

"Got it." Jawab Iqbaal dan tersenyum menyeringai kepada (Namakamu). Lalu tak lama terdengar suara ketukan di pintu utama rumah Iqbaal yang membuat seisi ruang makan itu terdiam.

"Biar bibi aja yang buka!" Seru Narsih dan langsung menghampiri ruang utama untuk membukakan pintu. "Undangan udah dikirim kah?" Tanya Rike pada Iqbaal.

"Udah kok, bun."

"(Namakamu), apa nggak sebaiknya kamu kirim ke papa dan mama kamu?" Tanya Herry mencoba meyakinkan pilihan (Namakamu). "(Namakamu) takut, yah. Takut ditolak."

"Belum dicoba padahal, yah. Typical." Sahut Iqbaal yang sebenarnya kesal soal ini. "Kalo di tolak gim--"

"(Namakamu)!" Panggil Anna yang ternyata datang dengan tak sopannya bersama Dyvara, Elen juga Arif. "Mama.." (Namakamu) menghampiri ibundanya yang tiba-tiba menghampiri rumah Iqbaal.

Ia masih bingung dan bisu mengapa kedua orang tuanya bisa disini dengan orang-orang yang sudah berbuat jahat kepada dirinya. "Ma, ng-ngap--"

Anna melemparkan undangan pernikahan secara kasar dihadapan (Namakamu). "Apa itu, (Namakamu)?!" Tanya Anna dengan mata yang sudah berair alias ia menangis.

(Namakamu) melihat undangannya, ia menatap wajah ibundanya dengan tatapan sangat bingung. "Maaf, tante, mung--"

"Diam, kamu! Saya nggak bicara sama kamu!" Bentak Anna pada Iqbaal yang berusaha membela (Namakamu). "APA YANG KAMU LAKUIN INI (NAMAKAMU)?! MAMA DAN PAPA BAHKAN NGGAK TAU BERITA INI!" Bentak Anna mengeluarkan amarah dan kekecewaannya pada putrinya.

(Namakamu) menatap wajah Anna, Arif, Elen dan Dyva secara bergantian. "Apa bisa kita bicara tanpa ada Dyva dan Elen?" Tanya (Namakamu) berusaha setenang mungkin. "Kamu takut menghindari saya?" Tanya Elen pada (Namakamu).

"Jujur aja apa yang terjadi sebenernya, pengkhianat." Ucap Dyvara. "Ma, tapi ini--"

"MAMA MINTA KEJUJURAN DARI KAMU!"

"Iya, okay, ma.. (Namakamu) bakal nikah sama mas Ale, kar--"

Belum selesai (Namakamu) menjelaskan, Anna sudah lebih dulu menampar pipi (Namakamu). "Whoa, santai, tante Ann!" Seru Iqbaal dan langsung melindungi tubuh (Namakamu) alih-alih akan diserang kedua kalinya nanti.

"Saya Herry, ayahanda dari Iqbaal, bisa kita bicarakan hal ini dengan kepala dingin? Jangan buat drama kampungan seperti ini, apa bisa?" Ucap Herry yang sekarang turun tangan dan mengambil alih semuanya.

"Anda nggak usah ikut campur dalam permasalahan ini pak Herry." Balas Arif tak kalah tegasnya dengan Herry. "I have one question for you, my daughter. Apa kamu masih menganggap kami sebagai orang tua kamu?" Tanya Anna penuh penekanan pada (Namakamu).

"OF COURSE I'M NOT!" Bentak (Namakamu) kembali membuat seisi rumah lumayan terkejut dengan jawaban (Namakamu). "AYAH MANA YANG BERANI MELEMPAR ANAK PEREMPUANNYA DENGAN REMOTE DAN CANGKIR DEMI MEMBELA WANITA YANG MEREBUT KEBAHAGIAAN PUTRINYA?!! DAN IBU MANA YANG MEMBELA ANAK TIRI YANG SUDAH PASTI JUGA MEREBUT KEBAHAGIAAN PUTRI KANDUNG NYA?!"

Semua terdiam. Hanya terdengar isakan tangis Anna juga (Namakamu) disini. "Saya di pukul dengan ibu tiri saya, saya di tampar, saya disakitin, saya di khianatin dan ayah saya, darah daging saya, orang tua saya membela ibu tiri saya dengan cara kasar kepada saya yang mana hal itu baru pertama kali terjadi di hidup saya!"

"Lalu ibu kandung saya, yang saya percaya seluruh darah saya, yang saya paling cintai, yang saya paling hormati tiba-tiba ia membela anak tirinya dengan menyuruh anak tirinya menikah dengan pasangan saya. Apa itu adil untuk saya? APA ADIL?! DIMANA LETAK KEADILAN SAYA IBU ANNA DAN BAPAK ARIF?!"

Iqbaal memeluk (Namakamu) dan langsung di tolak dengan (Namakamu). "Saya ingin menikah dengan Iqbaal karena saya merasa hanya dia yang bisa membawa saya ke jalan yang lebih benar daripada kedua orang tua saya sendiri."

"(Namakamu), mama mak--"

"Jangan pernah sebut diri anda mama lagi didepan saya, anda tak pernah berhasil menjadi orang tua yang baik untuk saya. NGGAK ADA LAGI MAMA ATAU PAPA BAGI SAYA!"

Plak!

Arif gantian menampar (Namakamu) karena menurut Arif ucapan (Namakamu) sudah sangat harus di hentikan. "See?" Tanya (Namakamu) dengan senyuman menyeringainya.

"KAMI MENGANGGAP KAMU SEBAGAI ANAK KAMI, (NAMAKAMU)! KENAPA SETEGA ITU UCAPAN KAMU?!" Bentak Arif. "Apa segitu tega untuk anak seumur saya yang merasa dikhianati dengan orang tua saya sendiri? Saya berterimakasih saya dilahirkan dengan orang tua yang sangat cinta dengan saya. Tapi hal itu hilang disaat saya berumur 18th dimana kalian bercerai karena ego kalian masing-masing."

"Oh sorry, saya tidak mempermasalahkan perceraikan kalian. Mungkin saya masih bisa bahagia kalau saja pak Arif selalu membela saya dan bu Anna juga membela saya."

(Namakamu) mengusap kedua airmatanya. "Mama kecewa, (Namakamu)."

"Papa sangat kecewa."

Elen ingin menampar (Namakamu) namun (Namakamu) langsung menangkap pergerakan tangan Elen dan memelintirkan tangan Elen hingga Elen berteriak kesakitan. "LO NGGAK ADA HAKNYA UNTUK MENAMPAR GUE, PENGECUT!"

"(NAMAKAMU), SUDAH!" Bentak Herry membuat (Namakamu) langsung melepas cengkramannya ditangan Elen, dan Elen langsung dibantu dengan Arif. Sedangkan Dyvara menatap perlakuan (Namakamu) tak menyangka.

"Apa? Lo mau gue bunuh bayi lo?" Tanya (Namakamu) yang membuat Dyvara menggeleng kaku. Sisi gelap (Namakamu) akan keluar saat di pancing dengan orang-orang pengecut.

"Kita bicarakan ini semua! Tak ada bantahan!" Perintah Herry pada akhirnya. (Namakamu) menatap Iqbaal, dan seluruh orang yang di belakangnya sedari tadi. Mereka menatap (Namakamu) juga ada sirat kekecewaan.




****

eaea bumbu lagi neee~~~ mau lanjut lagi? emang penasaran? tp ako maunya komennya seratus akh WKWKWKWK ditunggu komenannya dan votenya babes🤪

-messyfellas

ALE & ALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang