3

1.8K 211 32
                                    

Kalau menumpang tinggal, harus tahu diri. Itu adalah kalimat yang selalu diucapkan oleh Moonbyul kepada Sojung jika gadis itu mulai mengeluh dan menolak suruhan dari kakak iparnya. Kalimat itulah yang membuat Sojung bergerak untuk keluar rumah menuju kantor Namjoon demi mengantar berkas-berkas yang ketinggalan meskipun sebenarnya Sojung sangat malas.

"Benar-benar wanita itu, kalau bicara, mulutnya sama seperti Yoongi. Pedas dan tajam. Bagaimana bisa Oppa lebih memilih dia ketimbang Jennie yang lemah lembut."

Sojung terus saja bersenandika sepanjang perjalanan menuju kantor Namjoon. Sepetinya tinggal bersama Namjoon bukan ide yang baik, harusnya dari awal Sojung sudah mempersiapkan rumah tinggal untuknya selama di Korea, bukannya menuruti saran kedua orangtuanya agar tinggal bersama Namjoon dan keluarga kecilnya.

Sojung membanting pintu mobilnya, kemudian gadis itu segera berlari dari parkiran menuju kantor yang jaraknya terasa sangat jauh lantaran hari yang terik. "Ah, gila! Sepertinya aku akan meleleh kalau terus berada di luar," keluh gadis itu. Untung saja Sojung sudah berhasil masuk ke dalam gedung yang penuh AC saat ini.

Setelah menanyakan ruangan Namjoon pada resepsionis, Sojung segera berjalan menuju lift. Ruang kerja sang kakak ternyata berada di lantai tujuh. Saat pintu lift hendak tertutup sepenuhnya seseorang dari luar langsung menahan pintu itu dengan sepatunya.

Sojung sudah memasang wajah cemberut karena tingkah orang itu. Pintu lift otomatis terbuka kembali, menampilkan seorang pria berkemeja hitam dengan postur tegap dan tidak lupa kaca mata minus yang bertengger di hidung mancungnya membuat lelaki itu terlihat semakin tampan dan dewasa. Sesaat Sojung lupa bernafas lantaran melihat siapa orang yang tengah berdiri di hadapannya, gadis itu meremas gaun selututnya sembari bergeser untuk memberi ruang pada orang yang masih mematung di hadapannya.

"K..kau tidak masuk?" Sojung bicara susah payah ditengah rasa panik yang mendadak muncul.

"Ah, iya," jawab orang itu, lalu segera masuk dan berdiri di samping Sojung, menekan tombol angka yang menjadi lantai tujuannya.

"Apa kabar Sojung?"

Sojung meringis. Dia lebih suka keduanya saling diam alih-alih mengobrol dalam keadaan canggung seperti ini. Sejujurnya Sojung belum siap, bahkan mungkin tak akan pernah siap untuk bertemu kembali dengan Kim Seokjin, mantan pacarnya yang hingga kini masih sering mengganggu pikirannya.

"Aku... baik," jawab Sojung tanpa menatap lawan bicaranya. "Kau?"

"Ya, tidak pernah lebih baik dari ini sebelumnya. Sejak kapan kau kembali ke Korea?"

"Sekitar seminggu yang lalu."

"Kau bekerja di sini?"

Sojung menggeleng. Dalam hati ia merutuki Seokjin yang terus mengajaknya bicara. Tidakkah lelaki itu merasa gugup juga sepertinya? Bukankah dia lebih baik diam jika berada dalam situasi seperti ini?

Diam-diam Sojung memperhatikan Seokjin dari pantulan pintu lift. Lelaki itu sepertinya bertambah tinggi sejak mereka terakhir kali bertemu, dan... tentu saja tampak lebih dewasa setelah Seokjin menyingkirkan poni yang dulu menutupi kening lelaki itu. Setelah puas mengamati wajah Seokjin, Sojung beralih pada tangan Seokjin. Ada cincin yang tersemat di jari manisnya.

"Kau sudah menikah?"

Sial.

Mulut Sojung lebih cepat bergerak dari pikirannya, dan dengan kurang ajarnya menanyakan hal seperti itu kepada Seokjin. Mereka baru saja bertemu kembali, bagaimana bisa Sojung menanyakan hal yang sangat pribadi seperti itu.

Seokjin kaget saat Sojung melontarkan pertanyaan itu. Lelaki itu menoleh ke samping, tepat saat Sojung juga tengah memandanginya. Lelaki itu diam selama beberapa detik hingga akhirnya mengangguk pelan sambil tersenyum kikuk.

"Bagaimana denganmu?" Balas Seokjin.

"Aku... belum."

Kemudian hening.

Sojung langsung merasa canggung berkali-kali lipat dibanding tadi. Gadis itu membuang muka, dalam hati menyumpah serapahi dirinya sendiri yang kelewat bodoh karena memulai percakapan seperti itu.

Lift akhirnya berhenti di lantai tujuh, Sojung bergegas keluar setelah membungkuk sekilas kepada Seokjin. Gadis itu berjalan dengan terburu-buru, efek dari rasa gugupnya. Di belakang, pandangan Seokjin tak beralih dari gadis itu hingga pintu lift tertutup kembali.

"Kim Sojung," gumam Seokjin tanpa sadar. Lelaki itu tersenyum saat kembali mengingat wajah Sojung, ekspresi kaget gadis itu, bahkan ekspresi kecewanya yang selalu membuat Seokjin ikut merasa sakit. Seokjin menempelkan telapak tangannya ke dada, jantungnya masih berdetak kencang sejak pertama ia melihat Sojung kembali. Setelah bertemu gadis itu, rasa rindu yang selalu ia simpan dan sembunyikan bukannya berkurang, malah menjadi semakin bertambah.

⚪⚫

Berhubung libur, jadinya aku produktif nulis hari ini 😌

Indralaya, 17 April 2019

Iva

Y (SOWJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang