18

1.2K 149 14
                                    

Entah pada bunyi bel ke berapa Sojung baru bisa bangun dan segera membuka pintu untuk tamu yang telah menunggu di luar. Gadis itu tidak peduli sama sekali dengan rambut acak-acakannya serta muka bantal yang tidak terkondisikan. Yang ia pikirkan adalah cepat-cepat membuka pintu untuk Daehyun yang pasti sudah kesal karena dibiarkan menunggu terlalu lama.

Sojung membuka pintu lebar-lebar saat Daehyun hendak kembali memencet bel.

"M..maaf," kata Sojung dengan suara serak khas bangun tidur. "Aku ketiduran."

"Aku berniat pulang kalau saja bunyi bel terakhir tidak juga membangunkanmu nona Kim," gerutu Daehyun sembari melewati Sojung dan duduk di salah satu sofa. Dua kantong plastik yang ia bawa sudah ia letakkan terlebih dahulu di atas meja.

"Maaf," sesal Sojung. Gadis itu duduk di samping Daehyun, melirik jam dinding yang menunjukkan pukul empat sore. Ternyata lama sekali gadis itu tertidur. Hampir empat jam!

"Tidak apa," suara Daehyun melembut, lelaki itu mengusap pelan rambut panjang Sojung yang berantakan. "Kau sudah makan?"

Sojung menggeleng. "Untung saja aku membeli makanan lain selain titipanmu," Daehyun mengambil satu kantong plastik di hadapannya. Saat dibuka, aroma ayam goreng tepung langsung membuat air liur Sojung meningkat dua kali lipat. Gadis itu benar-benar lapar rupanya.

"Makanlah," Daehyun menyodorkan makanan itu pada Sojung dan gadis itu menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih Daehyun, kau benar-benar pengertian."

Selanjutnya Sojung langsung mengambil satu buah sayap ayam dan akan langsung melahapnya kalau saja Daehyun tidak mengingatkan gadis itu untuk mencuci tangan terlebih dahulu.

"Ah, iya, aku lupa. Ini efek terlalu lapar," Sojung mengeles saat Daehyun memperingati gadis itu. Setelah cuci tangan, barulah Sojung dapat menikmati ayamnya dengan tenang.

"Kau mau?" Sojung menyodorkan paha ayam untuk Daehyun, lelaki itu langsung mengambil satu gigitan, membuat Sojung tersenyum puas karena Daehyun mau menerima tawarannya.

"Omong-omong, untuk apa kau memintaku membawa red velvet? Bukannya kau lebih suka bolu pisang?"

"Oh ithu," Sojung menelan makanannya terlbih dulu sebelum melanjutkan jawabannya. "Itu untuk tetangga baru. Orang yang tinggal di depan adalah pemilik rumah ini, aku belum pernah bertemu dengannya, jadi aku ingin memberikan kue itu sekalian berkenalan. Kenapa red velvet, kupikir kalau aku minta dibelikan bolu pisang, aku malah tidak akan rela memberikannya pada orang lain."

Perkataa terakhir Sojung membuat Daehyun menggeleng pelan. "Dasar kau ini," ucap Daehyun sambil mengacak pelan rambut Sojung. "Kau harus rapikan dulu rambutmu kalau mau mengantar kuenya."

"Tentu saja tuan Jung."

Selanjutnya Daehyun melangkahkan tungkainya ke kamar Sojung, tujuannya adalah meja rias gadis itu untuk mengambil sisir dan juga ikat rambut. Setelah mendapat apa yang dicarinya, Daehyun kembali ke ruang tamu, menyuruh Sojung duduk di karpet sementara Daehyun di sofa agar bisa menyisir rambut tunangannya.

"Hari ini aku senang," ucap Sojung yang tengah membelakangi Daehyun.

"Karena keinginanmu untuk tinggal sendiri telah terwujud?"

"Itu juga, tapi... hal lain yang membuatku senang adalah, pacarku bersikap manis hari ini."

Daehyun hanya tersenyum menanggapi ucapan Sojung. Dia memilih diam sembari mengepang rambut Sojung sementara gadisnya mengoceh soal banyak hal.

Selama beberapa hari ini hubungan mereka tidak sekaku dulu, Sojung juga lebih terbuka dan lebih banyak bicara, menceritakan apa saja yang terlintas di otaknya, tidak lagi menahan diri untuk menimbulkan kesan bahwa dia adalah gadis pendiam dan tidak cerewet. Setelah dipikir-pikir lagi, Daehyun lebih suka Sojung sebagai dirinya sendiri, yang menyenangkan dan tidak ragu menceritakan apapun padanya meski kadang Daehyun agak jengah mendengar ocehan gadis itu.

Y (SOWJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang