36

1.1K 151 15
                                    

"Hyung, sudah sampai rupanya." Suara Taehyung yang terdengar gembira itu menyelamatkan Sojung dari perasaan canggung setelah Seokjin menggodanya. "Ah, ternyata kau bersama Sojung –-sebentar, apa? Sojung? kenapa kau bisa bersama Hyung-ku?"

"Apa sebegitu mustahilnya kami bersama?" jawab Seokjin tak suka. Sojung buru-buru menimpali, "kami hanya tak sengaja bertemu. Aku sudah di sini menemani Yerin sejak tadi."

Taehyung mangut-mangut, lalu melangkah mendekati Seokjin dan menarik tangannya. "Berarti kau belum melihat anakku kan Hyung? Kau harus masuk dan melihatnya sekarang. Kim Halo sangat cantik!"

Seokjin mengerutkan keningnya mendengar nama Kim Halo, sedangkan Sojung menggelengkan kepalanya karena temannya itu tampaknya bersikeras ingin memberikan nama aneh itu pada anaknya. Detik berikutnya Seokjin dan Taehyung sudah menghilang di balik pintu. Ruang inap Yerin menjadi ramai, untunglah ruang VIP itu luas sehingga tidak sesak dengan kehadiran banyak orang.

Sojung masih memperhatikan pintu yang baru saja ditutup saat seseorang menepuk bahunya. "Kau Kim Sojung, kan?"

Sojung sempat kaget, namun cepat-cepat menyembunyikannya dan segera membungkuk untuk menyapa wanita dan pria paruh baya di hadapannya. "Ah, selamat sore Nyonya dan Tuan Kim."

Dua orang itu tersenyum kepada Sojung. Lalu si pria yang merupakan ayah dari Taehyung dan Seokjin pamit masuk ke dalam ruangan Yerin sementara istrinya masih berdiri di hadapan Sojung dengan senyum terbaiknya.

"Pantas saja aku seperti pernah melihatmu," kata Jinsil–-ibu Kim bersaudara—kepada Sojung.

"Ya, itu karena aku pernah berkunjung ke rumah anda beberapa bulan lalu."

Jinsil menggeleng, "bukan, bukan itu. Setelah membereskan kamar yang dulu ditempati Seokjin, aku menemukan foto kalian berdua. Aku jadi ingat, kau memang kadang berkunjung ke rumah kami atas ajakan Seokjin. Kalian... dulu berpacaran, kan?"

Untuk sesaat, Sojung termenung mendengar kalimat wanita di hadapannya. Padahal Sojung berharap Jinsil tak pernah mengingat hal itu. "Kau juga yang pergi ke Jepang dan membuat Seokjin jadi seperti orang gila."

Sojung jadi lupa bernafas, ekspresi wajahnya menegang tatkala wanita di hadapannya menatapnya serius. Tapi detik berikutnya Jinsil tertawa pelan, "jangan tegang begitu. Eum, anakku memang suka lebay, terlalu berlebihan menyikapi kepergianmu." Sojung pikir Jinsil hendak menyalahkannya atas keadaan Seokjin yang –-sepertinya sangat—kacau waktu itu, ternyata Jinsil malah meledek putranya sendiri dengan tawanya. Sojung bisa bernafas lega sekarang.

"Aku pikir sikap lebay-nya itu akan hilang seiring berjalannya waktu, tapi Seokjin ini bebal sekali –-ah, atau dia justru terlalu setia sampai-sampai dia tidak mau menikah kalau bukan dengan mantan pacarnya yang dulu pergi ke Jepang. Kesetiaannya itu pasti menurun dari suamiku."

Sojung tersenyum kikuk menanggapi wanita yang penuh percaya diri itu. "Apa kau sudah menikah, Sayang?" tanya Jinsil dengan nada lembut. Sojung menggeleng pelan, dan mata Jinsil terlihat berbinar. "Kalau begitu, apa kau mau jadi menantuku?"

Lagi-lagi Sojung dibuat tercengang. Kali ini Sojung tidak berusaha menyembunyikan rasa kagetnya, dan itu membuat Jinsil tertawa lagi. "Saat kaget saja kau masih cantik, pantas saja anakku tergila-gila padamu. Jadi, apa kau mau?"

"M...maaf." Sojung yang merasa tidak enak hanya tersenyum kaku setelah menjawab pertanyaan Jinsil. "Oh, kau tidak perlu minta maaf Sojung. Sejujurnya aku sangat senang jika kau bilang 'iya' ketimbang maaf. Tapi itu pilihanmu. Jika kau berubah pikiran, datanglah padaku atau langsung bicara saja pada Seokjin, dia pasti senang." Jinsil tersenyum dan menepuk pelan pundak Sojung sebelum berlalu dan ikut masuk ke ruang inap Yerin.

Y (SOWJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang