"(Namakamu), mama minta tolong sama kamu. Kakak kamu bener-bener udah parah."
(Namakamu) lalu menelan ludahnya. "Apa yang mama mau minta lagi dari (Namakamu)?"
"Tolong bawa Iqbaal, (Nam).. mama nggak tau lagi apa yang harus mama lakuin. Kakak kamu semakin parah." (Namakamu) terdiam. "Iya, ma."
(Namakamu) memutuskan panggilannya dan mencoba pergi ke kamar Iqbaal, harusnya malam ini ia pulang ke Indonesia namun jika ibunya sudah bermohon seperti itu ya bagaimana lagi.
(Namakamu) mencoba memencet tombol bel kamar yang Iqbaal dan Lintang inapi. Hanya 3x mencet, Lintang sudah membukakan pintunya. "Kenapa bub?"
"Ayah mana?"
"Lagi tadarus abis shubuhan. Kenapa?" Tanya Lintang. (Namakamu) tersenyum sebentar dan melewati Lintang untuk melihat Iqbaal, dan ternyata Iqbaal juga baru selesai membaca Al Qur'an nya.
"Mas."
"Eh, Alana.. kenapa?" Tanya Iqbaal sekalian menyudahi kegiatannya barusan. "Mama minta mas jenguk Dyvara."
Dahi Iqbaal terlihat mengenyit bingung, "kenapa emangnya?"
"Ala nggak tau jelas, intinya mama minta karena Dyvara udah parah mas." Ucap (Namakamu) pada Iqbaal. Iqbaal segera berdiri dan melipat sajadah kecil yang selalu ia bawa kemana-kemana. "Palingan boong."
"Orang mama nangis-nangis masa bohong sih mas?" Tanya (Namakamu) balik kepada Iqbaal. "Ya Ala percaya gitu aja emang? Mas mah nggak percaya. Mas nggak mau jenguk Dyvara."
"Kalo Dyvara nggak ada umur gimana? Masa mas nggak mau sih melunak sedikit untuk jenguk aja? Nggak usah banyak omong, cuma dateng terus diem aja. Biar dia enak."
Iqbaal berdecak. "Ala bisa jamin nggak kalo itu semua beneran?" (Namakamu) mengangguk membalas pertanyaan Iqbaal. "Ala aja cuma percaya karena tangisan tante Anna yang jelas-jelas pinter boong."
"Bub, kenapa bubbi pengen banget jenguk tante Dyv?" Tanya Lintang perlahan. "Ya takut aja Dyvara nggak ada umur.."
"Bohong, nggak usah di percaya. Drama itu. Dyvara baik-baik aja pasti." Tegas Iqbaal, ia tak mau lagi mengikuti alur drama dari Anna dan Dyvara. "Mas hatinya terbuat dari apa sih?! Masa melunak sedikit nggak bisa?! Kalo Dyvara beneran parah gimana mas?!" Balas (Namakamu) yang sudah mulai naik pitam dengan pernyataan Iqbaal.
"Alana, kalo memang dia kritis, dia nggak akan semurah itu ngehubungin kamu nangis-nangis segala macem tanpa bukti. Dia hubungin kamu cuma dengan suara tangisan kan?! Bukan bukti lain?! Yaudah! Untuk apa mas bela-belain jenguk orang yang udah nyakitin hati Alana?!" Bentak Iqbaal untuk yang pertama kalinya didepan (Namakamu).
"Yaudah, kalo gitu Ala jenguk aja sendiri tanpa mas." Ucap (Namakamu) untuk memutuskan menjenguk Dyvara hanya sendiri. Sontak Iqbaal langsung menarik tangan (Namakamu),
"Nggak usah macem-macem kamu, tanggung jawab kamu ada di mas sekarang! Kamu kenapa-kenapa mas yang bahaya. Kamu mudah di bohongin kenapa sih La?!"
"Apaan sih? Yaudah kalo Alana mudah dibohongin, Alana bisa sendiri kesana tanpa mas atau Lintang. Mudah kan. Udah biasa juga Ala hidup sendirian tanpa mas!" Marah (Namakamu).
"Yah, udah ikutin aja mau bubbi apa.. biar enak. Daripada kalian harus saling ngotot gini," saran Lintang membuat Iqbaal perlahan melepas pegangan tangannya pada pergelangan tangan (Namakamu). "Yaudah mas ikut."
"Nggak usah orang tadi udah marah-marah gitu, ngapain ngajak orang nggak ikhlas." Balas (Namakamu) malas. "Ya terus Ala maunya apa sekarang?! Tadi minta mas Ale ikut, sekarang malah kayak gitu ngomongnya!"
"Ayah! Udah ih, marah-marah terus sama bubbi." Tegur Lintang membela (Namakamu). (Namakamu) terdiam, ia malas jika harus bertengkar lagi dengan Iqbaal.
"Jadi ayah mau nemenin bubbi apa nggak? Kalo nggak mau yaudah Lintang aja yang nemenin ya." Ucap Lintang memperjelas lagi keinginan Iqbaal. "Yaudah kamu aja dek, ayah males."
"Yaudah."
(Namakamu) menatap Iqbaal sinis dan langsung keluar dari kamar Iqbaal menunggu Lintang yang sedang memakai coat. Setelah Lintang keluar baru mereka pergi ke rumah Anna tempat dimana Dyvara dirawat.
"Maafin ayah ya bub, ayah emang suka gitu kalo marah. Itu pun marahnya belum seberapa waktu marah sama Lintang mah parah banget." Ucap Lintang mencoba mencairkan suasana nya dengan (Namakamu). "Santai, emang ayah kamu tukang marah-marah makanya kayak gitu."
"Iya, tar juga darting marah-marah mulu."
(Namakamu) terkekeh disusul Lintang yang juga terkekeh. Lintang memang paling jago untuk mencairkan suasana antara Iqbaal dan (Namakamu).
****
"Lho, mana Iqbaalnya?! Kenapa anaknya?!" Marah Anna saat tau (Namakamu) datang bersama Lintang bukan bersama Iqbaal.
"Ayah gak ma--"
"Mas Ale nya gak bisa ma, ada kerjaan mendadak." Potong (Namakamu) dan mencubit kecil paha Lintang. "Kalo nggak ada Iqbaalnya ngapain kamu kesini? Nggak penting datengnya kamu. Mama kan minta datengnya Iqbaal."
"Mohon maap ni oma bubbi, oma bubbi kok songong banget sama bubbinya Lintang ya? Masih mending kami kesini ada tujuan baik untuk jenguk tante Dyv yang dibilang kondisinya udah parah." Ucap Lintang membela (Namakamu).
"Kamu nggak tau apa-apa anak kecil, nggak usah sok ikut campur." Balas Anna kesal. "Yaudah mendingan kamu pulang ya, gak ada gunannya kamu disini. Malah Dyvara makin sakit kal--"
"Maaa, liat high heels Dyv nggak sih di rak sepat--" ucapan Dyvara yang sudah berpakaian rapih dan sedang mencari sepatunya pun terpotong karena melihat hadirnya (Namakamu) dan Lintang.
"You are lying. Penipu." Desis Lintang. "Great work, mam. Untung (Namakamu) nggak bawa Iqbaal beneran ya, ternyata mama bohongin (Namakamu)."
"Nggak usah banyak omong kamu, anak kurang ajar!" Anna lekas ingin menampar (Namakamu) namun ternyata di tahan oleh Iqbaal. Iya, Iqbaal tepat waktu untuk membututi calon istri dan anaknya pergi ke neraka di dunia.
"Jangan pernah sentuh milik saya." Desis Iqbaal saat menahan tangan Anna yang ingin menampar (Namakamu). "Mas Ale.."
"MILIK KAMU?! JELAS INI MILIK SAYA! SAYA YANG MELAHIRKANNYA!"
"Mana ada sejarah anda yang melahirkannya tapi anda juga yang menyakitinya?! Nggak ada sejarahnya. Cuma anda sosok iblis berkedok manusia yang berani melakukan itu pada anak kandung anda sendiri." Desis Iqbaal yang benar-benar tajam.
Dyvara langsung lari kearah Anna dan ikut menampar Iqbaal. (Namakamu) terkejut dan Lintang terkejut,
"Lo ya pria terbrengsek! Udah mau enaknya sama gue! Sekarang lo malah hina ibu gue! LO JUGA! JADI ANAK DURHAKA BANGET IBU KANDUNG LO DI HINA SAMA IQBAAL LO MALAH DIEM AJA?! OH SUSAH SIH YA KALO UDAH JADI SIMPENAN IQBAAL." Marah Dyvara membuat (Namakamu) segera benar-benar naik pitam dan meninju pipi Dyvara.
Dyvara tersungkur dan (Namakamu) meninjunya lagi. Iya, (Namakamu) meninju dengan brutal. "(NAMAKAMU)!"
"BUBBI!"
"ALANA!"
Iqbaal berusaha memisahkan (Namakamu) yang tak henti-hentinya memukuli dan meninju Dyvara. "Hidup gue menjadi hancur karena datengnya lo, Dyvara. You must know that things, loser."
"And you, mom, I dont wanna see your face anymore. Cause i really hate you." Desis (Namakamu) pada Dyvara dan Anna.
"Lo berdua nggak lebih dari sampah di hidup gue."
****
bedebu bet ni yak Ale&Ala nya?!! Eh eh gimana... Ngefeel nggak? Kalo nggak ngefeel ya maap dah:(
-messyfellas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALE & ALA
Fanfiction"Nama tante siapa?" --- tanya Lintang. "Tante? Gue masih muda." "Seumur sama ayah ku?" "Intinya umur gue masih 22 tahun, jangan panggil tante. Panggil aja kakak." "Jadi kakak masih bisa nikah dong sama ayahku? Ayahku masih 28 tahun, kok. Dan, nama a...