"Ini malam minggu, kau tidak pergi keluar bersama Daehyun?"
Sojung melirik kakak iparnya yang barusan bicara, gadis itu mendesah pelan dan menjawab, "tidak. Kami tidak melakukan hal yang seperti itu. Daehyun sangat sibuk dengan pekerjaannya, jadi akhir pekan adalah waktu istirahatnya."
Kening Moonbyul mengernyit, "jadi, kapan kalian kencannya?"
"Apa itu kencan?" tanya Sojung sarkas. "Lagipula aku tidak terlalu suka dengan hal seperti itu. Hanya membuang-buang waktu."
Selanjutnya Moonbyul mendekati suaminya yang fokus pada tayangan televisi. Tangan wanita itu melingkari pinggang Namjoon dan menyandarkan kepalanya pada bahu lelaki itu. Sambil menatap Sojung, wanita itu berkata, "memangnya kau tidak mau seperti ini? Tidak mau sayang-sayangan atau kangen-kangenan? Kau akan mendapatkannya saat kalian berkencan."
"Eonni bicara seolah-olah aku ini tidak berpengalaman dalam menjalin hubungan asmara. Padahal pengalaman pacaranku lebih banyak dari eonni yang cuma pacaran dengan Namjoon oppa seumur hidup."
"Aish, anak ini kenapa malah membicarakan itu!" Moonbyul menggeram dan melempar bantal pada Sojung.
"Eonni duluan yang memulai," Sojung memeletkan lidahnya. "Sudah, ya. Sebagai adik yang pengertian, aku tahu kok kalau kalian mau menikmati kebersamaan kalian malam ini. Itu sebabnya Yeonjun disuruh tidur cepat, kan? Kalau begitu aku juga akan pergi."
"Bagus!" teriak Moonbyul senang, sementara Namjoon langsung mengalihkan pandangannya kepada sang adik. "Mau kemana?"
"Jalan-jalan sebentar."
"Sendiri?"
"Memangnya oppa mau menemaniku?"
Namjoon menggeleng. "Ya, sudah. Pergilah, asal jangan lebih dari jam sepuluh."
"Memangnya aku anak SMP yang masih harus diberi batasan waktu malam?" Sojung mendecih, "aku sudah besar!" kemudian gadis itu pergi ke kamarnya, mengambil jaket dan kunci mobil sebelum menuju garasi dan melajukan mobilnya tanpa tujuan yang jelas.
⚫⚪
Tempat hiburan di kota, dimana lagi selain di mall. Jadi, setelah tiga puluh menit berkeliling sembari memikirkan tujuannya, akhirnya Sojung memutuskan untuk pergi ke mall, sekadar untuk bermain game atau mungkin menonton jika ada film bagus. Sendirian, tentu saja.
Sejak berpacaran dengan Daehyun dua tahun lalu, gadis itu terbiasa melakukan semuanya sendiri, karena Daehyun tidak suka gadis manja yang bergantung pada orang lain. Berkat lelaki itu yang jarang punya waktu juga, Sojung sudah tak pernah mempermasalahkan soal kencan. Malam minggu atau hari libur mencari hiburan dan jalan-jalan sendirian sudah jadi rutinitas gadis itu. Justru, kata kencan malah terdengar aneh bagi gadis itu sekarang.
Tapi apa benar Sojung setidak peduli itu jika membahas soal kencan? Tidak juga. Kadang-kadang Sojung merasa iri pada teman-temannya atau pasangan lain yang merencanakan liburan akhir pekan mereka secara bersama-sama, sementara Sojung, dia hanya bisa menunggu Daehyun yang mengajak, dan itu entah kapan, mungkin ia harus menunggu saat cahaya bulan menjadi biru. Sojung tak bisa merengek memaksa Daehyun meluangkan waktunya hanya untuk gadis itu karena hal itu memberi kesan bahwa Sojung adalah gadis manja yang tidak pengertian.
Setelah sampai di mall, Pertama-tama Sojung mencoba beberapa permainan yang ada di timezone, tapi ternyata dia sudah cukup tua untuk menikmati permainan seperti itu, rasanya tidak seasik dulu saat gadis itu SMA atau kuliah. Apalagi, di sana lebih banyak anak-anak remaja, bukannya wanita berumur 26 tahun yang bermain tanpa ditemani siapapun. Pastilah Sojung terlihat aneh, sehingga tak heran anak-anak remaja itu menatapnya dengan kening nyaris mengerut.
