Selain berusaha menghabiskan es krimnya, kegiatan sampingan Sojung adalah memperhatikan interaksi ayah dan anak di hadapannya. Diam-diam gadis itu mengulum senyum saat Seokjin mengomeli Soobin yang memegang dua cone es krim makan celemotan, Seokjin menegurnya agar Soobin makan pelan-pelan agar tidak mengotori mulutnya. Seokjin juga terus membersihkan noda es krim di sekitar mulut anak itu dengan tisu yang telah ia persiapkan di dalam tas selempang kecilnya.
"Ah, lihat, es krimnya juga malah mengenai bajumu Soobin," Seokjin menghela nafasnya sembari mengelap lelehan es krim di baju putranya.
"Maaf, Papa," sesal Soobin.
"Nah, es krimnya sudah habis, kan? Sekarang kau baru boleh ke sana," Seokjin menunjuk arena bermain yang tak jauh dari posisinya sekarang. Soobin bersorak senang dan langsung berlari menuju arena bermain anak, hal yang selalu ditunggunya ketika malam minggu tiba.
Setelah memastikan Soobin memasuki arena bermain anak, kini Seokjin mengalihkan pandangannya pada Sojung yang duduk tepat di sampingnya. Lelaki itu menggelengkan kepalanya saat melihat Sojung yang juga makan celemotan, gadis itu tak menyadarinya karena terlalu fokus memperhatikan Soobin di depan sana. Segera ia mengambil selembar tisu lagi dari tasnya, mengarahkan tisu itu pada Sojung dan membuat gadis itu kaget dengan perlakuan Seokjin.
"K... kenapa?" tanya Sojung sembari menjauhkan kepalanya dari tangan Seokjin.
Lelaki itu tak menjawab, hanya memberi isyarat dengan menunjuk sudut bibirnya sendiri agar Sojung menyadari noda pink lengket yang menempel di sudut bibir milik gadis itu. Sojung segera mengambil tisu dari tangan Seokjin dan mengelapnya sendiri.
"Terima kasih," ucap gadis itu. Seokjin terkekeh pelan, "aku jadi seperti punya dua bayi kalau kau makannya celemotan juga."
Sojung menunduk malu, bisa-bisanya Seokjin bersikap biasa saja sementara Sojung terus memutar otak harus bersikap bagaimana pada mantan kekasihnya ini selagi Seokjin sibuk dengan Soobin tadi. Omong-omong, sejak Seokjin menyeret Sojung ke salah satu bangku panjang yang tersebar di beberapa titik di mall tersebut, keduanya belum memulai percakapan karena Seokjin yang langsung sibuk mengurus Soobin.
"Jangan tegang," Seokjin tersenyum, tapi itu justru membuat Sojung semakin kikuk. "Aku juga sama gugupnya, tapi aku menutupinya dengan baik, kan? Itu karena aku ingin bicara santai denganmu, seperti dulu. Tidak kaku seperti dua pertemuan kita sebelumnya."
Sojung mengembuskan nafasnya, seolah ia sedang mengeluarkan segala beban pikirannya. Siapa juga yang suka jika harus bersikap canggung. Sojung juga ingin berlaku santai seperti Seokjin, tapi itu sulit baginya.
"Kupikir kau tidak akan kembali lagi ke sini," suara Seokjin kembali menyambangi pendengaran Sojung. Gadis itu kini mengangkat wajahnya menatap Seokjin yang berekspresi sendu, entah kenapa.
"Delapan tahun itu waktu yang cukup lama. Selama itu, ada banyak perubahan yang kulakukan. Sayangnya, ada satu hal yang terus gagal jika aku melakukannya."
Mata mereka saling bertumbuk, tenggelam dalam pesona satu sama lainnya.
Sojung masih bergeming, yang dia lakukan hanya mengerutkan keningnya untuk mewakili rasa penasarannya atas kelanjutan pernyataan Seokjin.
"Aku tidak bisa mengubah perasaanku untukmu," lanjut Seokjin. Seketika itu, kerja jantung Sojung bekerja dua kali lipat lebih cepat. "Aku berusaha, tapi sulit. Dari awal aku melihatmu bersama Taehyung di atas panggung, aku tak pernah lagi bisa menghilangkan perasaan cintaku padamu. Bukannya berkurang, setiap hari justru semakin bertambah perasaan itu."
Sojung melengos, mencari apa saja untuk bisa dijadikan objek pandang, kecuali Seokjin. Mendengar pernyataan lelaki itu membuat perasaan Sojung campur aduk. Sesaat, gadis itu menyesal karena tidak menolak saat Seokjin menarik tangannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Y (SOWJIN)
Fanfiction[Selesai] Ini tentang Seokjin dan Sojung yang sama sama belum move on. Sequel X . . Yearn (v) To be filled with longing desire; to be harassed or rendered uneasy with longing, or feeling the want of a thing; to strain with emotions of affection or...