"Aw,"Sojung meringis saat kepalanya dihantam sesuatu dengan keras. Gadis itu membuka matanya perlahan, menatap langit-langit ruangan yang terasa familiar tapi jelas itu bukan langit-langit kamarnya.
Duak!
Kali ini wajah Sojung yang jadi korban, dan gadis itu baru menyadari sesuatu yang menghantam wajahnya itu adalah kaki kecil milik... Yeonjun? Anak itu tidur dengan posisi kaki di dekat kepala Sojung sementara kepalanya sejajar dengan kaki Sojung. Itu tidak masalah karena Yeonjun memang tidak bisa tidur dengan tenang, yang jadi masalah adalah anak itu menendang kepala dan wajah Sojung!
Gadis itu segera menyingkirkan kaki keponakannya dari wajahnya, lantas bangkit dengan cepat, tapi itu tidak berakhir bagus. Kepalanya langsung berdenyut sehingga gadis itu kembali membaringkan tubuhnya. Sojung memijit pelipisnya, sembari merotasikan pandangannya, mencari keberadaan jam dinding di kamar bertema super hero milik Yeonjun.
Pukul sembilan pagi.
"Sial!" Sojung bangkit tergesa, dia hampir jatuh karena keseimbangan tubuhnya kacau, kepalanya juga terasa semakin pusing. Tapi dia tidak menghiraukan itu, yang Sojung pikirkan sekarang adalah, dia sudah terlambat untuk bekerja!
Sojung hendak berlari ke kamar mandi saat Moonbyul menegurnya. "Selamat pagi," katanya sambil mengaduk sup rumput laut di dalam panci.
"Pagi apanya, ini sudah jam sembilan dan aku kesiangan!"
Blam!
Pintu kamar mandi dibanting, Sojung membasuh dirinya dengan terburu-buru. Karena gadis itu tidak membawa baju ganti, Sojung memakai kembali baju yang ia kenakan sebelumnya.
"Di mana tasku? Kunci mobilku? Aku harus cepat!"
"Hei, santailah nona Kim."
Sojung menoleh pada Namjoon yang baru saja bicara. Lelaki itu sedang duduk di meja makan sambil menyantap menu sarapannya. "Sarapan dulu."
"Aku sudah terlambat kerja Oppa. Sebaiknya kau antar aku sekarang kalau kau tidak mau mendengar berita kecelakaan tentang seorang gadis yang terburu-buru pergi kerja karena dua kakaknya tidak membangunkannya."
"Aish, anak ini, bicaramu terlalu lebay," Moonbyul memukul kepala Sojung dengan centong, "dan jangan bersikap tidak tahu terima kasih. Suamiku benar-benar berjuang membawamu kemari dengan selamat."
"Lagipula kau tidak perlu terburu-buru, ini masih jam enam." Sojung menatap Namjoon lagi, keningnya mengerut. "Jam di kamar Yeonjun itu rusak."
"Haah, kau tidak bercanda kan Oppa? Aku lega kalau begitu," Sojung mengusap dadanya, merasa lega. "Omong-omong, kepalaku berat sekali, dan mual. Kurasa aku akan..." Sojung menutup mulutnya, gadis itu berlari menuju wastafel dan memuntahkan isi perutnya.
"Huek!"
"Argh, menjijikan," keluh Moonbyul. "Harusnya kau buang saja adikmu di jalanan, jangan bawa pulang ke sini."
Meskipun Moonbyul mengomel dan berkata pedas, wanita itu tetap menghampiri Sojung dan membantu gadis itu dengan memijit tengkuknya. "Kau itu tidak kuat minum, jangan sok-sokan minum. Kau tahu tidak, kau hampir membuat Namjoon menabrakkan mobilnya ke tiang listrik gara-gara kau mencekiknya dari belakang?"
"Hah?" Sojung tampak tak percaya dengan pendengarannya sendiri. Sojung ingat dia minum bersama Yoongi di kedai soju, tapi dia tidak ingat soal mencekik kakaknya sendiri.
"Kau tidak ingat?" Sojung menggeleng. "Kau bahkan meracaukan nama Daehyun dan Seokjin bergantian. Menyedihkan!"
"Apa?! M--mana mungkin..." daya ingat Sojung payah sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Y (SOWJIN)
Fanfiction[Selesai] Ini tentang Seokjin dan Sojung yang sama sama belum move on. Sequel X . . Yearn (v) To be filled with longing desire; to be harassed or rendered uneasy with longing, or feeling the want of a thing; to strain with emotions of affection or...