Entah kapan terakhir kali Taehyung melihat kakaknya sekacau ini. Laki-laki itu selalu berharap ia tak akan pernah melihatnya lagi, tapi nyatanya, hal itulah yang jadi santapan matanya saat ini. Seokjin duduk di lantai yang kotor, menyandarkan punggungnya pada birai, satu kaki ia tekuk dan tangannya bertumpu pada lututnya. Pandangan lelaki itu kosong, sesekali kepalanya ia benturkan pada dinding di belakangnya.
Taehyung lantas mengalihkan pandangannya pada Soobin yang berdiri di sampingnya sembari menggenggam tangannya. Anak itu minta diantar pada ayahnya, tapi saat melihat ayahnya yang seperti itu, tampaknya Soobin pun ragu untuk mendekat. Anak itu hanya mendongak menatap pamannya, menunggu Taehyung kembali mengajaknya melangkah lebih dekat kepada Seokjin.
"Ayo," lirih Taehyung sembari melangkah mantap mendekati Seokjin. Saat Taehyung berdiri tepat di samping kakaknya, Seokjin menoleh, namun tak memberi respon apapun.
"Pa..." pandangan Seokjin beralih pada Soobin. Anak itu mendekatinya dan memeluknya. "Jangan sedih, jangan nangis."
Seokjin tersenyum kecil, lelaki itu balas memeluk Soobin dan mengusap kepalanya. "Papa tidak menangis, sayang."
"Tapi mata Papa merah," balas anak itu lagi. "Hidung Papa juga merah."
"Kau dengar, Hyung? Jangan menangis, kau kalah dengan anakmu sendiri," Taehyung berdecak sambil menggelengkan kepalanya. "Jika aku jadi kau, kehadiran Soobin sudah lebih dari cukup untuk membuatku bahagia. Jangan mencari alasan lagi untuk merasa depresi seperti dulu."
Taehyung benar, seharusnya Seokjin mensyukuri apa yang sekarang ia miliki. Dia punya Soobin, putranya yang lucu dan perhatian. Lelaki itu mendekap Soobin erat-erat. "Papa menyayangimu."
"Soobin juga sayang Papa," anak itu melepaskan pelukannya, menatap wajah ayahnya sejenak sebelum akhirnya mengecup bibir Seokjin seperti yang Daehyun lakukan pada Sojung. Anak itu tersenyum saat telah berhasil melakukannya. Ia bertambah puas saat Seokjin ikut tersenyum dan membalas kecupannya.
"Rasa sayang Papa pada Soobin jauh lebih besar," kata Seokjin.
Taehyung rasanya ingin menangis haru melihat interaksi ayah dan anak di hadapannya. Meskipun selama empat tahun Soobin hidup tanpa kasih sayang penuh dari ayahnya, tapi waktu dan perhatian yang Seokjin curahkan untuk Soobin selama setahun ini sudah bisa membalas kesalahan lelaki itu yang sempat memilih mengabaikan kehadiran Soobin dalam waktu yang lama.
"Ah, kalian membuatku ingin cepat-cepat punya anak," Taehyung mencebikkan bibirnya.
"Kan di dalam perut bibi Yerin sudah ada adik bayinya?" Soobin memiringkan kepalanya menatap Taehyung. "Memangnya adik bayinya bukan anak paman?"
"Tapi kan dia belum bisa diajak main dan bicara seperti Soobin," jawab Taehyung gemas. Lelaki itu mencubit kedua pipi chubby keponakannya, membuat si ayah kesal dan menepis tangan Taehyung.
"Ayo kita pulang. Angin malam tidak bagus untukmu, sayang," Seokjin berdiri dan menggendong putranya. Syukurlah Seokjin memiliki Soobin, hartanya, semangatnya dan juga hidupnya. Berkat anak itu, suasana hati Seokjin sudah jauh lebih baik hanya dalam waktu singkat.
Setelah pamit kepada Yoongi dan Seungwan, Seokjin dan Soobin segera menuju parkiran. Hanya mereka berdua. Chaerin dan Taehyung masih ingin di sini dan nantinya akan pulang bersama karena rumah mereka yang berdekatan, sedangkan arah rumah Seokjin berlawanan dari rumah kedua adiknya.
"Pa, tunggu sebentar."
Soobin tiba-tiba saja melepaskan genggamannya dari Seokjin, anak itu langsung berlari dari area parkir kembali menuju gedung acara. Seokjin hendak mengejar anak itu, namun langkahnya terhenti saat Soobin sudah berdiri di hadapan seseorang.
Seokjin hanya bisa membuang nafas dan mengaca pelan rambutnya saat mendapati Soobin justru sedang bicara dengan Sojung. Lelaki itu memantau dari jauh, saat Sojung meliriknya dengan tatapan tak suka, Seokjin langsung membuang muka.
Padahal beberapa waktu lalu dia masih sangat percaya diri untuk bertemu Sojung, sekarang, hanya melihat gadis itu saja nyalinya langsung ciut. Mungkin karena sekarang Seokjin tahu kalau Sojung sama sekali tidak mencintainya lagi, malah, mungkin Sojung muak padanya karena perkataan Seokjin saat di rooftop.
"Soobin, apa yang kau lakukan?" tanya Seokjin cemas saat Soobin sudah kembali lagi ke hadapannya. Lelaki itu berlutut, berusaha menyamai tinggi putranya.
"Memberi bunga untuk bibi Sojung, supaya bibi Sojung tidak marah lagi karena aku melempar mainan ke bibirnya."
Seokjin mengerutkan keningnya, "dari mana kau dapat ide seperti itu?"
"Papa," jawab Soobin cepat. "Papa juga sering memberiku hadiah agar aku tidak marah kalau papa pulangnya lama," anak itu menampakkan gigi susunya yang berbaris rapi, putih dan bersih.
Seokjin tersenyum bangga, "Kau ini benar-benar peniru ulung ya!"
"Tapi, Papa harus memberitahumu sesuatu," ucap Seokjin lagi. "Kau boleh mencium Papa, Bunda, Nenek, Kakek, Paman dan Bibimu di sini," katanya sambil menyentuh bibir, "tapi jangan lakukan pada orang lain selain itu, apalagi teman perempuanmu."
"Kenapa?"
"Pokoknya tidak boleh. Ingat, ya?"
Soobin bergumam dan mengangguk pasti. "Siap Papa!"
⚫⚪
Sojung baru saja keluar untuk menunggu Daehyun di depan gedung saat Soobin berlari ke arahnya. Gadis itu segera melempar pandangannya ke belakang, melihat siapa yang sedang bersama anak itu sekarang.
Ayahnya, tentu saja. Tapi Seokjin hanya melihat dari jauh, dan sekarang Soobin sudah ada di hadapannya. "Bibi Kuc--Sojung," panggilnya malu-malu. Soobin merogoh saku jaketnya, kemudian menunjukkan bros berbentuk bunga krisan putih yang cantik. "Untuk bibi."
Dahi Sojung mengerut, gadis itu membungkuk dan menatap Soobin, "apa kau disuruh ayahmu?" tanya gadis itu sembari melirik sinis pada Seokjin. Berpikir kalau lelaki itu menggunakan Soobin untuk mendekatinya.
Soobin menggeleng, "tidak. Aku mau memberi bibi bunga agar bibi tidak marah. Aku juga mau minta maaf," wajah anak itu berubah murung. "Gara-gara aku, bibir bibi jadi berdarah sampai sekarang."
Gadis itu mengubah ekspresinya, dia sudah salah sangka dan berpikiran yang buruk soal Seokjin. Sojung menelan salivanya, lantas mengambil tiruan bunga krisan itu dari tangan Soobin. Gadis itu tersenyum, "terima kasih bunganya, Soobin. Bibi tidak marah dan ini tidak sakit lagi," katanya untuk menghibur Soobin.
Anak itu tersenyum senang. Tidak sia-sia dia memaksa Bundanya untuk memberikan tiruan bunga cantik itu kepada Soobin. Dia senang karena Sojung mau menerimanya.
"Sekarang kembalilah pada Papamu. Dia sudah menunggu."
Soobin mengangguk, "aku pulang dulu Bi."
Seperginya Soobin, Sojung menatap bros bunga itu lekat-lekat, gadis itu tersenyum lantaran sikap manis Soobin padanya.
⚪⚫
Indralaya, 26 April 2019Iva
KAMU SEDANG MEMBACA
Y (SOWJIN)
Fanfiction[Selesai] Ini tentang Seokjin dan Sojung yang sama sama belum move on. Sequel X . . Yearn (v) To be filled with longing desire; to be harassed or rendered uneasy with longing, or feeling the want of a thing; to strain with emotions of affection or...