Usai sarapan bersama Seokjin dan Soobin, Sojung langsung pamit pulang karena dia harus bersiap untuk pergi kerja. Soobin sempat menahannya seperti sebelumnya yang meminta Sojung untuk menunda pulang dan ikut sarapan dengannya, tapi untuk yang kedua kalinya gadis itu mau tak mau harus menolak. Tapi Sojung berjanji nanti mereka akan bertemu lagi. Perkataannya itu membuat tidak hanya Soobin, tapi juga Seokjin tersenyum lebar.
Sojung menggumamkan lagu-lagu ceria yang terlintas di kepalanya. Pagi ini terasa sangat menyenangkan, seakan dia lupa semua beban yang menghantam otaknya selama beberapa hari ini. Semalam juga dia tidur dengan nyenyak, jadi hari ini pasti mood Sojung akan bagus sepanjang hari.
Begitu keluar dari halaman rumah Seokjin, dari sebrang jalan, dia melihat mobil yang tidak asing terparkir di halaman rumahnya. Gadis itu mempercepat langkahnya dengan perasaan panik. Matanya menelusuri pelataran rumahnya, mencari keberadaan pemilik mobil itu. tapi nihil, Sojung tidak menemukannya.
Gadis itu lantas mengintip ke jendela mobil dan mendapati Jung Daehyun tidur menyandarkan punggungnya ke kursi kemudi. Sojung mengetuk kaca jendela yang hanya terbuka sedikit, membuat kekasihnya itu menggeliat dan perlahan membuka mata. Menyadari keberadaan Sojung, Daehyun langsung tersenyum dan menurunkan kaca mobil sepenuhnya.
"Sejak kapan kau di sini?" tanya Sojung khawatir. Ini masih terlalu pagi untuk berkunjung, jangan bilang kalau –-"sejak semalam, tapi kau tidak ada di rumah, padahal mobilmu ada."
Jawaban Daehyun membuat Sojung membelalak, "yang benar saja Jung Daehyun? Kenapa kau tidak menghubungiku dulu?"
"Kalau kau lihat daftar panggilan tak terjawab di ponselmu, aku yakin tidak kurang dari dua puluh panggilan dariku ada di sana."
Sojung meringis, dia sendiri baru ingat telah meninggalkan ponselnya di mobil sejak kemarin sore. "Maaf, ponselku ketinggalan di mobil."
Daehyun mengangguk pelan, lalu dia keluar dari mobil langsung memeluk Sojung dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang kekasih. "Perusahaanku sedang tidak stabil, rasanya aku akan gila karena ayah terus menuntutku harus menyelesaikan semuanya dengan cepat," keluh lelaki itu. dengan canggung Sojung membalas pelukan Daehyun, mengusap pelan punggung lelaki itu untuk memberikan rasa nyaman.
Setelah pelukan singkat itu, Daehyun memperhatikan Sojung yang memakai setelan kerja yang kusut, tidak mungkin Sojung mengenakan pakaian seperti itu ke kantor hari ini, jadi kemungkinan yang Daehyun pikirkan adalah pasti Sojung belum sempat pulang ke rumahnya dan tidak mengganti bajunya. "Apa kau lembur?"
"Ha?" Sojung ikut memperhatikan pakaiannya, haruskah dia bohong? "I..iya," jawabnya gugup. "Editorku meminta aku cepat-cepat menyelesaikan artikel yang sedang aku garap. Aku baru saja pulang menggunakan taksi."
Daehyun mengangguk percaya, dan itu membuat Sojung merasa bersalah. "Jangan terlalu sering lembur –-eum, aku hanya mengingatkan, bukannya mau mengaturmu."
Sojung tersenyum dan mengiyakan. Gadis itu tahu Daehyun paling tidak suka jika hidupnya diatur, dan lelaki itu tidak akan mau memperlakukan orang yang dia juga tak ingin diperlakukan seperti itu.
"Sojung," panggil Daehyun lirih.
"Hm?"
"Aku lapar."
Sojung menggeleng, mengulum senyum melihat muka memelas Daehyun. "Baiklah, ayo masuk. Aku akan memasak sesuatu."
Selama beberapa menit yang Daehyun lakukan adalah memperhatikan Sojung yang sibuk dengan peralatan masaknya. Pesona gadis itu sangat kuat saat sedang memasak, dan itu membuat Daehyun tak bisa berhenti tersenyum saat melihatnya.
Gemas karena hanya bisa diam memperhatikan, Daehyun mendekati Sojung dan langsung memeluknya dari belakang. Sojung sempat kaget karena pelukan Daehyun yang begitu tiba-tiba, lelaki itu menyenderkan kepalanya pada bahu Sojung. "Rasanya aku tidak mau melepas pelukan ini."
"Daehyun, aku sedang masak."
"Baiklah, hanya sebentar. Pelukan yang tadi masih kurang."
Sojung mendesah pelan. Entah kenapa dia malah merasa gelisah karena Daehyun memeluknya. Perasaan gelisahnya semakin bertambah saat Daehyun mengatakan, "haruskah kita menikah?"
"A..apa?" Sojung mengerjap beberapa kali, gadis itu berharap dia salah dengar.
"Aku selalu bisa merasa tenang dan bebanku seolah menghilang hanya dengan melihatmu, kau menjadi candu bagiku, dan aku tidak mau kehilanganmu. Sojung, memang benar awalnya kita menjalin hubungan hanya agar tidak terus didesak oleh keluarga, tapi tentu seiring berjalannya waktu, perasaan bisa berubah, kan?"
Sojung asal mengangguk, otaknya masih memproses perkataan Daehyun yang berhasil membuat pikirannya kacau. Harusnya Sojung merasa senang dengan perkataan Daehyun, dan... benar dia senang, tapi di sisi lain Sojung merasa tidak tenang dan merasa ini semua salah.
"Aku ingin kita menikah."
Pernyataan Daehyun itu harusnya membuat hati Sojung berbunga-bunga, tapi yang terjadi malah gadis itu merasa bingung dan linglung. "K...kau yakin? Maksudku, ini tidak seperti dirimu. Kau, kau anti dengan yang namanya –-"
"Pernikahan?" sambung Daehyun, lelaki itu lantas tertawa. "Awalnya juga aku berpikir begitu, tapi sekarang aku malah ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu dalam ikatan yang suci."
Entah kenapa, Sojung berharap ini hanya lelucon. Gadis itu masih belum percaya. Sojung akhirnya memberanikan diri mendongak menatap Daehyun, dilihatnya lelaki itu tersenyum manis padanya. Detik berikutnya, Daehyun membalik tubuh Sojung menghadap padanya dan tanpa permisi Daehyun menyatukan bibirnya dengan bibir Sojung. Alih-alih membalas ciuman kekasihnya, Sojung malah mendorong Daehyun, membuat jarak beberapa senti diantara mereka, sekaligus membuat suasana menjadi canggung.
"M...maaf," pandanganSojung tidak fokus pada lawan bicaranya, sebisa mungkin dia tidak menatap Daehyun. "Aku hanya kaget –-dan, sarapanmu sudah jadi, kau bisa makan sekarang sementara aku bersiap untuk kerja."
Kalimat itu diakhiri senyum kikuk milik Sojung, Daehyun membalasnya dengan senyum juga.
"Ah, aku pasti banyak menyita waktumu. Baiklah, sebaiknya kau mandi sekarang, ini biar aku menyiapkannya sendiri, dan jangan khawatir, aku tamu yang baik jadi aku juga yang akan mencuci piring kotornya."
Sojung mangut-mangut, "baiklah hahaha," tawa gadis itu jelas sekali dipaksakan. Sebelum suasana menjadi lebih buruk, Sojung segera masuk ke kamar dan tak lupa mengunci pintunya. Dibalik pintu, entah sudah berapa pukulan yang ia layangkan pada kepalanya sendiri, mengumpat dirinya bodoh dan mengerang frustrasi. "Rasanya aku ingin menghilang dari peradaban saja," katanya dengan pekikan yang tertahan.
⚫⚪
Aargh, aku nulis apaan ini?!
Rasanya... geli geli gimana gitu.
Maaf ya gak nyampe 1k kata, pikiran aku lagi kacau. Ide cerita bercampur aduk di otak, jadi susah fokus :(
Pengen cepet-cepet namatin Y, biar bisa aplod cerita lain :"
BTW, udahan dulu ya sweet-sweetan antara Emak sama Om Jin di sini hehehehe.
Lahat, 12 Juni 2019
Iva
KAMU SEDANG MEMBACA
Y (SOWJIN)
Fanfiction[Selesai] Ini tentang Seokjin dan Sojung yang sama sama belum move on. Sequel X . . Yearn (v) To be filled with longing desire; to be harassed or rendered uneasy with longing, or feeling the want of a thing; to strain with emotions of affection or...