Malam yang buruk di rumah baru.
Sojung tidak bisa menutup matanya lebih dari tiga puluh menit sejak semalam. Bisa dikatakan dia tidak tidur sama sekali tadi malam lantaran terus memikirkan eksistensi tetangga barunya yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Bagaimana ia harus bersikap? Apakah Sojung sebaiknya pindah rumah lagi? Itu sama sekali bukan solusi!
Tuk!
Entah siapa yang sudah kurang ajar sengaja melemparkan pena tepat ke kepala Sojung, membuat gadis itu meringis pelan dan nyaris mengamuk kalau saja dia tidak ingat ini di kantor. Gadis itu menoleh dan mendapati Chaerin berdecak pelan sembari menatap Sojung.
"Jangan melamun –-Ah, kau jelek sekali hari ini," dari nada bicara Chaerin, seolah-olah penampilan Sojung sangat memprihatinkan dan gadis itu sedang mencoba bersimpati untuk Sojung. "Baiklah, karena kau tampak sangat kacau, aku akan mengurungkan niatku untuk mengomelimu karena tulisanmu sangat-sangat kacau!"
Setelah itu Chaerin memutar kursinya, membelakangi Sojung dan kembali fokus pada laptopnya. Sojung, gadis itu meringis pelan karena kelakuan Chaerin yang menyebalkan. Rasanya, di rumah maupun di tempat kerja, Sojung selalu mendapat sial karena bertemu dengan orang-orang yang tidak dia harapkan.
Mengabaikan kejadian yang baru saja membuatnya kesal, Sojung mencoba kembali fokus pada pekerjaannya. Menit berikutnya, konsentrasi Sojung kembali pecah saat seseorang meletakkan secangkir kopi di meja kerjanya.
"Minumlah."
Gadis itu mendongak, menatap Chaerin sedang berdiri di sampingnya dengan kening mengernyit. "Apa?" Chaerin tampak tak terima karena Sojung seolah baru saja menuduhnya yang tidak-tidak hanya melalui tatapan gadis itu. "Aku tidak menaruh apapun kecuali kopi, gula dan air pada gelas itu. Harusnya kau berterima kasih alih-alih mencurigaiku."
Sojung memutar kedua matanya malas, meski begitu ia tetap berterima kasih walau terdengar tidak tulus. Gadis itu hanya tak ingin memperpanjang obrolannya dengan editor cerewet itu.
"Omong-omong Sojung," kata Chaerin lagi. Gadis itu kini sudah menarik kursinya ke samping Sojung. "Apa hari ini kau makan siang bersama Daehyun lagi?"
"Kenapa?" nada bicara Sojung terdengar tak suka. Ada dua hal penyebabnya. Pertama karena Sojung tidak suka Chaerin yang menanyakan soal Daehyun, mengingat gadis itu sok akrab saat bertemu di pesta pernikahan Yoongi, dan yang kedua karena gadis itu jadi kesal lagi lantaran Daehyun yang tidak mau menginap di rumahnya semalam dengan alasan dia akan pergi ke Jepang dengan penerbangan pagi hari ini, dan tentu, Daehyun sudah berada di Negri sakura itu sekarang.
"Jangan sinis-sinis padaku," protes Chaerin. "Aku hanya ingin makan siang bersamamu , tapi tidak pernah bisa karena kau selalu makan siang bersama pacarmu. Hari ini kau juga akan makan siang dengannya?"
"Tidak."
"Jadi ---"
"Aku tidak mau pergi makan siang bersamamu," tolak Sojung. "Aku lebih suka makan bersama pacarku atau bersama yang lain ramai-ramai. Tidak suka pergi begitu saja dan mengasingkan diri dari yang lain."
Chaerin berdecak dan mencebikkan bibirnya. "Aku tidak begitu, aku tidak mengasingkan diri."
Sojung angkat bahu, tidak peduli pada pembelaan Chaerin. Gadis itu memajukan kursi berodanya agar lebih dekat ke meja, pura-pura fokus pada lembar kerjanya di laptop agar Chaerin segera pergi dari sisinya. Tapi ternyata tidak. Chaerin malah lebih mendekat kepada Sojung. "Kau mau makan siang bersamaku? Sekali saja."
"Kupikir kau tidak suka padaku, lalu kenapa sekarang kau bersikap sok akrab?"
"Oh, itu... kau tahu, kesan pertama tidak selalu benar. Maaf aku telah sempat salah menilaimu sebagai seorang yang menyebalkan. Sekarang, boleh kalau kita berteman?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Y (SOWJIN)
Fanfiction[Selesai] Ini tentang Seokjin dan Sojung yang sama sama belum move on. Sequel X . . Yearn (v) To be filled with longing desire; to be harassed or rendered uneasy with longing, or feeling the want of a thing; to strain with emotions of affection or...