thirteen

6.1K 812 44
                                    

"Permisi mas, pesanannya." Ucap pelayan dan memberikan pesanan yang Iqbaal pesan tadi. "Ah ya, terimakasih ya."

"Baik, silahkan." Pelayan itu pun pergi, Iqbaal lalu segera menyesap kopi hitam nya. "Mas, ka--"

"Kok masih mas aja sih?" Eluh Iqbaal. "Mas Ale. Umur kita lumayan jauh, Ala nggak mau gak sopan." Jawab (Namakamu).

"Oke deh, terserah Ala aja. Lanjut, tadi Ala mau ngomong apa?" Tanya Iqbaal. "Tuhkan, Ala lupa. Mas Ale dulu deh mau ngomong apa."

"Yaudah, jadi gini mas Ale mau jelasin job desk Ala kalo Ala kerja jadi HR di perusahaan mas." Lalu selanjutnya Iqbaal mengeluarkan iPad nya dan menjelaskannya pada (Namakamu). (Namakamu) hanya menganggukan kepalanya disaat Iqbaal sedang menjelaskan job desk itu kepadanya.

Kruk..

"Ala laper?" Tanya Iqbaal. "Hah? Ng-nggak kok mas. Ala nggak laper." Tolak (Namakamu) yang menutupi perasaan malunya akibat perutnya yang bunyi.

"Jangan bohong, Ala laper kan?" Tanya Iqbaal sekali lagi. "Al--"

"Mbak!" Panggil Iqbaal pada pelayan yang sedang berdiri. "Iya mas?" Tanya pelayan itu saat menghampiri Iqbaal.

"Saya pesan Salmon Steak Smoke nya satu, sama tambah Blackcurrant Juice nya." Ucap Iqbaal memesan pada pelayan itu. Pelayan itu menganggukan kepalanya,

"Baik mas, ditunggu ya." Iqbaal menganggukan kepalanya. "Suka Salmon kan?" Tanya Iqbaal pada (Namakamu). "Mas, jangan kayak gitu. Ala--"

"Anggep aja ini balasan mas karena Ala udah baik ke Lintang, nggak usah dibahas ya?" Ucap Iqbaal dan tersenyum manis. "Iya, mas. Makasih banyak ya mas."

"Sama-sama, ohiya gimana, jadi Ala udah ngerti kan sama job desk yang mas jelasin tadi?"

"Udah, Ala ngerti banget. Beres itu mah mas!" Jawab (Namakamu) semangat. Iqbaal terkekeh, "good girl."

"Mas kalo kerja gini, biasanya Lintang pulang sekolah ngapain aja?" Tanya (Namakamu). "Dulu waktu mas masih sama Dyvara, Lintang jarang banget ada dirumah La. Pokoknya tiap mas pulang pasti nggak ada Lintang, Lintang bisa pulang kisaran jam 9-10 malem gitu."

"Terus, mas ngomel nggak?" Tanya (Namakamu). "Yaiya dong, sebagai orang tua pasti mas ngomel. Tapi Lintang nggak pernah dengerin omelan mas, selalu dia bantah tapi kearah Dyvara terus. Ya kami saling nggak pernah lelah untuk ngomel, mas nya ngomel terus, Lintangnya juga ngebantah terus. Hampir sekitar 2 tahun, hubungan mas sama Lintang nggak baik." Jelas Iqbaal pada (Namakamu).

"Kalo sekarang ini, Lintang gimana mas?"

"Kalo sekarang pas mas udah nggak sama Dyvara, dia kembali lagi jadi Lintang yang dulu. Kan pulang sekolah jam 3 tuh, udah dia dirumah. Kalo mas pulang kalo nggak lagi tidur pasti main games. Gitu aja, beda banget sama Lintang yang 2 tahun ini."

(Namakamu) tersenyum. "Alhamdulillah, Ala seneng dengernya kalo Lintang udah nggak pernah bantah mas lagi."

"Alhamdulillah, mas bersyukur banget dengan keadaan yang sekarang. Karena mas nggak rela aja Lintang sama Lyta." Jelas Iqbaal. "Iya, Ala tau kok kenapa mas nggak rela Lintang sama mbak Lyta. Tapi gimana pun, kalo mas nggak rela, mas harus bikin Lintang nyaman sama mas, jangan kayak kemarin yang bikin Lintang under pressure karena bingung ayahnya nggak bener, ibu nya juga nggak bener."

"Iya, Ala. Thank you ya udah jadi sahabatnya Lintang disaat Lintang lagi under pressure kemarin."

"Sama-sama, mas. Tugas manusia itu saling membantu kan?" Balas (Namakamu). Iqbaal menganggukan kepalanya, "betul sekali."

"Mas, hmm maaf kalo sekiranya pertanyaannya agak gimana gitu, tapi Ala mau tanya.. apa yang ngebuat mas jadi milih sama Lintang lagi?" Tanya (Namakamu) membuat Iqbaal terkekeh. "Tumben Lintang nggak cerita ke Ala."

(Namakamu) terkekeh. "Permisi, pesanannya." Ucap pelayan membawakan pesanan yang Iqbaal pesan untuk (Namakamu). "Thank you, mba."

"Baik, silahkan."

"Ayo, dimakan. Kita ngobrol sambil makan." Ucap Iqbaal mempersilahkan, Iqbaal memakan Saladnya dan (Namakamu) juga memakan Salmon Steak nya.

"Iya, jadi gini.. waktu itu mas ribut sama ayah dan bunda. Disitu ada Dyva, mas ketauan sering liburan bareng diem-diem gitu. Nah, ayah tuh nggak suka banget mas kayak gitu. Akhirnya ayah marah besar gitu ke mas, sampe nonjok pipi mas. Intinya abis marah-marah gitu, mas ditanya sama ayah mau pilih Lintang apa Dyvara. Ya mas langsung jawab Lintang dong, Lintang kan darah daging mas Ale, bukan Dyvara atau siapapun itu." Jelas Iqbaal membuat mata (Namakamu) sedikit berair. Ia berharap papanya bisa memilih dirinya daripada Elen.

"Ala? Are you okay?" Tanya Iqbaal yang melihat (Namakamu) menjadi melamun dengan airmata yang tanggung untuk dikeluarkan. "Hah? Iya? Ala nggak papa kok. Cuma keinget papa aja."

Iqbaal tersenyum dan meraih tangan (Namakamu) yang sedang berada di meja. "You're not alone, Ala. You have me and Lintang, jangan nangis lagi ya? Mas nggak suka liatnya. Jelek."

(Namakamu) terkekeh dengan airmata yang akhirnya jatuh. "I miss papa so much, Ala berharap papa punya pikiran kayak mas Ale. Yang milih Ala ketimbang istrinya yang jahat itu."

"As soon as possible, pasti papa Ala milih Ala, mas juga butuh waktu yang lama kok untuk milih Lintang. Tadinya mas nggak ada pemikiran sama sekali, dipikiran mas cuma Dyvara, Dyvara dan Dyvara."

"Ntah kapan bisa terjadi, Ala nggak tau mas. Papa buta banget, di bohongin sama Elen mau aja."

"Mas pernah ngerasain ada di posisi papanya Ala, memang rasanya dunia kita nih cuma untuk dia doang. Kita nggak ngeliat anak kita atau keluarga kita yang lain. Nah, kenapa mas bisa keluar dari zona itu, karena ayah dan bunda. Mereka nyadarin mas betapa pentingnya Lintang di hidup mas. Dari situ baru mas bisa mikir, kalo semua yang diomongin ayah dan bunda 100% bener."

"Mas hebat." Ucap (Namakamu) lantas membuat Iqbaal tersenyum. "Ala lebih hebat dari mas, Ala bisa nanggung masalah seberat ini sendirian."

"Udah semestinya mas, nggak bisa Ala hindarin lagi." Iqbaal lagi-lagi tersenyum dan melanjutkan memakan makanannya, (Namakamu) juga melanjutkan makanannya.

****

"Ayah, kok tumben jam segini baru sampe rumah?" Tanya Lintang saat Iqbaal baru sampai rumah jam 9 malam.

"Nganter (Namakamu)."

"Hah?! Ayah ngapain emang? Kok ayah nggak bilang Lintang sih?" Tanya Lintang kesal. "Urusan kerjaan, Lintang. Kan (Namakamu) mau kerja di kantor ayah, harus dikasih tau dari sekarang biar dia nggak salah arah nantinya. Terus ayah nggak tega pulangnya kalo dia harus naik kereta, ayah anterin sampe kosnya Shilla."

"Iiihh, Lintang mau ikut! Lintang kangen sama kak (Namakamu)."

"Lintang kan sekolah, kalo libur aja. Ajak (Namakamu) nya main kesini, kan hari sabtu mau kerumah kakek sama nenek." Jawab Iqbaal. "Oh iya yah?"

"Iya, tante Ody sama om Adi juga ikut. Lintang ajak (Namakamu) aja biar ikut ngumpul."

"Asiiik, yes! Makasih ayah!"

"Sama-sama, kamu tidur sekarang. Besok nanti susah ayah banguninnya."

"Siap, kapten!"

****

Selamat hari seninnn! Yang sekolah/kuliah/kerja semangat yaaa😝

-messyfellas.

ALE & ALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang