"Jadi, Mari juga suka es krim?" Soobin mendongak, menatap Sojung dengan mata berbinar. Sojung mengangguk, "iya, mungkin itu sebabnya kau juga suka es krim. Tapi sebenarnya itu tidak baik kalau dimakan terlalu banyak." Sojung sungguh tidak tahu apa-apa soal Cheonsa, tapi soal es krim mungkin saja itu benar mengingat dulu Sojung pernah bertemu Cheonsa dan Seokjin yang sedang 'berkencan' di kedai es krim.
Entah bagaimana sampai akhirnya Sojung dan Soobin kini berbaring di tempat tidur bocah Kim itu. Tangan Sojung dijadikan bantalan untuk kepala Soobin, sementara tangan anak itu melingkari perut Sojung. Keduanya tampak sangat akrab dalam waktu singkat, membuat Sojung tak habis pikir dengan dirinya sendiri, atau... memang karena Soobin yang gampang dekat dengan orang lain sehingga Sojung mudah beradaptasi dan menjadi akrab?
"Apa Mari juga pandai menyanyi seperti Bunda Chaerin?"
"Tidak, Mari tidak suka menyanyi," dia bahkan punya fobia berbicara. Setelah pertanyaan itu Soobin kembali diam, mungkin dia sedang mencari pertanyaan lain tentang ibunya. Soobin sangat antusias saat Sojung dengan senang hati mau mendengar dan berbicara tentang ibunya meski jawaban yang Sojung berikan benar-benar tidak bisa dipercaya. Tentu saja Sojung menjawab asal, tapi Soobin tidak akan tahu itu, dan anak itu akan tetap merasa senang.
Sojung menghela nafas panjang, "sudah ya, ceritanya lain kali lagi," kata gadis itu sambil mengubah posisi tubuhnya menjadi miring menghadap Soobin. "Omong-omong, kenapa ayahmu belum pulang juga, ya?"
Sojung sama sekali tidak berharap akan bertemu atau berpapasan dengan Seokjin hari ini. Dia berencana akan pulang sebelum lelaki itu sampai rumah, mungkin sekitar jam setengah tujuh atau jam tujuh malam. Tapi karena Soobin terus menahannya dengan berabagai pertanyaan dan raut memelasnya yang meminta Sojung tinggal, gadis itu menunda waktu pulangnya sampai sekarang saat jam menunjukkan pukul setengah delapan malam.
Sojung heran kenapa belum ada tanda-tanda kepulangan Seokjin pada jam segini. Tidakkah lelaki itu khawatir pada Soobin yang sendirian di rumah? Jika Sojung tidak menemaninya, entah bagaimana nasib Soobin saat ini. Mungkin sedang menangis karena takut sendirian atau meratapi nasib soal betapa tidak becusnya Seokjin menjadi ayahnya.
"Tidak tahu," Soobin mengatakan itu dengan nada sendu. "Papa bilang jangan menunggunya pulang."
"Jadi kau sering sendirian di rumah?"
Soobin menggeleng, "biasanya ada bibi Shin, tapi tidak tahu kenapa bibi Shin malah pulang tadi."
Seokjin bahkan tidak becus sekadar memilih pengasuh. Bagaimana bisa lelaki itu memilih wanita yang meninggalkan tanggung jawabnya begitu saja?
"Kenapa kau tidak ke tempat nenekmu lagi?"
"Tidak suka," Soobin cemberut, "di sana ada bibi Yerin. Aku tidak suka di suruh tidur siang."
Sojung mendesah pelan, gadis itu menatap sendu pada Soobin. Saat pandangan mereka bertemu, Sojung membalas Soobin tersenyum lebih dulu.
"Bibi bisa bernyanyi?"
"Bisa, tapi tidak mau nyanyi."
"Kenapa?" Soobin tampak kecewa, "ayo nyanyikan satu lagu seperti yang dilakukan Bunda. Please?" Sojung tertawa kecil melihat wajah memelas Soobin dan aksen lucunya saat mengatakan please.
"Akan kucoba," kata Sojung akhirnya. Gadis itu mulai bernyanyi satu lagu yang terlintas dipikirannya, lalu mengangkat tangan kirinya dan mulai mengusap kepala Soobin dengan lembut, meniru apa yang sering ia lihat ketika Moonbyul menidurkan Yeonjun.
⚫⚪
Seokjin keluar dari ruang rapat dengan wajah kusut. Lelaki itu tampak kelelahan setelah beberapa hari terus menerus dikuras isi otaknya demi memikirkan masalah yang muncul di perusahaannya, khususnya divisi pemasaran produk. Penjualan yang terus menurun membuat Seokjin harus putar otak dan rapat berkali-kali tanpa jeda bersama rekan satu timnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Y (SOWJIN)
Fanfiction[Selesai] Ini tentang Seokjin dan Sojung yang sama sama belum move on. Sequel X . . Yearn (v) To be filled with longing desire; to be harassed or rendered uneasy with longing, or feeling the want of a thing; to strain with emotions of affection or...