Siap-siap malek kalian. 3k kata gais.
⚪⚫
Seokjin terbangun saat merasakan suhu tubuh gadis di pelukannya meningkat drastis. Lelaki itu sedikit menunduk dan melihat Sojung masih terpejam, namun dari ekspresinya gadis itu tidak terlihat nyaman. Sejak dulu daya tahan tubuh Sojung memang buruk, jadi tidak heran setelah mandi hujan semalam gadis itu jadi demam tinggi.
Setelah menyeka keringat di leher dan kening Sojung, Seokjin menyibak selimut tebal yang mereka kenakan, lalu menggantinya dengan yang lebih tipis agar panas tubuh Sojung tidak terperangkap dan membuat demam gadis itu semakin parah.
Saat melirik jam dinding dan mendapati hari sudah pagi, Seokjin beranjak ke dapur, mengambil air hangat untuk megompres Sojung, sekalian membuat sarapan untuk mereka berdua. Tidak seperti di rumahnya, isi kulkas milik Sojung sudah tentu penuh dengan bahan makanan, terutama sayuran. Berkat itu Seokjin tak perlu memutar otak memikirkan sarapan apa yang hendak dia buat.
Mendengar suara gaduh dari dapur serta aroma lezat yang menyambangi indera penciumannya, Sojung membuka matanya dan mencoba duduk meski kepalanya terasa berat dan seluruh tubuhnya menjadi ngilu. Sojung menyingkirkan handuk basah yang jatuh dari keningnya, lalu menyibak selimut dan berjalan tertatih ke ambang pintu. Gadis itu menyandar di kosen untuk melihat siapa yang tengah mengacak-acak dapur kesayangannya itu.
"Seokjin?" suara parau Sojung berhasil menghentikan kegiatan Seokjin. Lelaki itu buru-buru menghampiri Sojung dan menuntun gadis itu agar duduk di sofa.
"Kau bangun karena aku berisik, ya?"
Sojung menggeleng. "Karena aroma masakanmu. Sepertinya enak."
"Tentu saja. Aku membuatnya dengan cinta," kata Seokjin sambil terkekeh kecil. Selanjutnya Seokjin menempelkan punggung tangannya ke kening Sojung. Suhunya sudah berkurang ketimbang dua jam lalu saat ia baru saja mengompres kening Sojung. "Masih pusing?"
"Sedikit." Sojung menyandarkan kepalanya ke sofa, tapi matanya tak lepas memandang Seokjin yang tampak khawatir. "Tapi sebentar lagi pasti sembuh asal kau di sisiku terus."
Seokjin tersenyum gemas, mengusap kepala Sojung dan mencium kening gadis itu. "Iya, tak lama lagi kau pasti sembuh, karena aku baru saja memberimu obat paling mujarab." Obat yang Seokjin maksud, tentu saja kecupan di kening Sojung barusan.
Setelah percakapan itu, Seokjin kembali ke dapur dan menyiapkan samgyetang yang baru saja matang untuk Sojung. Sup ayam ginseng sangat baik untuk menambah energi dan nafsu makan. Seokjin cukup yakin kalau Sojung akan menyukai masakannya ini meski keadaan gadis itu sedang tidak berselera untuk makan.
"Seokjin, kapan Soobin pulang?"
"Nanti sore Taehyung akan mengantarnya ke sini."
"Kenapa harus sore? Aku ingin menemuinya sekarang," rajuk Sojung. Meski begitu, gadis itu tetap menerima suapan sup dari Seokjin. Satu mangkuk berdua, Seokjin bergantian menyuapi Sojung dan dirinya sendiri untuk sarapan mereka hari ini.
"Soobin senang sekali bermain dengan Yena, dia tidak akan mau pulang cepat-cepat, bahkan dia sampai bilang mau tinggal di sana saja supaya bisa bermain dengan sepupunya."
"Mana boleh seperti itu," protes Sojung tak setuju. "Dia tidak boleh tinggal di sana. Haruskah kita memberinya banyak adik agar dia betah di rumah nanti?"
Seokjin mengerjapkan matanya beberapa kali, sudah bisa mencerna kalimat Sojung dengan baik, barulah lelaki itu menunjukkan reaksi kagetnya. "Astaga, Kim Sojung." Seokjin menangkup kedua pipi Sojung yang terasa hangat, dan menggoyang-goyangkannya karena gemas. "Jangan bicara seperti itu dulu. Aku bahkan belum menemui kedua orang tuamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Y (SOWJIN)
Fanfiction[Selesai] Ini tentang Seokjin dan Sojung yang sama sama belum move on. Sequel X . . Yearn (v) To be filled with longing desire; to be harassed or rendered uneasy with longing, or feeling the want of a thing; to strain with emotions of affection or...