1

2.8K 237 35
                                    

Kim Sojung, usia 26 tahun, tujuannya meninggalkan Jepang, negara yang menjadi rumahnya selama delapan tahun adalah untuk bekerja sesuai profesi yang ia idam-idamkan sejak lama. Menjadi seorang jurnalis kuliner yang akan mengulas bukan hanya soal rasa makanan tapi juga berbagai sisi unik yang menarik seputar makanan itu untuk disuguhkan kepada para pembacanya adalah impiannya sejak ia duduk di bangku kuliah. Tapi apa ini yang Sojung dapat setelah satu minggu berada di negara kelahirannya? Alih-alih pergi ke restoran dan mencicipi berbagai makanan enak, Sojung justru dijadikan baby sitter, dipaksa untuk mengasuh anak nakal yang suka sekali melawan perkataannya. Lalu hari ini pun, Sojung harus diganggu waktu istirahatnya saat kakak iparnya menelfon dan menyuruhnya pergi ke TK tempat keponakannya sekolah lantaran bocah itu kembali membuat masalah.

"Kim Yeonjun, anak nakal itu bisa tidak sih tidak merepotkanku sehari saja," keluh Sojung sembari berjalan menuju ruang guru tempat dimana Yeonjun, putra dari Kim Namjoon diamankan setelah anak itu dilaporkan melempar kaca jendela menggunakan batu.

"Bukan aku, Soobin yang melakukannya bu!"

"Yeonjun bohong, padahal tadi dia yang mau melemparku karena aku tidak mau meminjamkan PSP-ku padanya."

"Iya, iya, satu-satu bicaranya anak-anak," lerai sang guru yang sudah pusing lantaran kedua murid di depannya tidak berhenti bicara untuk membela diri dan saling menyalahkan temannya.

"Permisi," suara Sojung membuat tiga orang yang berada di ruang guru menoleh padanya. Yeonjun langsung tersenyum lebar melihat bibinya datang.

"Bibi!" Yeonjun berlari memeluk kaki jenjang milik Sojung, gadis itu langsung merasa risih dan menjauhkan Yeonjun darinya. Giliran seperti ini saja, anak itu baru bersikap manis.

"Aku walinya Yeonjun," kata Sojung sambil duduk di kursi yang tersedia. "Ibunya tidak bisa datang, jadi aku mewakilinya."

"Ah, begitu," sang guru mangut-mangut.

"Bu guru, bibiku sudah datang, apa aku boleh pulang sekarang?"

"Aku juga mau pulang bu," anak yang duduk tak jauh dari Yeonjun ikut menimpali.

"Yeonjun diam," Sojung memelototi keponakannya, cerewet sekali anak itu. Padahal ayahnya bukanlah orang yang suka bicara banyak, ini pasti menurun dari ibunya. Setelah menegur Yeonjun, Sojung mengalihkan pandangannya lagi pada sang guru, tersenyum kecil dan kembali membuka pembicaraan. "Begini, aku agak sibuk, bisakah kalau urusannya dipercepat? Jika memang benar Yeonjun yang memecahkan kaca jendelanya, aku akan ganti rugi dan memberikan uangnya sekarang juga."

"Tapi ini bukan hanya soal itu," jawab guru muda itu. "Selain memecahkan kaca, Yeonjun juga memukul Soobin hingga muncul memar di lengan dan wajahnya."

Sojung tidak percaya, bagaimana bisa keponakannya sebrutal ini. Yeonjun sudah menunduk takut saat Sojung menatapnya tajam. "Benar itu Yeonjun? Kau memukul temanmu sendiri?"

"Yeonjun, jawab," teman Yeonjun menyikut anak itu agar Yeonjun menjawab pertanyan Sojung lantaran takut nanti Sojung akan semakin marah dan mengamuk jika didiamkan.

Kini Sojung beralih pada anak yang duduk di samping Yeonjun, "benar Yeonjun memukulmu?"

"Mana Yeonjun?! Anak nakal itu!"

Dari ambang pintu seseorang sudah rusuh dan marah-marah. Wanita muda yang baru masuk itu segera menghampiri Soobin dan menariknya ke dalam pelukan. Sembari mengusap kepalanya, wanita itu bertanya pada anak dipelukannya, "mana yang sakit sayang?"

"Bunda, aku tidak sakit," jawab Soobin sembari melepaskan pelukannya dari wanita yang ia panggil bunda. Soobin malu dan takut nanti Yeonjun akan mengejeknya lagi. "Aku kan kuat."

Wanita itu lantas tersenyum, "Iya, iya, anak bunda kuat." Setelahnya wanita bercepol asal-asalan itu menoleh pada Yeonjun. "Kau Yeonjun?" tanyanya dengan nada yang membuat Yeonjun bergidik.

"Hei, apa yang baru saja kau lakukan? Kau membuat keponakanku takut, nyonya!"

"Takut? Keponakanmu yang bringas itu malah tidak cukup hanya di ancam seperti itu. Tahu tidak, sudah berapa kali Yeonjun Yeonjun ini melukai putraku? Dia harusnya diberi pelajaran."

"Perkataanmu sangat tidak pantas didengar anak kecil, lagipula harusnya kau tahu ini hanya kenakalan yang biasa dibuat anak kecil!" balas Sojung tak mau kalah. "Kalau memang Yeonjun melukai putramu, sini,biar aku ganti uang berobatnya."

"Kau pikir kami tidak mampu?!" ibu Soobin mendorong bahu Sojung, membuat emosi gadis itu naik satu tingkat. "Aku tidak butuh uangmu, dasar sombong. Pantas saja Yeonjun begitu. Bibinya saja seperti dirimu!"

"Apa kau bilang? Seperti apa, ha? Coba sini bilang, kuhabisi kau," ancam Sojung sembari mendekati lawan tengkarnya. Namun langkah gadis itu terhenti saat bu guru mencoba menengahi.

"Saya mohon jangan membuat keributan, ini sekolah nyonya nyonya."

"Aku belum menikah, jangan panggil nyonya!" bentak Sojung, membuat nyali sang guru menjadi ciut.

"Yeonjun, aku takut," bisik Soobin, lalu diangguki oleh Yeonjun yang sejak tadi menganga melihat pertengkaran orang dewasa di depannya. "Kita keluar saja."

"Ya sudah, ayo," ajak Yeonjun sambil menarik tangan Soobin keluar ruang guru tanpa disadari oleh tiga orang yang terlibat keributan di dalam sana. Kedua anak itu sudah berbaikan tanpa mereka harus mengucapkan kata maaf atau membicarakan soal ganti rugi. Keduanya kembali akrab, bahkan sudah mulai main pasir di depan area kelas, sembari menunggui ibu dan bibi mereka selesai bertengkar.

"Bibimu menyeramkan," komentar Soobin yang tengah membentuk pasir menjadi istana.

"Iya, kan?" Yeonjun minta persetujuan. "Bibiku memang galak, dia seperti nenek sihir."

"Berarti seperti ibu tiri juga?"

Yeonjun mengangguk. "Lebih jahat dari ibu tiri. Setiap hari aku dijewer olehnya."

Soobin bergidik. Anak itu merasa kasihan kepada Yeonjun yang punya bibi galak seperti Sojung. "Semoga nanti kau bisa mendapat bibi yang lebih baik," harap Soobin yang diamini oleh Yeonjun.

..

[Cerita ini aku upload ulang (30.8.20) tanpa aku edit sedikit pun, jadi typo2nya masih tetap sama 🤧]

Halo. 

Aku seneng akhirnya bisa apdet cerita ini. Sebenernya Y ini udah keliaran di otakku cukup lama, dari X part 40an malah. Awalnya aku gak ada niat buat bikin sequel sih, tapi... tiba-tiba kepikir aja gitu. Makanya deh, muncul lah cerita ini.

Kenapa Y, karena abis X ya Y. Hehe. 😅😐😒

Aku sebenernya suka banget nulis, malah, aku lebih sering mengesampingkan tugas ketimbang apdet di wattpad. Tapi buat kali ini, kayaknya itu gak bisa. Tugasku numpuk banyak banget, apalagi bentar lagi UAS, jadi, aku gak bisa sering apdet kayak di cerita X. Gak bisa jamin bisa apdet tiap hari. Tapi aku usahakan dalam seminggu pasti ada apdetan. Semoga kalian masih mau nungguin  cerita ini ya.

Okede, see u next chapter.

Indralaya, 16 April 2019

Iva

Y (SOWJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang