24

1K 147 22
                                    

"Kau senang sekarang?" tanya Sojung sarkas pada anak kecil di hadapannya. Soobin tidak menjawab, dia terlalu menikmati semangkuk besar es krimnya setelah lelah berlari dan menangis. Sesekali anak itu mengambil biskuit yang Sojung belikan juga di mini market dekat komplek.

Meski merasa jengkel, disaat yang sama Sojung juga merasa lega karena dia berhasil menenangkan Soobin, membuatnya lupa soal Jisoo dan berhasil mengajak anak itu ke rumahnya, tentunya setelah Sojung benar-benar membelikan anak itu es krim dan beberapa camilan lain.

"Kau suka sekali dengan es krim, nanti kalau gigimu sakit bagaimana?" Sojung memperhatikan setiap gerakan anak itu. Makan --es krim--nya lahap sekali.

"Bibi mau?" Soobin menyodorkan sesendok es krim pada Sojung, tapi gadis itu menggeleng. "Kau saja, nanti kau tidak kenyang."

"Omong-omong, kapan ayahmu pulang?"

Tepat sesudah Sojung menanyakan hal itu, seseorang menekan bel rumahnya. Sojung menoleh pada kaca jendela dan melihat siluet Seokjin di sana. Jisoo pasti sudah memberitahu Seokjin bahwa Soobin ada bersama Sojung, jadi seharusnya gadis itu tidak kaget kalau tiba-tiba Seokjin berdiri di depan rumahnya. Harusnya.

Sojung segera membuka pintu dan menyambut Seokjin yang tersenyum kikuk. "Aku... ingin menjemput Soobin."

Sojung memutar kepalanya, menoleh pada Soobin yang masih belum menghabiskan es krimnya, tak peduli sama sekali dengan kedatangan sang ayah meski dia sudah melihatnya, lalu kembali menatap Seokjin. "Dia sedang makan. Mungkin kau bisa masuk dan menunggunya hingga selesai?" tawar Sojung ragu. Dia tidak yakin apa bagus jika Seokjin terlalu lama berada di sini, tapi tidak sopan juga jika dia mengusir lelaki itu.

"Baiklah, aku akan menunggunya di luar."

"K --kenapa tidak masuk?"

Seokjin melempar pandangannya sejenak ke dalam rumah, kemudian lelaki itu menggeleng. "Aku di luar saja." Lalu Seokjin duduk di kursi pelataran rumah lamanya tanpa harus menunggu instruksi Sojung.

Selama beberapa saat Sojung bergeming, bimbang harus duduk menemani Seokjin atau masuk saja? Baiklah, ternyata dia harus memilih kedua opsi. Dia masuk ke dalam dan membuat teh sambil memberitahu Soobin agar cepat menyelesaikan makannya karena sang ayah sudah menunggu. Selesai membuat teh, Sojung keluar dan meletakkan minuman itu di hadapan Seokjin.

Benci dengan keheningan diantara mereka berdua, Sojung berdeham untuk menarik atensi Seokjin. Lelaki itu memasukkan ponselnya ke dalam saku, kemudian menatap Sojung. "Maaf."

"Kenapa kau minta maaf? Kita bahkan belum memulai pembicaraan," tanya Sojung heran.

"Karena bersikap tidak sopan. Harusnya aku tidak sibuk dengan ponselku ketika ada orang lain."

Sojung mangut-mangut. Gadis itu menghela nafas sembari mencari topik obrolan, dan dia menemukannya, tapi tidak yakin apakah itu bagus untuk dibicarakan.

"Kudengar kau dan Chaerin akan menikah?"

"Apa?" Seokjin tampak tidak percaya pada pendengarannya. "dari mana kau mendengar itu?"

"Burung yang berkicau?" jawab Sojung tak yakin. Dia tidak sedang mencoba melawak, hanya saja dia tidak tahu harus menjawab apa karena Sojung tak mungkin menyebut nama Soyeon sebagai biang gosipnya. Ugh. "Jadi benar?"

"Tidak sama sekali," jawab Seokjin yakin. "jangan percaya berita yang simpang siur."

"Tapi kabar itu kelihatannya benar. Kau begitu perhatian pada Chaerin, semua teman kantorku berpikir kau calon suami Chaerin karena tak pernah absen mengantar jemput gadis itu, bahkan kau menuntunnya hingga masuk ke kantor selama beberapa hari ini."

Kaki Chaerin keseleo karena jatuh dari tangga, dia kesulitan berjalan sehingga butuh bantuan jika hendak kemana-mana. Sebenarnya dia bisa menggunakan tongkat, tapi ada pilihan yang lebih bagus. Seokjin memapah gadis itu setiap akan pergi dan pulang makan siang. Lelaki itu minta izin agar bisa masuk kantor dan menjemput Chaerin. Itu sebabnya tadi siang Seokjin juga mengantar Chaerin hingga masuk ke kantor dan membuat Soobin bisa bebas mengacaukan momen Sojung bersama Daehyun.

Seokjin mendengarkan ocehan Sojung dengan seksama. Dia ingin sekali meledek gadis itu dan bertanya apakah Sojung sedang cemburu? Tapi keadaan tidak memungkinkan. Sejak terakhir kali mereka pulang bersama, Seokjin tak pernah lagi menyapa Sojung dengan tingkah sok akrabnya bahkan saat dia bertatap muka dengan gadis itu ketika mengantar Chaerin. Itu karena Seokjin telah berjanji pada dirinya sendiri untuk berhenti membuat Sojung tidak nyaman karena sikapnya.

"Aku hanya ingin membantu Chaerin karena dia juga telah banyak membantuku. Hanya itu, tidak lebih. Aku sama sekali tidak berpikir untuk menikah lagi," --setelah menyadari bahwa tidak ada lagi kesempatan untuk kembali padamu, Sojung.

"Kau... harus memikirkannya. Kurasa Soobin butuh ibu."

Mendengar saran Sojung, Seokjin malah menundukkan wajahnya dan tertawa pelan. "Apa ada yang lucu?" Sojung mengerutkan keningnya.

"Yah, saranmu itu sudah berulang kali aku dengar dari semua orang, tapi ini terasa miris bagiku saat kau yang mengatakannya. Tenang, aku tidak menertawakanmu, melainkan diriku sendiri."

"Aku baru saja salah bicara," gumam Sojung, sedikit merasa bersalah karena dia mulai paham apa yang Seokjin tertawakan.

"Tidak, kau benar. Soobin butuh sosok ibu, dan aku akan berusaha memerankan itu juga disamping menjadi ayahnya. Terima kasih telah peduli pada putraku. Terima kasih juga sudah menjaga Soobin dan membuatmu repot hari ini."

Sojung tersenyum tipis dan mengangguk. Seokjin mengangkat gelas teh dihadapannya dan menyeruputnya sedikit.

"Papa~" sapaan ramah Soobin membuat Seokjin dan Sojung menatap anak itu. Soobin menyembulkan kepalanya dari balik pintu, wajahnya celemotan karena sisa es krim yang ia makan.

"Es krimmu sudah habis?"

Soobin mengangguk. "Baiklah, kemari dan kita akan pulang," Seokjin merentangkan tangannya, memberi ruang bagi Soobin untuk memeluknya. "Bilang apa pada bibi Sojung?"

"Bibi Kucing, ke sini," Soobin membuat isyarat dengan tangannya agar Sojung mendekat pada Soobin yang kini berada dalam gendongan Seokjin.

Cup!

"Terima kasih," Soobin tersenyum manis, sedangkan Sojung terpaku lantaran ciuman manis anak itu. Manis karena bekas es krim di mulut Soobin jadi ikut menempel di pipi Sojung. Namun gadis itu tidak marah, justru tersenyum dan mengusap kepala Soobin.

"Sama-sama."

"Pipimu --" Seokjin hendak menyentuh pipi Sojung dan mengusap bekas es krim itu, tapi Sojung keburu memundurkan tubuhnya.

"Tidak apa."

Seokjin mengangguk, lalu berpamitan pada Sojung. Seperginya Seokjin dan Soobin, Sojung menepuk dahinya sendiri. Dia belum apa-apa, padahal Daehyun akan menjemputnya sebentar lagi untuk makan malam.

"Argh, aku harus buru-buru mandi!"

⚪⚫

Ini kira-kira om Jin sama emak bisa bersatu gak yaa (☍﹏⁰)

Lahat, 28 Mei 2019

Iva

Y (SOWJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang