Belum sepenuhnya sadar, Sojung sesekali mengucek matanya yang masih terasa berat dan kepala yang sedikit pusing lantaran ditarik paksa dari dunia mimpi oleh penumpang lain yang kebetulan turun di halte terakhir. Gadis itu terkejut saat tahu posisinya masih sama seperti awal ia tertidur, dan Seokjin mengira dia lah yang lebih dulu menyandar ke bahu Sojung, jadi, lelaki itu tak henti-henti meminta maaf dan menjelaskan kalau dia tidak bermaksud begitu, apa yang dilakukannya sungguh di luar kesadaran dan sebaiknya Sojung jangan marah padanya.
Melihat wajah paniknya, Sojung hampir saja tertawa karena Seokjin telah salah kira. Nyatanya, Sojung lah yang sengaja menarik bahu lelaki itu agar bersandar padanya, tapi Sojung tak akan mengatakan itu. Dia justru memilih diam dan pura-pura kesal agar Seokjin terus merasa tak enak padanya dan tidak berperilaku seenaknya.
Saat ini keduanya, Sojung dan Seokjin tengah menunggu bus selanjutnya di halte terakhir. Saat mereka keluar dari bus sebelumnya, hari mulai gelap, dan sekarang sudah benar-benar gelap setelah mereka menunggu sekitar satu jam. Bodohnya mereka malah keluar dari bus yang akan putar balik itu, dan baru sadar saat bus sudah menjauh.
"Sojung, aku tidak akan diam sampai kau mau bicara padaku. Sungguh, aku tidak modus seperti yang kau kira. Aku bahkan tidak tahu sejak kapan aku mulai tertidur di bus."
Sojung mendesah pelan, lalu menatap Seokjin tajam, "baiklah, kau tidak sengaja. Aku percaya. Sekarang diam, kepalaku pusing."
"Kau pusing? Sebaiknya kita segera pulang, kita pesan taksi, ya?"
Sojung menggeleng. "Kalaupun pesan taksi, aku akan pulang sendirian, tidak ada kata 'kita' antara kau dan aku!"
Seokjin menghela nafasnya, "baiklah, yang penting kau pulang dulu. Kau pasti lelah juga. Biar aku pesankan untukmu dulu," katanya sembari membuka ponsel dan bersiap menghubungi salah satu perusahaan taksi.
Sojung hendak mencegah Seokjin, tapi sudah terlambat. Usai menelfon Seokjin tersenyum lega padanya, "sebentar lagi taksinya akan datang."
Kalau tau jadinya begini, bukankah lebih bagus sejak awal Sojung memesan taksi? Dia jadi tidak harus terjebak bersama Seokjin yang cerewet di sini.
"Sojung," panggil Seokjin, suaranya lirih. Gadis yang dipanggil itu hanya mendeham tanpa niat.
"Dulu... kau gadis yang manis dan menggemaskan." Sojung mengerutkan keningnya mendengar kalimat Seokjin. "Sekarang kau jadi galak," lanjut Seokjin dengan nada mengeluh. Kalimat lelaki itu berhasil membuat Sojung naik darah.
Sojung galak? Hei, dia masih manis dan menggemaskan sampai sekarang!
"Lalu apa urusanmu? Kau tidak suka aku yang seperti ini? Baguslah, jangan mendekati aku lagi, pura-pura saja tidak kenal. Kau juga jadi lebih banyak bicara, dan itu hanya membuatku pusing!"
Sojung kira, Seokjin yang terhenyak sedang merasa tersinggung dan kesal padanya, tapi pemikiran itu berubah saat tawa lelaki itu justru pecah di hadapan Sojung. "Kau galak, tapi tetap menggemaskan. Kau cantik dengan ekspresi cuekmu. Dan, ya, aku akui aku jadi lebih cerewet sejak punya Soobin. Aku harus terus mengomelinya kalau dia melakukan hal-hal yang membahayakannya atau ketika dia tidak mau menurutiku."
Tawa Seokjin kian hilang seiring kalimatnya habis, lantas Seokjin menatap Sojung dengan tatapan sendu, lagi. "Maaf, ya membuatmu tidak nyaman. Setelah ini, aku akan lebih tahu diri dan tidak membuatmu pusing lagi. Setidaknya, aku senang karena hari ini bisa bicara banyak padamu. Habis ini, aku janji tidak akan mengganggumu lagi. Walau rinduku tidak terbayarkan semua, setidaknya ini cukup."
"Iya, kau memang harus tahu diri. Kau bahkan sudah punya Jisoo dan Chaerin, tidak seharusnya kau mengusikku lagi. Dua wanita di hidupmu, itu sudah lebih dari cukup, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Y (SOWJIN)
Fanfiction[Selesai] Ini tentang Seokjin dan Sojung yang sama sama belum move on. Sequel X . . Yearn (v) To be filled with longing desire; to be harassed or rendered uneasy with longing, or feeling the want of a thing; to strain with emotions of affection or...