Sojung menghentikan laju mobilnya tepat di depan gerbang sekolah Yeonjun. Lantaran Namjoon dan Moonbyul yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, dia jadi ditugaskan untuk menjemput anak itu hari ini. Saat Sojung keluar, Yeonjun sudah menunggu bersama temannya yang tempo hari sama-sama berada di ruang guru, hanya mereka berdua.
"Ayo naik," ucap Sojung sembari membukakan pintu mobil untuk Yeonjun. Namun keponakannya itu tetap bergeming. "Kau tidak mau pulang?"
"Tapi Soobin belum dijemput. Aku mau menemaninya dulu."
Kemudian Sojung melirik Soobin. Anak itu langsung menunduk ketakutan, dia juga menggeser tubuhnya perlahan-lahan agar lebih dekat kepada Yeonjun. Sojung sadar bahwa anak itu takut kepadanya, gadis itu lantas berlutut mensejajari Soobin dan Yeonjun.
"Kau takut padaku?"
"Tentu saja!" Yeonjun langsung menjawab pertanyaan bibinya. "Bibi kan seperti nenek sihir, makanya Soobin takut," kemudian Yeonjun memeletkan lidahnya kepada Sojung.
"Aish anak ini," Sojung mengangkat tangannya, pura-pura hendak memukul keponakannya, namun bukannya takut Yeonjun malah mengatainya lagi. "Tuh, kan, bibi mirip seperti nenek sihir di film putri salju."
Malahan, Soobin yang semakin takut melihat Sojung. Gadis itu menurunkan tangannya dan mendesah pelan, "sabar Sojung," ucapnya pada diri sendiri.
"Soobin, kau tidak perlu takut padaku," ucap Sojung dengan suara lembut. "Aku tidak jahat, kok."
Sojung tersenyum saat Soobin menatapnya. Lantas gadis itu mengulurkan tangannya. "Kita belum berkenalan."
Dengan perasaan was-was, Soobin meraih uluran tangan Sojung, "namaku Soobin," katanya dengan suara imut.
"Nama bibi, Sojung," Sojung menggoyang-goyangkan tangannya dan Soobin ketika bersalaman.
"Sojung?" respon Soobin tak percaya. "Nama bibi lucu," anak itu tersenyum lebar.
"O, ya?" Soobin mengangguk.
"Seperti nama kucingku yang sudah mati," lanjutnya tanpa ada maksud apapun. Namun Sojung segera membelalakkan matanya. "Kau bilang apa?" nada bicara gadis itu meninggi.
"Astaga, kau sama Yeonjun sama saja!" Sojung tersinggung, menyangka kalau Soobin baru saja mengatainya, gadis itu langsung berdiri dan bersedekap, menatap Soobin dan Yeonjun dengan ekspresi kesal. Semua anak kecil itu menyebalkan, itu sebabnya Sojung tidak suka dan sulit akrab dengan anak kecil, bahkan keponakannya sendiri.
"Kau juga sama menyebalkannya dengan ibumu," ucap Sojung lagi. Tiba-tiba dia jadi ingat kejadian beberapa hari lalu saat ibu Soobin menjambak rambutnya di ruang guru.
"Ibuku tidak menyebalkan. Bibi yang menyebalkan!" balas Soobin, marah.
"Ibumu itu cerewet, jahat, seperti nenek sihir!" Sojung meluapkan kekesalannya atas kejadian tempo hari kepada Soobin.
"Tidak!" Soobin menutup telinganya, tidak terima Sojung mengatakan hal buruk tentang ibunya. "Aku benci nenek sihir seperti bibi!" teriak Soobin lagi, hidung anak itu sudah memerah dan hampir menangis. Seketika Sojung jadi panik lantaran telah membuat anak orang menangis.
Yeonjun segera menepuk pelan pundak temannya, memiringkan kepalanya dan berkata, "Soobin, tidak boleh menangis. Kalau menangis, nanti nenek sihirnya jadi tambah kuat. Tenang saja, nanti kita akan lapor pada Mari-mu, supaya bibi Sojung disihir jadi kodok."
Interaksi anak kecil yang lucu sekaligus menyebalkan bagi Sojung. Well, Gadis itu sedikit menyesal telah membuat Soobin menangis, dia pasti keterlaluan. Kalau saja di sini ada Namjoon atau Moonbyul, dua orang itu pasti sudah mengomelinya dan mengatakan kalau Sojung sangat kekanakan, usianya sudah dewasa tapi emosinya masih seperti anak kecil. Sojung juga tidak mengerti kenapa dia selalu seperti ini saat berada di dekat anak-anak.
Sojung kembali berlutut, gadis itu memasang wajah menyesal lalu berusaha meraih tangan Soobin. "Maafkan bibi, ya? Nanti bibi belikan es krim, asal kau jangan menangis."
"Aku juga mau es krim!" Yeonjun menimpali, namun tak dihiraukan oleh Sojung.
Soobin menggeleng dan menarik tangannya dari genggaman Sojung. "Aku tidak mau."
Kemudian Soobin menoleh saat sebuah mobil berhenti di belakang mobil Sojung. Anak itu langsung berlari dan berteriak, "Papa!" dengan tujuan ingin mengadukan Sojung.
Sojung membeku, nyalinya langsung ciut saat tahu ayah Soobin sudah datang. Bagaimana kalau ayah Soobin itu galak? Ibunya saja galak, apalagi ayahnya? Gadis itu langsung membuang muka dan pelan-pelan hendak memutari mobilnya agar bisa masuk dan duduk di kursi kemudi.
Pintu mobil terbuka dan menampilkan seseorang yang baru saja dipanggil papa oleh Soobin. Pria itu langsung menggendong putranya yang sudah bersiap melapor.
"Papa, bibi itu jahat. Dia bilang kalau Mari seperti nenek sihir," Soobin menunjuk punggung Sojung. Yeonjun yang menyusul Soobin ikut memanas-manasi. "Benar paman, bibiku juga tadi memarahi Soobin, dia juga selalu menjewer telingaku setiap hari, lihat telingaku jadi lebar seperti gajah."
Mendengar perkataan Yeonjun, Sojung reflek menoleh dan menghampiri Yeonjun, hendak mengomeli keponakannya yang terlalu melebih-lebihkan ceritanya, "Aish, Yeonju –-"
"Sojung?"
Sojung terkejut saat menyadari di hadapannnya ada Seokjin yang tengah menggendong Soobin. Sementara Soobin, anak itu sudah ketakutan dan memeluk leher ayahnya erat-erat.
"Pa, itu nenek sihirnya."
"K –-kau?" Sojung menatap Seokjin dan Soobin bergantian. "Soobin dan kau... apa dia putramu?" tanya Sojung setengah tak percaya. Namun saat Seokjin mengangguk, mau tak mau Sojung menerima fakta itu. Sojung tertawa hambar, seketika tubuhnya lemas, gadis itu bahkan langsung menempelkan tangannya ke mobil Seokjin agar dapat menopang tubuhnya. "Aku tidak sangka. Bukankah hidup ini penuh dengan kejutan?" gadis itu tersenyum miring.
"Soal anakmu, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membuatnya takut," Sojung kembali berdiri tegap meski sulit baginya untuk saat ini.
Seokjin tersenyum, "tidak apa," kemudian lelaki itu membuka pintu mobil, mendudukkan Soobin di kursi samping pengemudi dan menutupnya kembali. Baru saja Seokjin akan membuka mulutnya kembali, Sojung mendahuluinya.
"Seokjin aku harus pergi sekarang, senang bisa bertemu denganmu." Sojung kembali memasang senyun palsu. "Sampai jumpa."
Lalu Sojung pergi dengan menyeret Yeonjun memasuki mobilnya, tanpa melirik Seokjin sedikitpun, gadis itu melajukan mobilnya meninggalkan Seokjin yang mematung. Lelaki itu berpikir kalau Sojung tidak sudi bertemu dengannya dan menghindari Seokjin adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh gadis itu.
Kalau begini, bahkan untuk menjalin hubungan baik sebatas teman saja sudah terasa mustahil. Menyadari hal itu, Seokjin merasa hatinya mencelos.
"Papa, ayo pulang," suara Soobin menyadarkan lelaki itu. Seokjin tersenyum pada putranya. "Iya, sayang."
⚫⚪
Indralaya, 18 April 2019Iva
KAMU SEDANG MEMBACA
Y (SOWJIN)
Fanfiction[Selesai] Ini tentang Seokjin dan Sojung yang sama sama belum move on. Sequel X . . Yearn (v) To be filled with longing desire; to be harassed or rendered uneasy with longing, or feeling the want of a thing; to strain with emotions of affection or...