Tampaknya, sudah jadi keseharian Sojung untuk menyaksikan Seokjin yang merangkul Chaerin dengan alasan memapah Chaerin yang masih belum sembuh. "Tapi, Chaerin hanya keseleo bukannya patah kaki, tidak perlu diperlakukan sampai segitunya, kan?"
Soyeon dan Nahyun saling bertatapan, merasa heran kenapa Sojung terlihat begitu kesal saat membicarakan Seokjin dan Chaerin, gadis itu bukan tipe orang yang akan mengomentari hal-hal yang bukan urusannya, tapi hari ini dia melakukannya. "Itu... berlebihan. Iya, kan?" Sojung minta persetujuan dari dua temannya, tapi mereka tak kunjung mengangguk.
"Kurasa itu tidak masalah, dan tidak berlebihan juga," ucap Nahyun hati-hati, takut Sojung akan mengamuk karena mood-nya sudah buruk sejak ia keluar dari kantor untuk makan siang.
"Lagipula, tampaknya Seokjin melakukan atas keinginannya sendiri. Justru itu terlihat manis... sejujurnya"
Sojung memutar kedua matanya. Dia semakin kesal, bukan karena kedua temannya tidak setuju dengan pendapatnya, tapi karena perkataan Nahyun dan Soyeon tidak salah.
"Omong-omong, kau kenapa sih? Sepertinya sensitif sekali hari ini?"
"PMS," jawaban paling ampuh untuk membuat semua sifat aneh wanita menjadi masuk akal dan bisa diterima.
"Dan kau hanya sensitif ketika membahas tuan Kim dan Chaerin," tambah Nahyun. "Aku tahu rumah kalian bersebrangan, tidak heran kalau kalian sering bertemu satu sama lain, jadi... apa kau mulai menyukai tuan Kim dan sekarang kau sedang cemburu?"
"Tapi tampaknya kalian tidak saling kenal," Soyeon ikut berkomentar, "maksudku, kalian tidak cukup dekat karena Seokjin oppa tak pernah tersenyum apalagi menyapamu saat di kantor."
"Oh hei," Nahyun menyadari sesuatu, gadis itu menepuk dahinya. "Aku tarik ucapanku, Sojung tidak mungkin cemburu. Dia sudah punya Daehyun, dan kau tahu sendiri bagaimana mereka terserang virus cinta ketika bertemu kemarin."
"Itu benar, aku mana mungkin cemburu. Aku hanya... merasa risih."
"Kau iri," simpul Nahyun, membuat Sojung mendelik kesal. "karena kau tidak bisa bertemu Daehyun setiap hari seperti Chaerin bertemu tuan Kim."
Sojung mengerjapkan kedua matanya, "ya, mungkin."
..
Sudah lewat lima menit keduanya saling duduk berhadapan di salah satu kursi kedai pingir jalan ini, tapi masih tak ada percakapan apapun. Sojung dengan wajah frustrasinya kembali meneguk segelas kecil soju di meja, sedangkan Yoongi hanya diam memperhatikan gadis itu dengan ekspresi prihatin.
"Kenapa kau mau bertemu?" tanya Yoongi akhirnya. Dia merelakan waktu istirahatnya hanya demi memenuhi panggilan Sojung, dan jika sekarang dia tidak melakukan apapun selain menonton Sojung yang sedang minum, jauh lebih baik ia tidur dalam dekapan istrinya di rumah.
"Hanya... butuh teman," jawab Sojung lirih. "Taehyung harus selalu siaga disamping Yerin, ini sudah bulannya wanita itu melahirkan. Yang tersisa hanya kau."
Yoongi memutar kedua matanya, sejak dulu Sojung memang selalu seenaknya, bahkan sebelum mereka sedekat sekarang. "Kau tidak datang bersama pacarmu? Maksudku, tunanganmu?" kata Yoongi dengan penekanan pada kata tunangan. "Kurasa dia akan marah jika tahu kau sedang bersama pria lain."
"Daehyun membebaskan aku untuk dekat dengan siapapun, dia percaya padaku, kurasa. Atau... dia hanya tidak peduli. Omong-omong, jangan tanya dia kemana. Dia pria yang gila kerja. Dulu lebih parah, sekarang agak mending, tapi aku tetap nomor tiga, keluarganya nomor dua."
"Meyedihkan sekali gadis kesepian ini," Yoongi mendecak dan menggelengkan kepalanya.
"Iya, kan? Aku juga merasa begitu, setidaknya dalam beberapa hari terakhir. Pikiranku cukup kacau dan mulai tidak bisa dikendalikan," Sojung mencebikkan bibirnya, muka gadis itu sudah merah dan terlihat lebih emosional.
KAMU SEDANG MEMBACA
Y (SOWJIN)
Fanfiction[Selesai] Ini tentang Seokjin dan Sojung yang sama sama belum move on. Sequel X . . Yearn (v) To be filled with longing desire; to be harassed or rendered uneasy with longing, or feeling the want of a thing; to strain with emotions of affection or...