Sojung baru saja menutup panggilan telfonnya. Gadis itu tersenyum senang saat pihak restoran yang kemarin ia kirimi proposal untuk menjadi bahan artikelnya menerima permohonannya. Senyum yang tak lepas dari wajah Sojung menarik perhatian Chaerin --ah, tidak mengherankan karena hobinya adalah ikut campur urusan orang lain.
"Apa yang membuatmu sebegitu senangnya nona Kim?" tanya Chaerin dengan mata menyipit.
"Kim's Kitchen sudah menyetujui proposal yang kuajukan, mereka akan segera mengabariku lagi kapan bisa bertemu untuk meliput sekaligus wawancara dengan pemiliknya," jawab Sojung antusias. Sojung sampai lupa kalau harusnya dia bersikap acuh tak acuh pada editornya ini. "Kupikir mereka akan mengabaikan aku karena ternyata banyak perusahaan majalah makanan yang lebih terkenal telah mengajukan proposal lebih dulu, tapi ini mengejutkan. Iya, kan?"
Chaerin mengerutkan keningnya, tampak tak setuju. "Menurutku... biasa saja."
"Hei, kalau pemiliknya mau, dia akan membuang proposal perusahaan kita dan memilih perusahaan lain yang lebih bagus," omel Sojung, berpikir seharusnya Chaerin juga ikut antusias seperti dirinya. Tapi sikap Chaerin masih biasa saja.
"Sejak awal aku sudah yakin proposal kita akan disetujui. Apalagi kalau jurnalisnya adalah kau, Seokjin Oppa tidak mungkin menolakmu," kata Chaerin penuh rasa percaya diri.
"Sebentar, apa katamu?" Sojung mendekatkan telinganya kearah Chaerin, dia salah dengar kan? "Seokjin?"
"Astaga," Chaerin menutup mulutnya, pura-pura kaget dan itu terlihat sangat jelas, "memangnya aku belum pernah bilang ya kalau pemilik Kim's Kitchen itu Seokjin Oppa? Lagipula kau seharusnya sudah tahu itu."
Sojung mengerutkan keningnya, gadis itu menatap tak percaya ke arah Chaerin, dia hendak protes tapi tak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya. "Argh," Sojung berhasil meluapkan kekesalanya. "Bagaimana aku bisa tahu, di internet yang tertulis hanya Kim Jin!"
"Ibarat artis, Kim Jin itu nama panggungnya," jelas Chaerin dengan wajah berseri. Gadis itu lantas tersenyum manis kepada Sojung, "aku harus berterima kasih padamu, kalau saja tidak ada embel-embel nama Kim Sojung, Seokjin Oppa pasti akan lebih memilih perusahaan majalah yang memberi keuntungan lebih besar bagi restorannya. Kau sangat berjasa dalam proyek kali ini Sojung."
"Kau menjadikanku umpan? Memperalatku?"
Chaerin menggeleng tak setuju, lagi. "Jangan berpikir seperti itu, lagipula bagus kan? Kalian jadi bisa dekat satu sama lain."
Bicara lama-lama dengan Chaerin akan membuat kening Sojung keriput lebih cepat karena lagi-lagi dia harus mengernyitkan keningnya, tak paham sepenuhnya maksud perkataan Chaerin.
"Ayolah, kalian sangat cocok kalau jadi pasangan, kalau ternyata kalian benar-benar berjodoh kan bagus."
Sojung tak habis pikir dengan gadis di hadapannya ini, "dasar gila!"
"Iya, dan aku akan terus jadi orang gila sampai kalian berdua menikah."
Sojung bergidik mendengar pernyataan Chaerin. Hobi mencampuri urusan orang lain benar-benar hobi yang menyeramkan, khususnya bagi Sojung.
"Jangan-jangan... ban mobilku waktu itu --"
Chaerin langsung cengengesan, "iya, itu aku, dan aku sengaja memanggil Seokjin --aw!" gadis itu meringis setelah mendapat lemparan kalender meja dari Sojung yang kelewat kesal. "Itu namanya usaha, Sojung. Kau tidak boleh marah kepada orang yang sedang berusaha."
"Aku bisa benar-benar gila sekarang," rengek Sojung, frustrasi.
⚪⚫
Sojung sudah menunggu kepulangan Seokjin sejak tadi. Jangan salah paham, gadis itu sebenarnya ingin bertemu Soobin, hanya saja anak itu tidak terlihat sejak Sojung pulang dari kantor, jadi mungkin saja saat Seokjin pulang, Soobin juga akan ada bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Y (SOWJIN)
Fanfiction[Selesai] Ini tentang Seokjin dan Sojung yang sama sama belum move on. Sequel X . . Yearn (v) To be filled with longing desire; to be harassed or rendered uneasy with longing, or feeling the want of a thing; to strain with emotions of affection or...