"Apasih, segitu anehnya aku main pump it up?" gerutu Sojung yang masih kesal karena beberapa anak remaja tadi terus saja memandanginya dengan tawa tertahan selama ia bermain. Begitu keluar dari area timezone, pandangan Sojung langsung tertuju pada gerai es krim di hadapanya. Melihat itu, otomatis Sojung langsung teringat dengan Soobin yang sangat terobsesi dengan makanan dingin nan manis itu.
"Ya,ampun, kenapa aku malah ingat anak itu, sih," Sojung menggelengkan kepalanya. Lantas gadis itu mendekati gerai es krim yang tidak terlalu ramai dan memesan satu es krim rasa strawberi.
"Papa, mau es krim!"
Sojung mengerutkan keningnya, setelah tiba-tiba teringat Soobin, sekarang Sojung malah berhalusinasi mendengar suara anak itu.
"Papa cepat, Soobin mau es krim."
Apa benar Sojung hanya berhalusinasi?
"Iya, tunggu sebentar Soobin."
Bahkan suara sang ayah ikut bergema di telinga Sojung!
"Saya pesan es krim cone vanila dan taro," ucap seseorang yang berdiri tepat di samping Sojung. Suara yang amat familiar itu membuat Sojung reflek menoleh, pandangan mereka bertemu, dan Sojung tidak pernah tidak kaget saat bertemu Seokjin disaat-saat tak terduga seperti ini.
Keduanya masih saling bungkam selama beberapa detik. Setelah Sojung mendapatkan es krimnya, gadis itu berniat pergi tanpa ada keinginan untuk menyapa, namun tangan Seokjin menahan gadis itu.
"Bisa tidak, jangan menghindariku terus?"
"M...menghindar? Siapa yang menghindar?" tanya Sojung gugup. "Aku hanya, tidak punya urusan denganmu, makanya aku pergi."
"Kalau memang kau tidak berusaha menghindariku, bisa kita mengobrol sebentar? Atau, kau memang sedang sibuk? Kau datang bersama siapa ke sini?" Seokjin celangak-celinguk, mencari seseorang yang mungkin saja sedang menunggu Sojung. Tapi di dekat situ tidak ada satu orang pun yang terlihat sedang menunggu.
"Pa, kenapa papa bicara dengan bibi itu?"
Sojung dan Seokjin otomatis menundukkan kepalanya, menatap Soobin yang bersembunyi dibalik kaki ayahnya. Pemandangan itu membuat Sojung merasa sedih dan menyesal karena Soobin masih saja takut kepadanya.
Seokjin lantas menggendong Soobin dan membisikkan pada anak itu kalau Sojung adalah temannya, jadi Soobin tidak perlu takut. Meski Soobin tidak protes, tapi ekspresi anak itu tetap terlihat tidak menyukai Sojung.
"Pak, es krimnya," ucap si penjual es krim sembari menyodorkan dua cone es krim pesanan Seokjin. Lelaki itu segera menerima es krimnya, dan Soobin langsung mengambil satu. Karena tengah menggendong anaknya, Seokjin jadi kesulitan untuk mengambil uang di dompet. Dengan sigap, Sojung langsung mengambil uang dari tas selempangnya dan membayar dua es krim itu.
"Aku sudah membayarnya," ucap Sojung, dan Seokjin langsung menghentikan upayanya untuk membuka dompet.
"Oh, terima kasih, Sojung. Aku akan menggantinya nanti," ucap lelaki itu sembari tersenyum. "kau datang sendirian, kan? Bergabunglah dengan kami," ajak Seokjin. Kemudian satu tangan lelaki itu menarik tangan Sojung tanpa persetujuan gadis itu. Beruntungnya, Sojung tidak berusaha melepaskan tautan tangannya, dia menurut dan mengekor di belakang Seokjin.
⚪⚫
Biar cepet tamat 😌
Indralaya, 20 April 2019
Iva
KAMU SEDANG MEMBACA
Y (SOWJIN)
أدب الهواة[Selesai] Ini tentang Seokjin dan Sojung yang sama sama belum move on. Sequel X . . Yearn (v) To be filled with longing desire; to be harassed or rendered uneasy with longing, or feeling the want of a thing; to strain with emotions of affection or...