"Bibi, aku mau jalan-jalan juga."
Sojung memijit keningnya yang terasa sedikit pusing akibat rengekan Yeonjun yang tiada henti. Anak itu terus memohon agar Sojung mengajaknya jalan-jalan juga seperti yang Seokjin lakukan pada Soobin. Anak itu mudah sekali terprovokasi. Soobin sempat pamer kalau dia akan pergi bersama ayahnya sebelum anak itu pamit pulang karena hari sudah sore. Mendengar perkataan Soobin, Yeonjun jadi tidak mau kalah dan mulai memaksa Sojung untuk mengajaknya jalan-jalan juga. Bocah itu pantang menyerah, dia bahkan mengetuk pintu kamar mandi dan menunggui Sojung keluar dari sana demi kembali memaksa sang bibi.
"Aku tidak mau. Lagipula kau bisa jalan-jalan bersama orang tuamu nanti."
"Aku maunya sekarang!"
"Kalau kau merengek terus, nanti aku akan mengusirmu."
"Kalau begitu aku akan menyuruh Paman Seokjin untuk mengusir Bibi juga."
Sojung menurunkan handuk dari kepalanya dan melotot. "Apa hubungannya?"
"Karena ini rumah Papanya Soobin."
Sojung mengibaskan tanganya,tak peduli. "Terserah kau saja Kim Yeonjun sayang."
Yeonjun memberengut melihat respon Sojung yang bodo amat. "Bi..."
"Tidak KimYeonjun."
"Huaaaa! Bibi Sojung jahat!" Yeonjun mulai menangis karena permintaannya tidak dituruti. Melihat keponakannya menangis, Sojung tidak mau ambil pusing. Gadis itu membiarkan anak itu keluar dari kamarnya dan meringkuk di atas sofa sambil mengeluarkan lebih banyak lagi air mata.
Sojung melanjutkan ritual setiap habis mandinya, mengaplikasikan beberapa krim perawatan wajah dan kulit ke tubuhnya tanpa mempedulikan Yeonjun yang kini mulai sesegukan. Anak itu memang akan bertingkah seperti ini jika permintaannya tidak dituruti, tapi lama-lama dia akan capek menangis lalu lupa apa yang menyebabkan dia menangis.
⚪⚫
"Ketampananmu pasti menurun dari Papa." Seokjin mengatakan itu dengan bangga sembari mematut dirinya dan Soobin di depan cermin. Anak itu sudah mandi dan memakai bedak wangi. Keduanya sama-sama mengenakan sweater dengan warna dan gambar senada. Ayah anak itu punya banyak baju pasangan di lemari mereka.
"Papa selalu mengatakan itu, Soobin bosan mendengarnya."
"Tapi kan memang faktanya begitu," sewot Seokjin. Dia tahu dia sudah terlampau sering mengatakan itu dan Seokjin suka kalimat itu. "Karena sudah sama-sama tampan, ayo berangkat sekarang!" seru Seokjin sembari menggendong Soobin.
"Pa."
"Hm?"
"Ayo ajak Yeonjun dan Mama."
Seokjin mengerutkan keningnya sejenak. "Maksudmu... Bunda?"
Soobin menggeleng. "Mama, bukan Bunda," koreksi anak itu. "Ada Yeonjun juga."
Masih tak paham dengan maksud Soobin, Seokjin termangu. Lelaki itu melirik foto besar Cheonsa yang dipajang di kamar putranya. Apa Soobin merindukan ibunya dan menuntut ingin bertemu? Tapi kenapa tiba-tiba? Padahal Soobin bahkan sangat jarang membicarakan Cheonsa di hadapannya.
"Papa, kenapa diam?" Soobin menepuk pipi ayahnya. Saat Seokjin kembali menatap Soobin, anak itu memasang wajah cemberut. "Tidak boleh ya mengajak Mama dan Yeonjun?"
"Kalau Yeonjun... nanti kita bisa menjemputnya. Tapi Mamamu --"
"Yes! Kalau begitu sekalian ajak Mama Sojung juga."
"Oh, maksudmu So --apa? Mama Sojung?" sebelah alis Seokjin terangkat sementara Soobin mengangguk semangat. "Ayo kita jemput Mama dan Yeonjun."
"Sebentar, apa maksudmu dengan memanggilnya Mama? Kau tahu, Bibi Sojung akan marah kalau kau memanggilnya begitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Y (SOWJIN)
Fanfiction[Selesai] Ini tentang Seokjin dan Sojung yang sama sama belum move on. Sequel X . . Yearn (v) To be filled with longing desire; to be harassed or rendered uneasy with longing, or feeling the want of a thing; to strain with emotions of affection or...