48

1K 124 15
                                    

Sejujurnya, Chaerin tidak suka berada di tempat dengan pencahayaan remang serta hiruk pikuk puluhan orang yang saling berebut bicara dan tertawa. Belum lagi kepulan asap rokok di sana-sini yang mengganggu pernafasannya. Chaerin tidak pernah suka suasana Bar meskipun tak jarang dia kemari bersama teman-teman kuliahnya. Gadis itu tidak bisa menolak jika teman dekatnya mengajak untuk berkumpul karena mereka memang sudah jarang bertemu sejak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Dalam satu bulan, setidaknya, dengan alasan melepas lelah, tiga teman Chaerin akan mengajaknya untuk minum-minum di Bar hingga mereka mabuk, kecuali Chaerin.

"Astaga, Choi Yoojung kau mabuk berat!"

Chaerin menoleh pada sumber suara, di sampingnya seorang laki-laki yang beberapa menit lalu ia telfon baru saja datang dan langsung mengomentari keadaan kekasihnya yang menumpukan kepalanya di meja dengan muka merah. Lelaki itu menatap Chaerin tak enak. "Maaf, ya dia merepotkanmu. Aku akan membawanya pulang sekarang. Kau mau sekalian ikut?"

"Pertama, aku tidak melakukan apapun selain mengomelinya karena dia terlalu banyak minum. Kedua, terima kasih tawarannya, tapi silakan duluan saja." Chaerin mengakhiri kalimatnya dengan senyuman, dan dia mendapat balasan serupa, hanya saja lebih kaku karena perasaan tidak enak lelaki itu.

Yoojung adalah teman terakhirnya yang dijemput malam ini. Dua temannya sudah pulang beberapa menit sebelumnya bersama salah satu dari pacar mereka. Semua teman Chaerin punya pacar yang baik, mereka tak perlu khawatir minum sampai pingsan karena akan ada yang menjemput pulang. Tapi Chaerin, jangan coba-coba. Tak akan ada yang mau mengantarnya pulang kecuali supir taksi yang ia panggil.

Tidak punya kepentingan lagi, Chaerin merasa lega dapat segera meninggalkan tempat bising ini. Gadis itu berjalan menuju pintu keluar, tapi langkahnya terhenti saat seseorang yang duduk di depan meja bar menjatuhkan gelasnya, disusul orang yang menjatuhkan gelas itu sendiri yang mencoba mengambil gelasnya.

"Argh, kenapa lantainya terus bergerak!" omel orang itu. Bukannya bangun, dia malah meringkuk sambil memegangi kepalanya yang pusing.

Chaerin yang merasa kenal dengan pria di hadapannya langsung berjongkok dan memastikan. "Wah, benar Daehyun," gumam gadis itu. Chaerin menggeleng prihatin melihat keadaan Daehyun yang tak jauh berbeda dengan temannya tadi. Mabuk dan kacau.

Merasa kasihan karena tidak bisa berdiri dengan benar, Chaerin membantu lelaki itu dengan memapahnya kembali ke kursi. Daehyun sudah duduk di tempatnya semula, langsung mengambil botol minuman yang masih terisi setengah dan meneguknya langsung dari botol karena dia tidak berhasil mengambil gelas yang jatuh tadi.

Chaerin tak berhenti mendecak prihatin melihat Daehyun yang sudah mabuk parah tapi malah minum lebih banyak. Gadis itu lantas duduk di samping Daehyun dan merebut botol di tangan Daehyun. "Kau mau mati karena overdosis alkohol? Berhenti minum."

Daehyun tidak berusaha merebut botol itu, dia malah menempelkan pipinya di permukaan meja bar dan mulai meracau. "Alkohol bisa bikin mati, ya? Berapa lama lagi aku bisa hidup?" katanya dengan tatapan sayu.

"Sebentar lagi kau akan mati!"

"Tidak," Daehyun menangis tak terima. "Aku belum menyelesaikan masalahku dengan Sojung. Jangan mati dulu." Laki-laki itu malah berubah jadi melankolis, dan dari perkataannya, Chaerin dapat menebak kalau sebab lelaki di hadapannya ini minum banyak adalah karena stres lantaran bertengkar dengan kekasihnya.

"Kau bertengkar dengan Sojung?"

Dengan pipi masih menempel di meja, Daehyun mengangguk pelan. "Dia membuatku kesal. Dia terus marah-marah, mood-nya selalu buruk. Aku berusaha untuk mengikuti keinginannya, meluangkan waktuku disaat sibuk hanya untuknya, memaklumi sifat manjanya, tapi sedikit sekali dia menghargaiku."

Y (SOWJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang