5

1.6K 200 33
                                    

Meskipun Yeonjun melempari Sojung dengan bantal, penghapus, bahkan miniatur mobil miliknya, bibinya itu tetap bergeming. Hanya menangkap lemparan Yeonjun, kemudian membuangnya ke belakang sofa.

"Bibi tidak asik, masa diam saja!" keluh Yeonjun melihat respon bibinya yang malas meladeni anak itu.

"Bi, ayo main."

"Tidak mau," Sojung mempererat pelukannya pada bantal sofa. Gadis itu berbaring sambil melamunkan kejadian siang tadi, saat dia bertemu dengan Seokjin yang tengah menggendong putranya. Gadis itu tersenyum miris, merasa bodoh sekali karena malah memikirkan hal tidak penting seperti ini.

"Sojung, ponselmu berbunyi," tepukan Namjoon di kaki Sojung membuat gadis itu sadar dari lamunannya. Benar, ponselnya berbunyi karena ada panggilan masuk. Segera Sojung mengambil benda pipih itu dari atas meja, menggeser layar dan menempelkan ponselnya ke telinga.

"Halo Daehyun," sapa Sojung pada si penelfon. Mendengar perkataan lawan bicaranya, Sojung segera bangkit, mengubah posisinya menjadi duduk. "Oh, besok? Benarkah? Kupikir masih minggu depan," gadis itu tak dapat menahan senyumnya.

"Baiklah, aku akan menjemputmu besok. Sampai jumpa besok, sayang." Setelah menutup telfon, Sojung meletakkan kembali ponselnya di atas meja.

"Daehyun?" tanya Namjoon yang belum lama bergabung di ruang nonton. Lelaki itu duduk di karpet dengan segelas kopi di tangannya.

Sojung mengangguk. "Besok dia akan ke Korea, mengurus bisnis ayahnya yang ada di sini selama beberapa waktu," kata Sojung tanpa melepas senyumnya. Gadis itu lantas memandangi tangan kirinya, tempat cincin pertunangannya dengan Daehyun melingkar di jari manisnya. Sojung merasa senang jika ternyata Daehyun juga akan tinggal di negara yang sama dengannya. Ia berharap, dengan kehadiran Daehyun, pikiran-pikiran soal Seokjin –-yang telah menjadi suami orang—akan hilang dengan sendirinya.

"Besok perlu aku temani ke bandara?" tawar Namjoon.

"Tidak usah, aku bisa sendiri, kok."

Namjoon mangut-mangut.

"Oppa." Panggilan Sojung membuat Namjoon kembali menatap adiknya. Gadis itu mengigit bibir bawahnya, terlihat ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu.

"Kenapa?"

"Seokjin..." ada jeda lama setelah Sojung menyebutkan nama itu.

"Kau bertemu dengannya?"

Sojung mengangguk. "Di kantormu, saat aku mengantar berkas. Dia, apa dia sudah menikah?"

Namjoon langsung mengangguk mengiyakan. "Kalau tidak salah, dua bulan setelah aku menikah, Seokjin hyung juga menikah. Tapi acaranya tertutup untuk keluarga dekat saja. Aku tak pernah mau membicarakan ini padamu jika bukan kau sendiri yang menanyakannya."

"Aku baru tahu kalau anak yang bermasalah dengan Yeonjun waktu itu adalah anak Seokjin. Aku juga sempat bertemu istrinya waktu itu, dia agak... menyebalkan."

Namjoon mengerutkan keningnya, menatap sang adik dengan ekspresi heran. "Istrinya?" Namjoon memastikan, lalu diangguki oleh Sojung.

"Terakhir kali aku bertemu Seokjin hyung adalah kemarin lusa, dan setahuku Seokjin hyung belum menikah lagi."

Kali ini Sojung lah yang mengerutkan keningnya. "Memangnya dia sudah bercerai?" simpul Sojung dengan mata membulat. "Kalau memang iya, pantas saja. Mana ada yang tahan dengan wanita galak seperti itu," pikir Sojung.

"Cerai karena meninggal."

"Apa?!"

"Kau pasti tahu dengan istrinya, orang yang kau bilang sahabat Seokjin. Siapa eum..." Namjoon berusaha menggali memorinya, sementara Sojung, sudah tentu ia langsung tahu jika memang yang dimaksud adalah sahabat Seokjin, maka wanita itu adalah... "Cheonsa! Iya, benar, Ahn Cheonsa."

"Oppa tidak sedang bercanda, kan?" Sojung, gadis itu masih tidak percaya dengan apa yang baru saja kakaknya katakan. Sojung tidak heran jika akhirnya Seokjin benar-benar menikah dengan Cheonsa, tapi kabar soal Cheonsa, tentu ini sangat mengejutkan.

"Cheonsa meninggal saat melahirkan Soobin. Hanya itu yang aku tahu."

Tanpa Sojung sadari, air mata menetes dari pelupuknya. Sojung merasa bersimpati kepada Cheonsa dan juga Soobin. Gadis itu tiba-tiba merasa sesak mendengar kabar soal gadis yang dulu sempat ia benci telah pergi dan juga, ingatannya soal Soobin yang marah hingga hampir menangis tadi siang membuat Sojung semakin merasa bersalah. Tidak heran Soobin bersikap seperti itu, Sojung telah membuat anak kecil itu tersinggung karena berpikir yang dimaksud Sojung adalah ibunya yang sudah tiada.

"Bibi, kenapa menangis?" Yeonjun ternyata sudah berdiri di samping Sojung. Dengan tangan kecilnya, anak itu mengusap air mata Sojung yang sudah menangis tersedu-sedu, sementara Namjoon membiarkan adiknya itu meluapkan emosinya meski ia tidak tahu pasti penyebabnya

Cukup lama agar Sojung bisa menghentikan tangisnya, Yeonjun sampai kewalahan, anak itu panik, mengira Sojung memangis karena dirinya lantaran setelah Yeonjun mengusap air mata bibinya, Sojung malah menangis semakin keras.

"Papa, bagaimana ini, bibi Sojung tidak mau diam," panik Yeonjun. Akhirnya Namjoon bergerak menghampiri sang adik, memeluk dan mengusap rambutnya seperti dulu setiap kali adiknya merasa sedih, saat itu, barulah tangis Sojung mulai reda.

⚪⚫

Indralaya, 18 April 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Indralaya, 18 April 2019

Iva

Y (SOWJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang