50 | Akankah Sama Jadinya

9.1K 1.1K 238
                                    

50 | Akankah Sama Jadinya

Could you support me dengan kasih komentar yang mengekspresikan perasaan kalian saat baca bab ini baris demi barisnya?

Karena baca komen dari kaian 100% bisa bikin mood nulisku meningkat. :)

Jangan hanya spam next doang ya, appreciate me in the other way would be better hehe.

Happy Reading!!

---

He loves you more than you know

---

CERITA DI HAPUS SEBAGIAN KARENA KEPENTINGAN PENERBITAN.

YANG MAU BACA LENGKAPNYA BISA BELI VERSI NOVEL. TERIMAKASIH 😊



"Ras Gimana?" tanya Magika.

"Genta harus di operasi, kondisinya bener-bener mengkhawatirkan" ujar Laras.

Tidak ada kata yang dapat mengekspresikan bagaimana kondisi Magika saat ini. Kakinya terasa melemas, bahkan dia hampir saja jatuh ke belakang jika saja Jo dan Rafael tidak menahannya.

"Separah itu kondisinya Magenta?" tanya Rafael dengan tangan yang masih memegangi Magika.

Laras menganggukan kepala mengiyakan. "Tusukannya cukup dalem, dan itu mengenai ususnya. The bad thing is, Rumah sakit sedang kehabisan stock darah A. Dan kalo nggak segera di operasi, sorry to say mungkin Magenta gak bisa selamat."

Jo mengusap wajahnya frustasi. "Ah elah Geeen! Nyusahin aja sih lo, andai golongan darah gue A, udah gue donorin buat lo!"

"Darah gue sebenernya cocok sama Genta, Cuma setelah dicek kondisi tubuh gue gak memungkinkan untuk donor. Ini beneran gak ada yang darahnya A atau O?" tanya Laras.

Rafael menggelengkan kepalanya. "Darah gue B."

"Gi, golongan darah lo apa?"

Magika yang masih mencoba menguasai dirinya sendiri itu menggelengkan kepalanya. "Gue gak tahu Ras, belum pernah cek."

"Lo mau cek dulu? Barangkali lo bisa jadi pendonor buat Genta," ujar Laras dan Magika dengan lemah menganggukan kepalanya.

"Gi, are you sure? Lo nggak kelihatan dalam kondisi yang baik-baik aja," ujar Rafael mencoba memastikan.

"Iya Kak, gue harus nyelamatin Genta apapun caranya. Dia hampir mati karena gue, jadi gue gak mungkin ngebiarin dia pergi gitu aja," ujar Magika. Dia memantapkan tekadnya untuk menyelamatkan Magenta apapun caranya.

Masuk dalam ruangan itu Magika langsung diarahkan untuk mengecek golongan darahnya dan hal-haol semacamnya. Ujung jarinya ditusuk oleh benda tajam yang entah apa menyebutnya, Magika sendiri tidak tahu.

Tidak sampai lima menit hasil dari tes itu keluar, dan surprisingly ternyata darah Magika cocok dengan Magenta. Walaupun begitu Magika tidak bisa langsung begitu saja mendonorkan darahnya untuk Magenta, serangkaian tes lainnya harus ia lewati untuk memastikan bahwa kondisi Magika cukup prima untuk mendonorkan darahnya supaya hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.

"Gimana sus? Saya bisa donorin darah saya buat Magenta?" tanya Magika.

Perawat berseragam putih itu menganggukkan kepalanya. "Iya bisa, sekarang mbak nya tiduran di kasur sebelah sana ya. Saya siapkan dulu peralatannya."

Magika mengangguk, Laras memegangi tangannya dan membawa cewek itu menuju ranjang yang tadi perawat itu maksudkan.

Jantungnya berdebar keras tentu saja, Magika belum pernah donor darah sebelumnya. Magika sangat jarang berurusan dengan jarum, bahkan yang ia ingat terakhir kali dia berurusan dengan jarum saat mendapat imunisasi di zaman SD dahulu. Itu sudah lama sekali, Magika tidak tahu apakah dia benar-benar seberani itu untuk berurusan dengan jarum kembali.

"Magenta ada di sebelah," ujar Laras, dia mengarahkan pandangan ke arah tirai yang berada di sebelah kanan Magika.

Magika menolehkan kepalanya ke arah kanan. "Ras, gue pengen liat dia," ujar Magika.

Laras menganggukan kepalanya, dia menarik tirai itu sedikit, dan memperlihatkan wajah Magenta yang kini bisa Magika katakan jauh lebih pucat dari terakhir kali ia melihatnya.

Magika menghela napasnya, lalu cewek itu menatap ke arah Laras yang juga menatap ke arahnya. "Ras, menurut lo kalau aja gue gak putus sama Genta, kalau aja gue bisa semudah itu menerima dia di hidup gue lagi, apa ini semua bakalan terjadi? Apa Magenta aka tetap mengalami semua ini?"

"Apa? Lo mau bilang bahwa semua ini salah lo?" tanya Laras dan Magika hanya terdiam. "Gi, ini semua bukan salah lo. Emang dasar Gista nya aja yang gila, she's too obsessed with Genta."

"Kenapa sih Genta pake acara ngelindungin gue segala? Kenapa gak biarin aja gue tadi ditusuk Gista," ujar Magika. Dia begitu tidak mengerti kenapa Magenta melakukan semua ini, jika ada sesuatu yang buruk terjadi pada Magenta maka Magika lah orang yang paling merasa bersalah di sini, karena semua itu adalah kesalahannya.

Kesalahan Magika telah berada di dalam kehidupan Magenta yang pada akhirnya membuat cowok itu terlibat bahaya semacam ini.

"Because he loves you, Nggak peduli seberapapun dia pernah bilang dia benci lo, dia cinta sama lo Gi. More than everything, more than you know. Didn't you feel that Gi?"

Magika terdiam, dia meresapi semua kata-kata yang laras ucapkan. Magika menolehkan kepalanya kembali, dia menatap Magenta yang masih dalam posisi yang sama seperti sebelumnya. Tanpa sadar air mata kembali mengalir dari pelupuk matanya.
Senyum manis yang amat sangat Magika suka itu kini tiada lagi tampak, wajah tampan yang tak pernah jemu Magika pandang itu kini berganti dengan wajah pucat yang sangat menyedihkan. Magika memejamkan matanya menahan sesak juga perih yang mencengkram batinnya.

Laras mengelus bahu Magika, cewek itu tersenyum. "Gi, jangan nangis lagi. Genta gak akan suka lihat lo nangis begini," ujar Laras, "lo harus tegar, karena gue yakin Genta nggak akan kenapa-kenapa. Dia bakal baik-baik aja, trust me ya."

---

Berdoa aja semoga semuanya akan baik-baik saja :)

Jadi niatnya weekend kemarin update, eh kuota habis wkwk maklumin lah ya kaum kismin kek saya.

Kalo kalian gabung grup chat pasti tau kapan mau update spoiler nya gimana dan alasan kenapa ga bisa update.

MIRACLE akan tamat satu bab lagi + epilog atau bisa jadi dua bab lagi + epilog

Jadi persiapkan hati kalian untuk segala kemungkinan hehe.
Permintaan kalian menyoal ending nya bakalan sad/happy ga akan mempengaruhi keputusan aku karena well alurnya sudah tersusun sempurna hehe. Tinggal eksekusi dikit aja.

MIRACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang