44

1K 126 11
                                    

Daehyun memang tidak memaksa Sojung untuk menjawab lamarannya dengan cepat. Tapi berbeda dengan ayah dan ibunya, bahkan juga dua calon mertuanya.

Sojung sekali lagi menatap canggung empat orang di hadapannya. Gadis itu rasanya sedang dihakimi atas sebuah kesalahan besar, rasanya gugup dan menakutkan. Keempat orang itu terus menatapnya, menunggunya menyebutkan satu patah kata antara ya atau tidak.

"Bisakah kalian memberiku waktu?"

"Harus selama apa lagi, Sayang?" tanya ibunya yang sedari tadi sudah gemas karena putrinya terus diam.

Sojung menyesal ikut kedua orang tuanya menjenguk sang 'calon besan' jika akhirnya seperti ini. Tadi, obrolan mereka tak jauh dari soal ibu Daehyun yang sudah lebih baik keadaannya dan bisa kembali ke rumah, lalu membicarakan kesehatan dan tahu-tahu malah membahas perihal pernikahan putra putri mereka.

Tentu saja Sojung yang jadi pusat perhatian di sini. Sebab, gadis itulah sumber keresahan para orang tua itu. Mereka bertanya kenapa Sojung berpikir terlalu lama, apa yang Sojung pertimbangkan padahal hubungan mereka sudah terjalin hampir dua tahun. Sojung ... tak bisa menjawabnya.

"Kalau tertekan begini, aku bisa mengambil keputusan yang salah."

"Satu satunya kesalahan dalam keputusanmu adalah jika kau berkata tidak, Sojung," kata Nyonya Han. "Aku sangat berharap kau lah yang jadi menantuku. Daehyun juga sangat menyukaimu."

"Jadi Sojung, jangan terlalu lama berpikir."

Bahkan ayahnya ikut mendesak Sojung. Gadis itu merasa tertekan sekarang. Kenapa juga mereka harus ikut campur dalam hal ini. Nanti, jika Sojung benar-benar menikah dengan Daehyun, toh hanya mereka yang akan menjalaninya. Jika pun tidak, mereka berdua juga yang akan menanggungnya.

"Sojung, bagaimana?"

"Jangan mendesakku." Sojung jadi tidak tahan duduk di ruangan ini bersama kempat orang tua yang amat ia hormati. "Besok ... besok aku akan memberi jawabannya. Tidak banyak yang kupertimbangkan. Aku yakin Daehyun pria yang baik dan bisa menjadi suami yang baik pula. Aku hanya perlu memantapkan hati. Apalagi ini soal pernikahan, setelah menikah kehidupanku mungkin saja akan sama sekali berbeda. Jadi, ini keputusan besar dan sulit."

Tuan Jung menghela nafas dan menyandarkan punggungnya ke sofa. "Baiklah Sojung. Maaf telah membuatmu tertekan."

"Kami hanya terlalu antusias pada pernikahan anak bungsu kami, Sayang," tambah Tuan Kim.

"Maaf juga, tadi aku bertindak tidak sopan dan sempat membentak." Sojung menunduk dan menyesal. Tapi untunglah tidak ada dari empat orang itu yang merasa marah atau tersinggung.

⚫⚪

"Kau gila?!" adalah respon yang ibu Sojung berikan saat Sojung mencoba jujur pada ibunya. Namra sampai menunda untuk mencuci piring bekas sarapan dan kembali duduk di hadapan Sojung di meja makan. "Ibu kan sudah bilang, kalau kalian ada masalah, segera selesaikan baik-baik. Lagipula Ibu lihat, kalian baik-baik saja selama berinteraksi di depan kami. Atau, itu hanya bagian dari sandiwara?"

"Tidak, kami memang baik-baik saja."

"Lantas apa masalahnya sampai-sampai kau berniat membatalkan pertunangan kalian?"

"I ... itu kan hanya permisalan, Bu. Kenapa Ibu berkata seolah itu benar-benar akan kulakukan," sungut Sojung, dengan ekspresi cemberut. Tapi sejujurnya, gadis itu tengah berusaha keras menyembunyikan ketakutannya setelah melihat reaksi sang ibu saat ia bertanya bagaimana jika Sojung menolak lamaran Daehyun.

"Jika memang kau tidak punya niat melakukan hal memalukan itu, kau tidak akan sampai melontarkan pertanyaan seperti itu. Dan, jawaban ibu, tentu saja Ibu tidak setuju. Kau tahu kan, kita sudah sangat dekat dengan keluarga Jung? Mereka juga sudah sangat menyayangimu, lalu jika kau memutuskan hubungan seenaknya saja, kau pikir bagaimana reaksi mereka?"

Y (SOWJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang