Budayakan vote sebelum baca ;)
HAPPY READING!!
🎋
Jam kosong selama dua jam membuat para mahasiswa terkadang bingung harus tetap berada di kampus atau justru pulang ke rumah atau kosan masing-masing. Jika pulang pasti akan ada perasaan malas kembali ke kampus, jika tetap di kampus pun pasti akan menciptakan perasaan gabut yang maksimal.
"Kantin yuk!" seru Alan sesaat setelah dosen yang baru saja mengajar selama dua SKS keluar meninggalkan ruangan.
Magenta melirik jam tangannya hitam yang melingkar di lengannya sekilas. "Yaudah ayo. Males balik juga gue," ucap Magenta. Lalu tatapannya beralih kepada Rafa yang terlihat tengah subuh dengan ponselnya. "Lo ikut ga Raf?"
Rafa mendongak menatap Magenta yang susah berdiri di hadapannya. "Duluan aja, gue masih ada urusan."
Magenta dan Alan mengangguk. Meski Rafael tidak mengungkapkan urusannya itu secara spesifik, namun mereka mengerti bahwa urusan yang di maksud pasti adalah urusan di BEM. Rafael tergabung dalam BEM sejak semester dua dahulu, dia cukup sibuk dengan urusannya di organisasi tersebut. Oleh karenanya sangat sering Rafael tidak hadir ketika mereka sedang hangout.
"Yaudah. Cabut ya," pamit Magenta sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
Kantin fakultas Ekonomi yang terdapat di kampusnya merupakan salah satu kantin terbaik yang Magenta tapaki semasa hidupnya. Kantin itu berkonsep seperti kafe, dengan ruangan yang cukup luas. Di lengkapi kursi yang cukup banyak, juga AC, Televisi, dan wifi gratis yang menunjang kenyamanan bagi para Mahasiswa yang berkunjung.
Suasaanya hampir selalu ramai, tidak pernah sepi. Banyak Mahasiswa yang menjadikan kantin itu sebagai tempat untuk menanti kelas selanjutnya, atau yang benar-benar memang berniat untuk mengganjal perut di sana.
Meski tempatnya super duper nyaman, namun harga makanan dan minuman di kantin itu sangatlah ramah di kantong para mahasiswa. Seperti saat Magenta memesan satu porsi bakso dan juga segelas es teh ia hanya perlu membayar sepuluh ribu.
"Tugas Pak Andi udah kelar belum Gen?" tanya Alan sembari menanti makanan yang mereka pesan datang.
Magenta menggeleng, "belum. Masih males gue. Sistem kebut semalam aja lah, santai."
Alan terbahak-bahak, ia bahkan sampai memukul mukul meja dibuatnya. "Emang Mahasiswa sejati ya lo."
"Gak apa-apa gue mahasiswa sejati, asal bukan mahasiswa abadi," sahut Magenta.
"Gen, Gen, Gen.... Gista Gen!!" Alan menepuk-nepuk lengan Magenta beberapa kali dengan pandangan yang tertuju pada satu titik.
Magenta mengikuti arah pandang Alan, dari kejauhan dia melihat seorang cewek dengan rambut sebahu yang menggunakan outfit yang begitu girly, dress simple selutut bewarna navy nya tampak begitu pas dan menampilkan lekukan tubuh yang pastinya membuat para Pria berdecak kagum.
Termasuk pula Magenta dan Alan, karena mereka hanyalah cowok normal yang pasti akan berfantasi macam-macam kala disuguhkan pemandangan surgawi seperti itu.
"Hai Gen, Lan," sapa nya sembari berhenti di depan meja yang ditempati oleh Magenta dan alan.
"Hai Gis." Magenta dan Alan kompak membalas sapaan dari cewek itu.
Nama lengkapnya Gista Kiarani. Atau akrabnya dipanggil Gista. Sejauh yang Magenta dan Alan tahu Gista adalah cewek tercantik di fakultas Ekonomi yang kebetulan secara beruntung bisa satu kelas dengan mereka berdua.

KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
Novela Juvenil(SEQUEL MAGENTA) Sesuai dengan arti namanya, Magika berarti keajaiban, atau dalam istilah lain disebut dengan Miracle. Begitulah penggambaran sosok Magika di hidup Magenta. Magika adalah sebuah keajaiban yang membuat Magenta tersadar, bahwa terkadan...