Satu tahun kemudian.
Jam menunjukkan pukul sebelas malam ketika Seokjin bangun diam-diam, tak ingin mengganggu istrinya yang sedang tidur pulas setelah beberapa jam lalu mengeluh sulit tidur karena merasa tidak nyaman dengan perutnya yang kian membesar. Keluhan yang selalu sama dari beberapa bulan lalu seiring dengan bertambah tua usia kehamilan wanita itu.
Dengan gerakan pelan dan perlahan tanpa menimbulkan bunyi yang mengganggu, Seokjin akhirnya berhasil membuat ramyun instan yang terus menggoda selera makannya. Ketika akan menyuapkan mi instan itu ke mulutnya, Seokjin dikejutkan dengan kedatangan anak kecil yang nyaris membuat jantungnya copot.
Yeonjun tiba-tiba muncul dan menatap datar lelaki itu.
"Kenapa kau belum tidur?" bisik Seokjin dengan mata melotot. Sedikit kesal karena anak itu mengganggu acara makannya.
"Aku mau ramyun juga," kata anak itu.
"Tidak. Sebaiknya kau tidur sekarang." Seokjin menggeser mangkuk ramyunnya menjauhi Yeonjun. Dia tidak mau membagi makanan lezat itu dengan siapapun, termasuk keponakannnya sendiri.
"Kalau begitu aku akan mengadukan Paman ke Bibi Sojung. Aku akan bilang kalau paman makan dua ramyun sekaligus malam ini."
"Heh!" Seokjin menggeram pelan. Bisa-bisanya anak kecil itu mengancamnya. Kalau seperti ini caranya, Seokjin tak akan pernah lagi mengizinkan Yeonjun menginap di sini sekalipun Soobin yang memohon. "Awas kalau sampai Sojung tahu."
"Ya makanya, beri aku ramyun juga Paman."
Seokjin mendecih, lalu mau tak mau mengambil mangkuk satu lagi dan diisi dengan ramyun dari pancinya untuk Yeonjun. "Tapi ini rahasia ya. Kau juga akan diamuk kalau Sojung sampai tahu."
Yeonjun sepakat untuk tutup mulut. Dia juga tahu risiko kalau sampai Sojung tahu keduanya memakan makanan instan itu tengah malam begini. Kalau Yeonjun paling-paling hanya diomel sedikit, berbeda dengan Seokjin yang akan diceramahi panjang lebar karena lelaki itu sudah terlampau sering memakan mi instan di hari biasa, lalu masih mencuri-curi kesempatan pula untuk makan di lain waktu.
"Oppa ..."
Suara serak itu seketika membuat Seokjin dan Yeonjun membeku. Keduanya saling pandang beberapa saat sebelum akhirnya kompak membawa panci dan mangkuk mereka ke bawah meja makan. Dua orang itu bersembunyi di kolong meja demi menghindari Sojung yang tiba-tiba bangun dan mencari keberadaan suaminya.
Saat tak mendapati Seokjin di kamar maupun kamar mandi, Sojung langsung curiga bahwa lelaki itu sedang di dapur. Akhir-akhir ini suaminya menjadi bandel dan terus mencuri-curi kesempatan untuk bisa memakan ramyun instan tanpa sepengetahuannya.
Nihil. Tak ada tanda-tanda keberadaan Seokjin di dapur. Tapi ... dua kemasan ramyun yang terserak di atas meja membuat kecurigaan Sojung makin bertambah. Mengingat bisa menjadi sekonyol apa suaminya itu, Sojung bisa menduga kalau Seokjin mungkin sedang bersembunyi di bawah meja yang tertutup taplak meja panjang.
Brak!
Sojung menendang salah satu kursi kuat-kuat. "Oppa, keluar lah. Aku tahu kau bersembunyi di bawah." Masih tak kunjung ada respon, Sojung menendang kursi yang lain.
"Aaw, sakit!" malah suara cempreng Yeonjun yang terdengar. Anak itu bahkan langsung keluar dan menatap kesal pada Bibinya. "Bibi membuat kepalaku benjol tahu."
"Kenapa kau ada di sini juga? Mana Pamanmu?"
Yeonjun tak menjawab, anak itu langsung membuka tinggi-tinggi alas meja yang menutupi Seokjin yang tengah memeluk lututnya. Tertangkap basah, Seokjin tertawa hambar dan langsung keluar dari persembunyiannya. "Maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Y (SOWJIN)
Fanfiction[Selesai] Ini tentang Seokjin dan Sojung yang sama sama belum move on. Sequel X . . Yearn (v) To be filled with longing desire; to be harassed or rendered uneasy with longing, or feeling the want of a thing; to strain with emotions of affection or...